Selasa, 12 Januari 2010

Pernahkan Anda Sendirian Dengan Allah? (1)

Renungan hari ini mengatakan ..... mengherankan betapa sedikitnya pengenalan kita terhadap diri kita sendiri! Kita bahkan tidak menyadari adanya iri hati, kemalasan atau kesombongan yang ada di dalam diri kita. Berapa banyak di antara kita yang telah belajar memberanikan diri untuk melihat ke dalam batin kita? Kita harus menyingkirkan pendapat bahwa kita memahami diri kita sendiri. Bila ada unsur kesombongan atau keangkuhan yang masih tersisa, Yesus tidak dapat mengajar apa pun kepada kita - yang hanya dapat diajarkan-Nya ketika kita ditemukan-Nya sendirian ...... Lebih jauh seperti dibawah ini:

“ …. kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri” (Markus 4:34).

Menyepi, Sendirian dengan Dia. Yesus tidak mengajak kita dan menjelaskan banyak hal kepada kita sepanjang waktu. Tetapi Dia menjelaskan banyak hal kepada kita sejauh kita sanggup memahaminya. Hidup orang lain merupakan teladan bagi kita, tetapi Allah meminta agar kita menguji diri kita sendiri. Hal ini merupakan pekerjaan yang memakan waktu - sedemikian lambatnya sehingga Allah membutuhkan seluruh waktu dan kekekalan untuk mengubah seorang pria atau wanita sesuai dengan kehendakNya. Kita dapat dipakai Allah setelah kita mengizinkan Dia menunjukkan kepada kita segi-segi yang tersembunyi dalam sifat kita sendiri.
Sungguh mengherankan betapa sedikitnya pengenalan kita terhadap diri kita sendiri! Kita bahkan tidak menyadari adanya iri hati, kemalasan atau kesombongan yang ada di dalam diri kita. Akan tetapi, Yesus akan menyingkapkan segala sesuatu yang tersembunyi yang kita pegang di dalam diri kita sebelum anugerah-Nya mulai bekerja.
Berapa banyak di antara kita yang telah belajar memberanikan diri untuk melihat ke dalam batin kita?
Kita harus menyingkirkan pendapat bahwa kita memahami diri kita sendiri. Itu adalah serpih keangkuhan yang harus disingkirkan.
Satu-satunya yang dapat memahami kita adalah Allah. Kutuk terbesar dalam kehidupan rohani kita adalah kesombongan/keangkuhan. Kalau saja kita dapat mempunyai penglihatan akan bagaimana diri kita di hadapan Allah, kita takkan pernah berkata, “Oh, aku sungguh tidak layak.” Kita akan memahami hal ini dengan sendirinya. Akan tetapi, selama masih ada keraguan bahwa kita tidak layak, Allah akan terus menmpatkan kita sedemikian rupa sampai Dia dapat menemukan kita sendirian. Bila ada unsur kesombongan atau keangkuhan yang masih tersisa, Yesus tidak dapat mengajar apa pun kepada kita. Dia akan mengizinkan kita mengalami kesedihan atau kekecewaan bila kesombongan intelektual kita terluka. Dia akan menyingkapkan berbagai perasaan/afeksi dan keinginan: mengenai hal-hal mana kita tidak pernah menyangka bahwa Dia harus menemukan kita sendirian. Banyak hal diperlihatkan kepada kita dan sering tanpa ada hasil. Akan tetapi, bila Allah menemukan kita sendirian, maka hal-hal itu akan menjadi jelas. (My Utmost for His Highest 12 Januari 2010).

Tidak ada komentar: