Selasa, 26 Januari 2010

Pandanglah Pada Allah

Membiarkan “kekhawatiran dunia ini” masuk dalam pikiran kita dan melupakan janji “terlebih lagi’ dari Bapa surgawi, seperti disebutkan dalam Matius 13: 22, merupakan pikiran yang tidak hormat pada Firman Tuhan. Hal ini dapat mengakibatkan kita surut dalam persekutuan dengan Tuhan. Seharusnya bagaimana, kita ikuti dalam renungan hari ini: “Pandanglah pada Allah”



Jadi jika demikian Allah menandani rumput di ladang.. tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu?” (Matius 6:30).

Pernyataan Yesus yang sederhana selalu menjadi teka-teki bagi kita karena kita tidak bersikap sederhana. Bagaimana kita dapat memperoleh kesederhanaan Yesus agar kita dapat memahami Dia?

Dengan menerima Roh-Nya, mengenal dan mengandalkan Dia, serta mematuhi-Nya ketika Dia membawa kita kepada kebenaran firman-Nya, hidup akan menjadi sederhana namun mengagumkan.
Yesus meminta kita merenungkan bahwa “jika demikian Allah mendadani rumput di lading” betapa “terlebih lagi” Dia akan mendandani Anda, asalkan Anda tetap menjalin hubungan yang benar dengan Dia. Setiap kali kita surut atau mundur dalam persekutuan kita dengan Allah, itu karena kita mempunyai pemikiran yang sangat tidak patut, tidak hormat, merasa lebih tahu daripada Yesus Kristus. Kita telah membiarkan “kekhawatiran dunia ini” masuk (pikiran kita) (Matius 13:22), dan melupakan janji “terlebih lagi’ dari Bapa surgawi.

“Pandanglah burung-burung di langit...” (Matius 6:26). Tugas burung-burung tersebut ialah mematuhi naluri yang telah diberikan Allah dan Allah menjaga mereka. Yesus berkata bahwa bila Anda mempunyai hubungan yang baik dengan Dia dan mematuhi Roh-Nya (dalam diri Anda), maka Allah akan memelihara Anda.
“Perhatikanlah bunga bakung di ladang. ..“ (Matius 6:28). Mereka tumbuh di lahan tempat mereka ditanam. Banyak di antara kita menolak untuk tumbuh di tempat Allah menempatkan kita. Oleh karena itu, kita tidak berakar sama sekali.

Yesus berkata jika kita mematuhi Allah, maka Dia akan mengurus semua hal yang lain. Berdustakah Yesus kepada kita? Apakah kita sedang mengalami “terlebih lagi’ yang dijanjikan-Nya itu?

Jika tidak, itu karena kita tidak mematuhi Allah dan mengusutkan hari kita dengan dengan pikiran-pikiran yang membingungkan dan mencemaskan. Berapa banyak waktu yang terbuang menanyakan Allah pertanyaan yang bodoh tanpa arti, padahal seharusnya kita sepenuhnya memusatkan perhatian pada pelayanan kita bagi-Nya?

Pengudusan adalah tindakan memisahkan diri (saya) secara terus-menerus dari segala sesuatu selain yang ditetapkan Allah untuk dilakukan. Hal itu bukanlah suatu pengalaman sesaat melainkan proses yang terus berlangsung. Apakah saya terus-menerus memisahkan diri sambil memandang kepada Allah setiap hari dalam hidup saya? (My Utmost for His Highest, 26 Januari 2010).

Tidak ada komentar: