Minggu, 24 Januari 2010

Maksud Allah Bagi Hidup Kita

Renungan hari ini dalam teks aslinya berjudul God’s Overpowering Purpose, yang secara bebas dapat diterjemahkan sebagai maksud Allah yang kepadanya kita diminta tunduk. Bahkan Paulus menggunakan kata-kata yang menarik untuk menegaskan hal tunduk tersebut: “tidak pernah tidak taat”. Mengapa dan bagaimana ia (Paulus) ”tidak pernah tidak taat”. Renungan ini mengajak kita belajar dari Paulus ditundukkan oleh dan tunduk pada maksud Tuhan.




“Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti (Kisah Para Rasul 26:16)

Penglihatan atau visi yang diperoleh Paulus dalam perjalanan ke Damsyik bukanlah suatu pengalaman emosional sepintas begitu saja, melainkan penglihatan yang memberikan petunjuk yang jelas dan tegas kepadanya. Tentang hal itu Paulus menyatakan, “Kepada penglihatan yang dari surga itu tidak pernah aku tidak taat” (Kisah Para Rasul 26:19). Tuhan kita sebenarnya berkata kepada Paulus, “Seluruh hidupmu itu Kukuasai; engkau tidak mempunyai apa pun kecuali tujuan, cita-cita dan maksud-Ku.” Dan kepada kita, Tuhan juga berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi .... (Yohanes 15:16).

Ketika kita dilahirkan kembali, bila kita benar-benar rohani, kita mempunyai penglihatan mengenai rencana yang Yesus ingin diwujudkan dalam hidup kita. Adalah teramat penting bagi saya untuk belajar selalu untuk tidak pernah tidak taat kepada penglihatan surgawi itu - untuk tidak meragukan bahwa hal itu dapat dicapai.
Tidaklah cukup untuk memberikan persetujuan akali bahwa Allah telah menebus dunia, dan bahkan tidak cukup untuk mengetahui bahwa Roh Kudus dapat mewujudkan semua perbuatan Yesus menjadi kenyataan dalam hidup saya. Saya harus mempunyai landasan hubungan pribadi dengan Dia.

Kepada Paulus tidak diberikan suatu amanat atau doktrin untuk diumumkan. Tapi dia dibawa kepada suatu hubungan yang hidup, yang pribadi dan hubungan yang tunduk pada Yesus Kristus. Kisah Para Rasul 26:16 menjelaskannya dengan sangat tegas, “...menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi...” Hal ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya hubungan pribadi. Paulus mengabdi kepada seorang Pribadi, bukan kepada suatu alasan tertentu. Dia sepenuhnya, mutlak, milik Yesus Kristus. Paulus tidak memandang apa pun yang lain dan tidak hidup bagi siapa pun yang lainnya. Seperti dikatakannya: “Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” (1 Korintus 2:2). (My Utmost for His Highest, 24 Januari 2010).

Tidak ada komentar: