Selasa, 28 September 2010

28 Sep ’10 – Panggilan Ikut Tuhan dan Penyatuan Tak Bersyarat

RENUNGAN hari ini kembali tentang tuntutan dalam kemuridan, seperti dikehendaki-Nya. Dikatakan, Tuhan tidak pernah menempatkan kesucian pribadi menjadi yang terutama dalam Dia memanggil seorang murid. Akan tetapi peniadaan mutlak hak atas diri sendiri, dan penyatuan dengan Dia; itu berarti mempunyai hubungan dengan Dia dan hanya Dia. Selanjutnya dibawah ini:


PANGGILAN IKUT TUHAN DAN PENYATUAN TAK BERSYARAT

“Yesus … berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, ….. kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Markus 10:21).

PEMIMPIN muda yang kaya itu mempunyai hasrat besar untuk menjadi sempurna. Ketika dia melihat Yesus Kristus, dia ingin menjadi seperti Dia.

Tuhan tidak pernah menempatkan kesucian pribadi seseorang menjadi yang terutama dalam Dia memanggil seorang murid. Pertimbangan utama Yesus ialah peniadaan mutlak hak atas diri sendiri dan penyatuan dengan Dia; itu berarti mempunyai hubungan dengan Dia dan hanya Dia.

Lukas 14:26  ("Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku"), tidak ada kaitannya dengan keselamatan atau pengudusan, tetapi semata-mata mengenai penyatuan tidak bersyarat dengan Yesus Kristus. Hanya sedikit dari kita yang benar-benar tahu makna mutlak penyatuan tidak bersyarat dan penyerahan diri kepada Yesus dalam hubungannya dengan panggilan mengikut Tuhan.

 Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya...” (Markus 10:21). Pandangan Yesus ini menuntut putusnya hati Anda selamanya dari kesetiaan terhadap seseorang atau sesuatu lainnya.

Sudah pernahkah Yesus melawat Anda seperti itu? Pandangan Yesus ini mengubahkan, menembus dan menawan. Di mana Anda bersikap menurut dan taat terhadap Allah, di situlah Tuhan telah mengarahkan pandangan-Nya kepada Anda. Jika Anda bersikap keras dan pendendam, bersikukuh pada kemauan Anda sendiri dan selalu merasa yakin bahwa orang lain lebih buruk daripada Anda, itu berarti ada segi-segi sifat Anda yang belum diubahkan oleh pandangan-Nya.

Hanya satu lagi kekuranganmu…...” Satu-satunya “hal yang baik” dari sudut pandang Yesus Kristus adalah kesatuan dengan Dia dan tidak ada yang lain diantara keduanya.

“...juallah apa yang kaumiliki...” Saya harus merendahkan diri sampai saya menyadari keberadaan saya yang sesungguhnya. Saya harus secara mendasar melepaskan segala pemilikan saya, bukan untuk keselamatan jiwa saya (karena hanya ada satu hal yang menyelamatkan seseorang – kebergantungan mutlak pada Yesus Kristus), melainkan untuk mengikut Yesus. “...datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Dan jalan itu ialah jalan yang dilalui-Nya. (My Utmost for His Highest, 28 September)

Senin, 27 September 2010

27 Sep ’10 – Pangilan Ikut Tuhan dan Keberatan-Keberatannya

RENUNGAN hari ini tentang orang yang sangat semangat untuk ikut panggilan Tuhan, tetapi ….. ada tetapinya. Dalam ikut Tuhan setiap kali akan muncul berbagai keberatan yang akan menyimpangkan kita dari panggilan tersebut. Disinilah akan terlihat dimana ditaruh loyalitas kita. Selanjutnya dibawah ini:

PANGILAN IKUT TUHAN DAN KEBERATAN-KEBERATANNYA

“….berkatalah seseorang... kepada Yesus: ‘Aku akan mengikut Engkau, kemana saja Engkau pergi“(Lukas 9:57).

SIKAP Tuhan terhadap orang ini (seperti terlihat di ayat-ayat berikutnya) merupakan suatu yang sungguh melemahkan semangat, “sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” (Yohanes 2:25). Kita mungkin dapat berkata, “Aku tidak dapat membayangkan mengapa Dia (Yesus) membuang kesempatan untuk memenangkan orang yang mengatakan mau ikut Tuhan itu! Bayangkan sikap yang sedemikian dingin kepadanya dan menjadikan dia hilang semangat!” Jangan sekali-kali menyesali Tuhan. Kata-kata Tuhan menemplak dan melukai sampai tidak ada lagi yang tersisa untuk disakiti dan dilukai.

Yesus Kristus sama sekali tidak bersikap lembut terhadap apa pun yang akhirnya akan menghancurkan seseorang dalam pelayanannya kepada Allah. Jawaban Tuhan tidak berdasarkan suatu pikiran impulsif, tetapi atas pengetahuan-Nya akan “apa yang ada di dalam hati manusia”.

Jika Roh Allah menaruhkan dalam pikiran Anda suatu firman Tuhan yang menemplak Anda, dapat dipastikan bahwa ada sesuatu di dalam diri Anda yang ingin dibongkar-Nya habis dari Anda.

Lukas 9:58, "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Kata-kata ini memupuskan keinginan melayani Yesus Kristus sebagai hal yang menyenangkan bagi saya. Dan kerasnya persyaratan yang dituntut-Nya dari saya, membuat tidak ada yang tersisa dalam hidup saya kecuali Tuhan, diri saya dan pengharapan yang pupus. Dia berkata bahwa saya harus membiarkan setiap orang lain datang atau pergi, dan bahwa saya harus dituntun semata-mata oleh hubungan saya dengan Dia. Dan Dia berkata, “ . . .Anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”

Lukas 9:59, “…"Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku. " Orang ini tidak mau mengecewakan Yesus, tapi juga enggan menunjukkan sikap kurang hormat terhadap ayahnya.

Sering kali kita mendahulukan kesetiaan kita kepada kerabat diatas kesetiaan kita kepada Yesus Kristus, memaksa Dia mengambil tempat terakhir. Bila ada konflik dalam kesetiaan Anda, patuhilah selalu Yesus Kristus apa pun risikonya.

Lukas 9:61. "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku”. Orang yang berkata, “Aku akan mengikut Engkau,Tuhan, tetapi …..”, ialah orang yang sangat semangat untuk pergi, tetapi tidak pernah pergi. Orang ini mempunyai satu dua syarat atau keberatan untuk pergi.

Panggilan Yesus yang sesungguhnya tidak ada tempat bagi ber “selamat tinggal”; ber “selamat-tinggal” dapat mengalihkan kita dari panggilan itu.  Begitu panggilan Allah datang kepada Anda, mulailah berangkat dan jangan berhenti. (My Utmost for His Highest, 27 September)

Minggu, 26 September 2010

26 Sep ’10 – Sikap Yang Tidak Tercela

UNTUK sampai pada perdamaian dengan orang yang berselisih dengan kita, kata Renungan hari ini, membutuhkan proses, yang dikerjakan oleh dan membutuhkan kepekaan Roh. Perdamaian ditandai dengan sikap tidak menyalahkan orang yang bersangkutan. Hal ini bukan persoalan hak. Tanda yang benar dari orang percaya ialah bahwa dia dapat melepaskan hak-haknya sendiri – walau itu memang haknya - dan mematuhi Tuhan Yesus.


SIKAP YANG TIDAK TERCELA


“….jika engkau... teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau..” (Matius 5:23).

AYAT ini menyatakan, “...jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau...”’ Ayat tersebut tidak berbunyi,  “Jika engkau menyelidiki dan mendapati sesuatu sebagai akibat dari kepekaanmu yang tidak seimbang,” tetapi, “Jika engkau... teringat…..”

Dengan kata lain, jika Roh Allah menyadarkan sesuatu dalam pikiran Anda, “. ..pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Matius 5:24). Jangan sekali-kali menolak kepekaan yang kuat dari Roh Allah di dalam diri Anda bila Dia sedang memberi petunjuk kepada Anda sampai hal yang serinci-rincinya.

Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu……” Petunjuk Tuhan kita sederhana: “Berdamailah dahulu…..” Apa yang hendak Dia katakan, “Kembalilah ke jalanmu, jalanilah jalan yang ditunjukkan kepadamu oleh penginsafan yang diberikan kepadamu di mezbah; ambillah sikap dalam pikiran dan jiwamu terhadap orang yang melawanmu, sikap yang membuat perdamaian sewajar bernapas.” Yesus tidak menyebutkan orang lain - Dia menyuruh Anda untuk pergi menemuinya.

Ini bukan persoalan hak Anda. Tanda yang benar dari orang percaya ialah bahwa dia dapat melepaskan hak-haknya sendiri – walau itu memang hak kita - dan mematuhi Tuhan Yesus.

 ….lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Proses perdamaian/rekonsiliasi itu disebutkan dengan jelas. Pertama-tama kita mempunyai semangat untuk mengorbankan diri, kemudian hadirnya desakan oleh kepekaan Roh Kudus, dan selanjutnya kita sampai pada titik penginsafan kita. Selanjutnya ini diikuti oleh ketataan pada firman Allah, yang membangun suatu sikap atau keadaan pikiran (state of mind) yang tidak menyalahkan orang yang dengannya Anda berselisih. Dan akhirnya ada penyembahan persembahan Anda kepada Allah, yang tidak terhalang dan penuh sukacita. (My Utmost for His Highest, 26 September)

Minggu, 19 September 2010

19 Sep ‘ 10 – Apakah Anda Terus Bersama Yesus?

ADAKAH ada pencobaan dari Tuhan? Jawabnya, dalam Renungan hari ini, ya, bisa! Yaitu dalam situasi rencangan Tuhan. Yang menarik, dikatakan, sesungguhnya hal itu bukan pencobaan kepada kita, tetapi pencobaan kepada kehidupan Anak Allah yang ada di dalam kita (melalui kelahiran baru). Masalahnya apakah kita berjalan terus bersama dengan Yesus?

APAKAH ANDA TERUS BERSAMA YESUS?

Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami” (Lukas 22:28)
MEMANG benar bahwa Yesus Kristus tinggal bersama dengan kita melalui semua pencobaan kita, tetapi apakah kita akan terus bersama Dia melalui pencobaan-Nya?
Banyak diantara kita berbalik dari bersama dengan Yesus jutru pada saat kita mempunyai pengalaman tentang hal yang dapat dilakukan-Nya.
Perhatikanlah bila Allah mengubah situasi Anda untuk melihat apakah Anda terus bersama dengan Yesus, atau berpihak pada dunia, kedagingan dan iblis. Kita mengenakan nama-Nya, tetapi apakah kita berjalan terus bersama Dia? Atau seperti dikatakan dalam Yohanes 6:66, “Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia”.
Pencobaan-pencobaan yang dialami Yesus berlanjut sepanjang hidup-Nya dibumi, dan itu akan berlanjut sepanjang hidup Anak Allah dalam diri kita. Apakah kita akan berjalan terus bersama Yesus dalam kehidupan yang sedang kita hayati sekarang?
Kita mempunyai pemikiran bahwa kita harus melindungi diri dari hal yang diizinkan Allah terjadi dalam hidup kita. Namun jangan pernah bersikap demikian!
Allah-lah yang merancang situasi kita, dan apapun bentuknya kita harus berusaha untuk menghadapinya serta terus-menerus tinggal bersama Dia dalam pencobaan-Nya. Itu adalah pencobaan-Nya, bukan pencobaan kepada kita, tetapi pencobaan kepada kehidupan Anak Allah yang ada di dalam kita. Kehormatan Yesus Kristus dipertaruhkan didalam kehidupan jasmani kita. Apakah kita tetap setia kepada Anak Allah dalam segala sesuatu yang menyerang hidup-Nya di dalam kita?
Apakah Anda akan terus bersama Yesus?
Jalannya melalui Getsemani, melalui gerbang kota, dan “diluar perkemahan” (Ibrani 13:13). Jalannya sunyi dan terus berlanjut sampai tidak ada lagi tanda bahkan bekas kaki untuk diikuti – hanya suara yang berkata, “ikutlah Aku” (Matius 4:19). (My Utmost for His Highest, 19 September)

Sabtu, 18 September 2010

18 Sep ’10 – Pencobaan-Nya dan Pencobaan Kita

RENUNGAN hari ini tentang pencobaan dari iblis, seperti juga dialami oleh Yesus. Pencobaan ini sesungguhnya lebih mendasar dan serius dari yang dipikirkan orang umumnya. Iblis tidak mencobai kita hanya untuk membuat kita berbuat dosa, tetapi untuk membuat kita kehilangan hal-hal yang ditaruhkan Allah di dalam kita melalui kelahiran baru, … dan untuk menggeser sudut pandang kita. Dan, hanya Roh Allah yang dapat mengenali hal ini sebagai percobaan dari iblis.


PENCOBAAN-NYA DAN PENCOBAAN KITA

 “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 5:15)

SEBELUM kita lahir baru, jenis pencobaan yang kita pahami ialah seperti yang disebutan Yakobus 1:14, “… tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Akan  tetapi melalui kelahiran baru kita kita diangkat kedalam alam baru dimana ada pencobaan-pencobaan lain untuk dihadapi, yaitu jenis pencobaan yang dihadapi Tuhan kita.
Pencobaan-pencobaan Yesus tidak menarik bagi kita sebagai orang yang tidak percaya karena hal-hal itu asing atau tidak “at home” bagi sifat manusiawi kita. Pencobaan Tuhan dan pcncobaan kita berada dalam alam (realm) berbeda sampai kita dilahirkan baru dan menjadi saudara-Nya. Pencobaan Yesus tidak sama seperti pencobaan manusia biasa, melainkan pencobaan Allah sebagai manusia.
Melalui kelahiran baru, Anak Allah menjelma, menjadi nyata, di dalam kita (lihat Galatia 4:19), dan di dalam kehidupan jasmani kita Dia mempunyai latar (setting) yang sama seperti dahulu ketika Dia dibumi.
Iblis tidak mencobai kita hanya untuk membuat kita berbuat kesalahan. Iblis mencobai kita untuk membuat kita kehilangan hal-hal yang ditaruhkan Allah di dalam kita melalui kelahiran baru, yaitu kemungkinan untuk menjadi berguna atau bernilai bagi Allah. Iblis tidak datang kepada kita dengan alasan untuk menggoda kita agar berdosa, melainkan dengan alasan untuk menggeser sudut pandang kita, dan hanya Roh Allah yang dapat mengenali hal ini sebagai percobaan dari iblis.
Pencobaan berarti suatu ujian dari apa yang kita miliki dalam batin kita, kekuatan rohani kita, oleh kuasa yang ada diluar kita dan asing bagi kita.
Ini membuat pencobaan dari Tuhan kita dapat dijelaskan. Sesudah Yesus dibaptis, setelah menerima tugas-Nya sebagai tokoh “yang menghapus dosa  dunia” (Yohanes 1:29), Dia “dibawa oleh Roh ke padang gurun” (Matius 4:1) untuk dicobai Iblis. Namun Dia tidak menjadi letih atau kepayahan. Dia mengalami pencobaan dengan “tidak berbuat dosa” dan Dia tetap memelihara semua milik sifat rohani-Nya seluruhnya utuh. (My Utmost for His Highest, 18 September)

Jumat, 17 September 2010

17 Sep ’10 – Guna Dari Pencobaan

BARANGKALI tidak ada hal bagi awam yang begitu sering membingungkan dan mengundang pertanyaan seperti pencobaan. Renungan hari ini melihat sisi “Guna Dari Pencobaan”. Selanjutnya dibawah ini, yang dibahas secara padat dan mendalam, dan dilanjutkan besok 18/9.



GUNA DARI PENCOBAAN


“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, …..” (1 Korintus 10:13)

KATA pencobaan telah mempunyai kontasi buruk bagi kita dewasa ini, karena kita cenderung menggunakan kata tersebut dalam cara yag salah.
Pencobaan itu sendiri bukanlah dosa: pencobaan adalah sesuatu yang harus kita hadapi karena kita adalah manusia. Tidak dicobai berarti bahwa kita salah sedemikian memalukan sehingga sudah terlalu hina untuk dihiraukan.
Namun banyak diantara kita yang mengalami pencobaan yang tidak seharusnya kita derita, hanya karena kita telah menolak untuk mempersilahkan Allah mengangkat kita ke tingkat yang lebih tinggi, dimana kita akan menghadapi pencobaan dari jenis yang lain.
Keberadaan batin seseorang, apa yang dimilikinya secara batiniah, bagaimana keberadaan rohani dirinya, menentukan bentuk pencobaan yang dialaminya dari luar. Pencobaan itu sesuai dengan keberadaan sesungguhnya dari orang yang sedang dicobai dan menyingkapkan kemungkinan dari keberadaan/sifatnya.
Setiap orang sebenarnya menentukan atau “memilih” tingkat pencobaannya sendiri, karena pencobaan akan datang kepadanya sesuai dengan tingkat keberadaan batin yang mengendalikannya.
Pencobaan datang kepada saya, menuntun saya pada suatu kemungkinan jalan pendek untuk perwujudan sasaran saya yang tertinggi. Pencobaan tidak mengarahkan saya menuju apa yang saya ketahui sebagai hal yang jahat, tetapi terhadap hal yang menurut pengertian saya baik.
Memang, pencobaan dapat menjadi sesuatu yang sungguh membingungkan sebentar, dimana saya tidak tahu apa yang benar atau apa yang salah. Tetapi bila saya menyerah pada pencobaan, saya telah menjadikan nafsu menjadi ilah saya, dan menjadi bukti bahwa saya tidak jatuh kedalam dosa lebih dini, sebelumnya, hanya karena malu-malu.
Pencobaan bukanlah sesuatu yang dapat kita hindari. Malah sebenarnya, pencobaan perlu bagi kehidupan seseorang yang begitu cepat berputar.
Waspadalah dengan pemikiran bahwa Anda dicobai melebihi siapapun. Apa yang  Anda alami merupakan bagian dari “warisan” hidup manusia, dan bukanlah sesuatu yang tidak pernah dialami orang lain sebelumnya.
Allah tidak menyelamatkan kita dari pencobaan, tetapi Dia menopang kita ditengah-tengah pencobaan itu (lihat Ibrani 2:18 dan 4:15-16). (My Utmost for His Highest, 17 September)

Rabu, 15 September 2010

15 Sep ’10 – Hal Yang Harus Ditolak

TIDAK ADA orang yang ingin perbuatannya yang memalukan diketahui orang lain - Ia pasti berupaya menutupinya. Renungan hari ini berbicara tentang hal yang memalukan, yang tersembunyi dalam hati: Pikiran buruk tentang seseorang, dengki, cemburu, dan permusuhan, ketidak-jujuran, kelicikan, tipu daya, dll. Semuanya harus ditolak.






HAL YANG HARUS DITOLAK

 “ ….. kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan…” (2 Korintus 4:2)

SUDAHKAH Anda “menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan” dalam hidup Anda – hal-hal yang oleh karena alasan nama baik, kehormatan atau kebanggaan Anda tak boleh diketahui umum?

Anda dapat dengan mudah menyembunyikannya. Adakah sesuatu pikiran dalam hati Anda tentang seseorang tidak Anda inginkan untuk diketahui orang lain? Jika demikian, tolaklah itu begitu timbul dalam pikiran Anda – tolaklah semuanya sampai tidak ada lagi ketidak-jujuran atau kebusukan tersembunyi dalam diri Anda.

Dengki, cemburu, dan permusuhan tidak selalu timbul dari alam dosa Anda yang lama, tetapi dari kebiasaan daging dalam hal-hal serupa dimasa lampau (lihat Roma 6:19 dan 1 Petrus 4:1-3). Anda harus mempertahankan kewaspadaan terus-menerus supaya tidak ada hal-hal yang timbul dalam kehidupan Anda yang akan membuat Anda malu.

“….tidak berlaku licik…” (2 Korintus 4:2). Ini berarti jangan melakukan sesuatu yang memang Anda tidak ingin lakukan tetapi Anda lakukan untuk menunjukkan pendapat atau kebolehan sendiri. Ini adalah jebakan berbahaya. Anda tahu Allah hanya mengizinkan Anda bekerja menurut satu cara, yaitu cara kebenaran.

Kemudian berhati-hatilah agar jangan menjebak orang dengan dengan tipudaya. Jika Anda bertindak dengan tipudaya, kutuk Allah akan menimpa Anda. Hal yang merupakan “kepiawaian” bagi Anda, mungkin tidak demikian bagi orang lain.

Allah telah memberikan pada Anda cara-pandang (standpoint) yang lain. Jangan menumpulkan kerinduan Anda mengabdi untuk kemuliaan-Nya – memberikan yang terbaik untuk kemuliaan-Nya. Bagi Anda, melakukan hal-hal lain selain untuk maksud apa yang tertinggi dan terbaik,  hanya akan menumpulkan motivasi yang telah diberikan Allah kepada Anda.

Banyak orang telah berpaling (dari kebenaran Allah) karena mereka takut untuk memandang sesuatu dari sudut pandang Allah – yang hanya akan membawanya masuk dalam krisis besar rohani. (My Utmost for His Highest, 15 September)

Selasa, 14 September 2010

14 Sep ‘ 10 - Argumen atau Ketaatan

ROHANI atau batin yang kacau, bersumber pada adanya hal, bahkan mungkin hanya hal kecil,  dalam hidup yang kita tidak taruh dibawah pengendalian Roh Kudus. Dan kekacauan rohani hanya dapat menjadi terang melalui ketaatan. Begitu kita taat, kita diberi pengertian melihat sesuatu hal dan kemampuan memahami kehendak Allah.

ARGUMEN ATAU KETAATAN

 “……kamu disesatkan dari kesahajaan yang ada dalam Kristus (2 Korintus 11:3, KJV)

KESAHAJAAN (simplicity) merupakan rahasia untuk melihat segala hal dengan jelas. Seorang percaya bukan hanya berpikir dengan jelas, tetapi ia harus melihat dengan jelas tanpa ada kesulitan.

Anda tidak dapat berpikir melalui rohani yang kacau untuk melihat segala sesuatu dengan jelas; untuk melihat segala sesuatunya jelas, Anda harus taat. Dalam urusan intelektual, Anda dapat berpikir membolak balik semua kemungkinan jawabannya, tetapi dalam hal rohani, dengan rohani yang kacau, Anda hanya akan menemukan diri Anda dalam pikiran yang mengembara jauh dan bingung.

Jika ada sesuatu dalam hidup Anda yang atasnya Allah telah mengingatkan, maka taatilah hal itu. Bawalah semua hal mengenai “argument dan setiap pikiran Anda untuk ditawan menuju kepatuhan kepada Kristus”, dan segala sesuatu akan menjadi jelas seperti siang hari bagi Anda (lihat 2 Korintus 10:5). Kemampuan penalaran Anda akan datang kemudian, tetapi kita tidak melihat dengan penalaran. Kita melihat seperti anak kecil, dan bila kita mencoba menjadi “bijaksana” maka kita tidak melihat apa-apa (Matius 11:25).

Bahkan hal terkecil dalam hidup kita yang kita biarkan tidak dibawah pengendalian Roh Kudus cukup untuk menyebabkan kekacauan rohani, dan menghabiskan waktu untuk memikirkannya tidak akan pernah membuatnya jelas.

Kekacauan rohani hanya dapat menjadi terang melalui ketaatan. Begitu kita taat, kita mempunyai pengertian melihat masalahnya.

Ini memang membuat kita malu hati, karena ketika kita kacau maka kita tahu sebabnya terletak dalam keadaan pikiran kita. Akan tetapi, ketika daya penglihatan alami kita diserahkan dan ditundukkan dalam ketaatan kepada Roh Kudus, ia itu menjadi daya atau kemampuan yang tajam yang dengannya kita memahami kehendak Allah, dan seluruh hidup kita terpelihara dalam kesahajaan. (My Utmost for His Highest, 14 September).

Senin, 13 September 2010

SETELAH BERSERAH – LALU APA?

MENYENANGKAN memang menyanyikan “Berserah kepada Yesus”. Tetapi yang penyerahan yang benar bukanlah sekedar penyerahan hidup lahiriah, tetapi penyerahan kehendak kita. Renungan ini menyebutnya “Masalah terbesar yang pernah kita hadapi” sebagai orang percaya. Apakah tanda penyerahan yang benar? Selanjutnya dibawah ini:


SETELAH  BERSERAH  – LALU APA?

“Aku …. telah …menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” (Yohanes 17:4)

PENYERAHAN yang benar bukanlah sekedar penyerahan hidup lahiriah kita, tetapi penyerahan kehendak kita – dan jika hal tersebut dilakukan, penyerahan kita menjadi lengkap.
Masalah terbesar yang pernah kita hadapi ialah penyerahan kehendak kita. Namun Allah tidak pernah memaksa seseorang, dan Dia tidak pernah meminta-minta. Dia dengan sabar menanti sampai orang itu dengan rela menyerah kepada-Nya. Dan sekali perang (penyerahan kehendak) ini diperjuangkan, ia tidak pernah lagi perlu diperjuangkan.

Penyerahan untuk Kelepasan.Marilah kepada-Ku, ….. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Hanyalah setelah kita mulai mengalami apa makna sesungguhnya keselamatan maka kita menyerahkan kehendak kita kepada Yesus untuk beroleh kelegaan/perhentian (rest). Apapun yang menyebabkan suatu rasa ketidak-pastian pada kita sebenarnya merupakan panggilan bagi kehendak kita (untuk) - “Marilah kepada-Ku”. Dan itu merupakan respons/jawaban yang sukarela.

Penyerahan untuk Pengabdian (Devotion). “Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya …. (Matius 16:24). Penyerahan disini ialah penyerahan diri saya sendiri kepada Yesus, dengan kelegaan/perhentian-Nya di jantung keberadaaan saya. Dia berkata, “Jika engkau menjadi murid-Ku, engkau harus menyerahkan hakmu atas dirimu kepada-Ku”. Dan begitu hal itu dilakukan, sisa hidup Anda akan menunjukkan bukti penyerahan ini, dan Anda tidak perlu khawatir dengan masa depan Anda. Apapun situasi Anda, Yesus totally sufficient – sepenuhnya cukup bagi kita. (lihat 2 Korintus 12:9 dan Filipi 4:19).

Penyerahan untuk Kematian. “…orang lain akan mengikat engkau … (Yohanes 21:18; juga lihat ayat 19). Sudahkah Anda mempelajari apa maknanya diikat untuk kematian? Hati-hatilah terhadap penyerahan yang Anda buat kepada Allah pada saat luapan kegembiraan (ecstatic) dalam hidup Anda, karena Anda cenderung untuk menarik kembali penyerahan itu. Penyerahan yang benar adalah soal “menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya (Yesus)” (Roma 6:5) sampai tidak ada yang menarik bagi Anda yang tidak menarik bagi-Nya.

Setelah Anda berserah – apakah selanjutnya? Seluruh hidup Anda harus ditandai dengan kerinduan untuk memelihara persekutuan dan kesatuan yang tidak pecah dengan Allah. (My Utmost for His Highest, 13 September).

Minggu, 12 September 2010

12 Sep ’10 – “Menerima” Kebingungan Rohani

RENUNGAN hari ini mungkin terdengar aneh, “Menerima Kebingungan Rohani”. Tapi itulah kenyataan rohani yang “harus”, Dikatakan, “hanya dengan mengalami kebingungan rohani maka Anda sampai pada pemahaman akan apa yang Allah inginkan bagi Anda”. Selanjutnya dibawah ini:



MENERIMA KEBINGUNGAN ROHANI

 “Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta.” (Mateus 20:22)

ADAKALANYA dalam kehidupan rohani Anda ada kebingungan, dan jalan keluarnya bukan hanya dengan mengatakan Anda tidak boleh bingung. Ini bukan masalah benar atau salah, melainkan tentang cara Allah menuntun Anda yang untuk sementara Anda tidak dapat pahami. Dan hanya dengan mengalami kebingungan rohani maka Anda sampai pada pemahaman akan apa yang Allah inginkan bagi Anda.

Selubung Persahabatan-Nya (lihat Lukas 11:5-8). Yesus memberi ilustrasi disini tentang seorang pria yang tampaknya tidak perduli akan sahabatnya. Apa yang sesungguhnya ingin dikatakan-Nya, bahwa demikianlah terkadang Bapa Surgawi akan muncul kepada Anda. Anda akan menyangka bahwa  Dia seorang Sahabat yang tidak baik, tetapi ingatlah – Dia tidak demikian.

Waktunya akan tiba saat segala sesuatu akan dijelaskan. Tampaknya ada awan menggnatung diatas persahabatan hati, dan bahkan sering kasih itu harus menanti dengan kesakitan dan air mata untuk turunnya berkat persekutuan dan kesatuan yang lebih penuh.

Bila Allah tampak terselubung, maukah Anda terus percaya kepada-Nya?

Bayang-bayang pada sifat Kebapaan-Nya (lihat Lukas 11:11-13). Yesus mengatakan bahwa adakalanya Bapa surgawi akan tampak seolah-olah Dia seorang ayah yang tidak sebagaimana mestinya, tidak berperasaan dan masa bodoh – tetapi ingatlah, Dia tidak demikian. “… setiap orang yang meminta, menerima ….” (Lukas11:10).

Jika yang Anda lihat hanyalah suatu bayang-bayang di wajah Bapa sekarang ini, bertahanlah pada kenyataan bahwa pada akhirnya Dia akan memberi Anda pengertian yang jelas dan akan sepnuhnya membenarkan diri-Nya dalam segala sesuatu yang telah diizinkan-Nya masuk dalam hidup Anda.

"Keanehan" Kesetiaan-Nya (lihat Lukas 18:1-8). “..jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8). Akankah Dia menemukan jenis iman yang mengandalkan Dia walaupun ada kebingungan?

Berdirilah teguh dalam iman, dengan mempercayai bahwa apa Yesus katakan adalah benar, walaupun untuk sementara Anda tidak mengerti apa yang dilakukan-Nya.

Allah mempunyai hal-hal yang lebih besar yang dipertaruhkan daripada hal-hal tertentu yang sedang Anda tanyakan kepada-Nya sekarang ini. &(My Utmost for His Highest, 12 September)

Sabtu, 11 September 2010

11 Sep ’10 – Senjata Misionaris (2)

RENUNGAN hari ini, merupakan rangkaian yang kemarin dengan judul yang sama. Yang menekankan kesiapan kita dalam pekerjaan besar kedepan, yang mungkin bahkan dihadapkan dengan krisis, dimulai dari kesetiaan pada tugas-tugas biasa setiap harinya, yang dikerjakan dengan membiarkan Yesus menjelma di dalam diri kita, sehingga dapat melakukan tugas sebagaimana seharusnya dilakukan, dengan cara-Nya, walaupun itu tugas biasa/sederhana.

SENJATA MISIONARIS (2)

“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.” (Yohanes 13:14)

MELAYANI Setiap Kesempatan Sekitar Kita. Ini tidak berarti kita memilih sendiri lingkungan pelayanan yang pas menurut kita, tetapi, ini menurut pilihan sangat khusus dari Allah yang telah dirancang-Nya bagi kita. Karakter yang kita tunjukkan dalam lingkungan kita sekarang ini merupakan pertanda (indikasi) dari apa yang akan tampak nantinya dalam lingkungan lain.

Dari teks diatas kita tahu, pekerjaan yang dilakukan Yesus adalah pekerjaan sehari-hari yang paling rendah, dan ini merupakan pertanda bahwa saya perlu membiarkan kuasa Allah di dalam diri saya untuk melaksanakan tugas-tugas yang biasa-biasa menurut cara-Nya. Dapatkah saya memakai “sehelai handuk” seperti yang dilakukan-Nya?

“Handuk”, “piring”, “sandal” dan semua hal biasa-biasa dan tampak rendah (sordid things) dalam hidup kita menyingkapkan lebih cepat siapa kita sebenarnya dari pada hal lainnya. Kita perlu membiarkan Anak Allah Yang Mahakuasa menjelma di dalam diri kita untuk dapat melakukan tugas sederhana sebagaimana seharusnya dilakukan.

Yesus berkata, “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. (Yohanes 13:15). Perhatikanlah macam orang yang ditempatkan Allah disekitar Anda, dan Anda akan merasa rendah tidak ada apa-apa begitu Anda menyadari bahwa inilah cara Allah menyingkapkan kepada Anda seperti apa Anda sebelumnya dihadapan-Nya. Dalam nas diatas Dia berkata bahwa kita harus menunjukkan  kepada orang lain disekitar  kita tepat seperti yang telah ditunjukkan kepada kita.

 “Oh”, tanggap Anda, “aku akan melakukan semua itu nanti ketika aku ada diladang misi? Berkata demikian sama seperti mencoba membuat senjata perang, baru setelah ada di parit perlindungan di medan pertempuran – terlambat, lagi pula Anda akan tewas selagi mencobanya.

Kita harus menjalani “mil kedua” bersama dengan Allah (lihat Matius 5:41). Namun sebagian dari kita menjadi kepayahan pada sepuluh langkah pertama, karena merasa dipaksa pergi ke tempat yang kita tahu jalannya, dan berkata, “Wah, aku akan menunggu sampai aku lebih dekat dengan krisis besar berikutnya dalam hidupku.”

Jika kita tidak melakukan apa yang harus kita lakukan secara tetap dalam setiap kesempatan yang ada sehari-harinya, maka kita takkan berbuat apa-apa ketika krisis datang. (My Utmost for His Highest, 11 September)

Jumat, 10 September 2010

10 Sep ’10 – Senjata Misionaris (1)

RENUNGAN hari ini, “Senjata Misionaris”. Kita mungkin bukan misionaris. Tetapi pekerja atau pelayan biasa. Tetapi kesiapan kita, pada hakekatnya sama. Kita tidak akan siap, kalau sebelumnya kita tidak masuk tempat latihan Allah, dimana senjata iman dapat ditemukan, ialah kehidupan penyembahan yang tersembunyi dan pribadi.

SENJATA MISIONARIS (1)
“Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." (Yohanes 1:48)
IBADAH Penyembahan dalam Peristiwa Sehari-hari. Kita mengira bahwa kita akan siap untuk pertempuran iman jika dihadapkan dengan suatu krisis besar, karena berpikir krisis akan membangun sesuatu didalam kita. Bukan, krisis malah akan menyingkapkan siapa kita dan bagaimana watak serta kesiapan diri kita.
Adakah Anda menemukan diri Anda berkata, “Jika Allah memanggil aku untuk bertempur, tentu saja saya akan siap dan berhasil?”
Anda takkan siap untuk peristiwa itu kecuali Anda telah mempersiapkan diri di tempat latihan Allah. Jika Anda tidak melakukan tugas Anda yang ada di tangan saat ini, yang telah dicancang Allah dalam hidup Anda, maka ketika krisis datang, Anda tidak akan siap menghadapinya. Krisis selalu menyikapkan watak sebenarnya dari seseorang.
Hubungan pribadi dalam ibadah/penyembahan (worshiping) kepada Allah adalah unsur penting terbesar dalam kesiapan rohani. Waktunya akan tiba, seperti yang dialami Natanael dalam nas ini, bahwa kehidupan “pohon ara” pribadi tidak mungkin lagi dipertahankan. Segala sesuatu harus terbuka, dan Anda akan mendapati diri Anda tidak berguna disana jika sebelumnya Anda tidak beribadah/penyembahan dalam kesempatan  setiap hari di rumah Anda sendiri.
Jika penyembahan Anda benar dalam hubungan pribadi Anda dengan Allah, maka bila Dia melepas Anda menjadi alat-Nya, Anda akan siap. Adalah dalam kehidupan yang tidak tampak, yang hanya dilihat oleh Allah, Anda telah menjadi siap dengan sempurna. Dan bila krisis datang, Anda dapat diandalkan oleh Allah.
Apakah Anda berkilah, “Tetapi aku tidak dapat diharapkan untuk menghayati kehidupan yang dikuduskan dalam keadaanku sekarang; aku tidak mempunyai waktu untuk berdoa atau mempelajari Alkitab sekarang ini; disamping itu, kesempatanku untuk bertempur belum tiba, tetapi bila itu tiba, tentu saja aku akan siap”.
Tidak. Anda tidak akan siap. Jika Anda tidak menjalani hidup ibadah penyembahan kepada Allah setiap hari, ketika Anda terlibat dalam pekerjaan Allah, Anda bukan hanya tidak berguna, melainkan juga menjadi penghalang bagi orang-orang disekitar Anda.
Tempat latihan Allah, dimana senjata misionaris dapat ditemukan, ialah kehidupan penyembahan orang percaya – kehidupan penyembahan yang tersembunyi dan pribadi. (My Utmost for His Highest, 10 September)

Kamis, 09 September 2010

9 Sep ’10 – Lakukanlah Sendiri (2)


DORONGAN HATI dan semangat tentu saja penting dalam pelayanan. Akan tetapi itu tidak segalanya, kata Renungan hari ini. Setiap pikiran dan rencana yang timbul dalam hubungan pekerjaan itu harus didisiplinkan, ditundukkan dalam ketaatan kepada kehendak Tuhan. Hanya dengan demikian pelayanan tersebut menjadi rohani.



LAKUKANLAH SENDIRI (2)

“Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Korintus 10:5)

DENGAN Tekad dan Ketekunan Disiplinlah Hal Lainnya. …. Inilah aspek sulit lainnya dari sifat orang percaya yang terlalu bersemangat. Paulus mengatakan, menurut terjemahan Moffatt dari ayat ini, ". . . I take every project prisoner to make it obey Christ . . . ." (“ …aku membawa setiap orang yang terpenjara oleh rencana/projek-nya dan membuatnya mentaati Kristus …..”). 

Banyak pelayanan Kristen sekarang tidak pernah didisiplinkan (disciplined), tetapi hanya timbul karena dorongan hati (impulse)! Dalam kehidupan Tuhan, dalam setiap rencana didisiplin menurut kehendak Bapa-Nya. Tidak ada kecenderungan sedikitpun untuk mengikuti dorongan hati-Nya sendiri sebagai hal yang berbeda dari kehendak Bapa-Nya – “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri ..” (Yohanes 5:19).

Bandingkanlah hal ini dengan hal yg yang kita lakukan – kita mengambil “setiap pikiran” atau rencana yang timbul dari dorongan hati dan lalu langsung beraksi/bertindak mengerjakannya, bukannya memberikan diri kita dan mendisiplinkan diri kita untuk mematuhi Kristus.

Kepraktisan amat sangat ditekankan dalam masa kini, dan orang percaya yang “menawan segala pikiran (dan rencana)-nya” dikecam dan mencap mereka sebagai tidak punya kesungguhan, dan mereka kurang bersemangat bagi Allah atau bagi keselamatan jiwa-jiwa lain.
Akan tetapi, kesungguhan dan semangat yang benar terdapat dalam mematuhi Allah, bukan dalam kehendak hati untuk melayani Dia yang timbul dari sifat manusiawi kita yang tidak berdisiplin.

Adalah sesuatu yang tidak dapat dipahami, namun benar, bahwa orang-orang percaya tidak “menawan segala pikiran (dan rencana)-nya”, tetapi hanya melakukan pekerjaan bagi Allah karena didorong oleh sifat manusiawi mereka dan pekerjaan tersebut tidak dijadikan rohani melalui disiplin yang penuh tekad dan kesungguhan.

Kita mempunyai suatu kecenderungan lupa bahwa seseorang tidak hanya commit kepada Yesus Kristus karena keselamatan, tetapi juga commit, bertanggungjawab dan akuntabel pada pandangan Yesus Kristus tentang Allah, dunia dan tentang dosa dan iblis. Ini berarti bahwa setiap orang harus mengenali tanggung-jawab untuk berubah oleh pembaharuan budinya (lihat Roma 12:2). My Utmost for His Highest, 9 September)

Selasa, 07 September 2010

7 Sep ’10 - Mata Air Berkat

RENUNGAN hari ini masih rangkaian hari kemarin. SERING kita berpikir, kita harus memelihara hubungan yang baik dengan Yesus supaya kita diberkati. Secara tidak disadari kita menjadi pusatnya. Akan tetapi renungan ini menekankan sebaliknya, kita harus memelihara hubungan dengan Yesus, sehingga dari dalam diri kita “akan mengalir aliran-aliran air hidup” dari kehidupan-Nya bagi orang lain.
MATA AIR BERKAT
“Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:14)
GAMBARAN yang diberikan Tuhan kita dalam ayat tersebut tidak mengenai sebuah aliran air sederhana, melainkah mata air yang meluap-luap. Terus dipenuhi (Epesus 5:18) dan kemanisan hubungan Anda dengan Yesus akan mengalir dengan bebas dari dalam diri Anda sebanyak kehidupan-Nya yang telah diberikan kepada Anda.
Jika Anda mendapati kehidupan-Nya tidak memancar dalam diri Anda sebagaimana semestinya, Andalah yang dipersalahkan - sesuatu telah menghalangi alirannya. Apakah Yesus berkata bahwa Anda harus tetap terpusat pada Sumber itu agar Anda dapat diberkati secara pribadi? Tidak. Anda harus memusatkan perhatian pada Sumber itu sehingga dari dalam diri Anda “akan mengalir aliran-aliran air hidup” – hidup yang menarik (Yohanes 7:38).
Kita harus menjadi mata air yang melaluinya Yesus dapat mengalirkan “aliran-aliran air hidup” menjadi berkat bagi setiap orang lain. Namun sebagian dari kita seperti Laut Mati, selalu menerima tetapi tidak pernah memberi, sebab hubungan kita tidak benar dengan Tuhan Yesus.
Sepasti kita menerima berkat dari Dia, Dia juga akan mencurahkan berkat melalui kita. Akan tetapi, bila berkat tidak dicurahkan keluar dalam ukuran yang sama dengan yang diterima mereka, ada cacat dalam hubungan kita dengan Dia.
Adakah sesuatu penghalang diantara Anda dan Yesus Kristus? Adalah sesuatu yang merintangi iman Anda kepada-Nya? Jika tidak ada, maka Yesus mengatakan bhw dari dlm diri Anda “akan mengalir aliran-aliran air hidup”.
Itu bukanlah berkat yang Anda teruskan, atau pengalaman yang Anda bagikan kepada orang lain, melainkan sungai yang senantiasa mengalir melalui Anda. Tetaplah  pada Sumber, jagalah dengan baik iman Anda kepada Yesus Kristus dan hubungan Anda dengan Dia, maka akan ada aliran tetap kedalam hidup orang lain tanpa kekeringan atau sejenisnya.
Adakah berlebihan mengatakan bahwa sungai-sungai akan mengalir dari dalam seorang percaya? Apakah Anda memandang kepada diri sendiri dan bertanya, “Tetapi aku tidak melihat adanya sungai-sungai?” Jangan sekalikali memandang diri Anda dari sudut – Siapakah aku ini?
Dalam sejarah pekerjaan Allah Anda hampir selalu mendapati bahwa hal itu dimulai dari orang-orang yang tidak terpandang, orang-orang tidak dikenal, yang diabaikan, tetapi yang tetap setia kepada Yesus Kristus. (My Utmost for His Highest, 7 September)

Senin, 06 September 2010

6 Sep ’10 – Sungai Kehidupan Dengan Capaian Jauh

SERING kita bicara tentang sungai berkat yang kita harapkan dari Allah kepada kita. Akan tetapi Renungan hari ini bicara tentang sungai berkat yang Allah ingin tumbuhkan dan alirkan melalui kita. Tapi tunggu dulu. Tidak seperti umumnya diharapkan dan diyakini, Allah jarang mengizinkan seseorang melihat betapa besar dia menjadi berkat bagi orang lain. 

SUNGAI KEHIDUPAN DENGAN CAPAIAN JAUH
“Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yohanes 7:38)
Sebuah sungai mencapai tempat-tempat yang tidak pernah diketahui oleh sumbernya. Yesus berkata bahwa jika kita telah menerima kepenuhan-Nya, "aliran-aliran air hidup” akan mengalir dari dalam hidup kita, dan menjadi berkat bahkan sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8) betapa pun kecilnya pengaruh hidup kita tampaknya. Kita tidak berurusan dengan alirannya, tetapi “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya ….” (Yohanes 6:29).
Allah jarang mengizinkan seseorang melihat betapa besar dia menjadi berkat bagi orang lain. 
Sebuah sungai unggul dalam ketekunan; ia mengalahkan semua rintangan. Sementara sungai itu mengalir dengan tenang pada jalurnya, kemudian sampai pada suatu rintangan, dan untuk sementara tertahan, namun sungai itu segera membuat jalan mengitari rintangan tersebut.
Atau sebuah sungai akan lenyap dari penglihatan sejauh berkilokilometer, lalu kemudian muncul kembali bahkan lebih luas dan lebih besar dari sebelumnya.
Adakah Anda melihat Allah menggunakan hidup orang lain, sementara karena sebuah rintangan memasuki kehidupan Anda, Anda merasa tidak berguna bagi Allah? Maka, perhatikanlah Sumbernya, dan Allah akan membawa Anda melingkari rintangan itu atau menyingkirkannya.
Sungai Roh Allah mengatasi semua rintangan. Jangan sekali-kali memusatkan pandangan Anda pada rintangan atau kesulitan. Rintangan itu akan diabaikan oleh sungai yang mengalir terus melalui Anda jika Anda tetap memusatkan pandangan kepada Sumber itu. Jangan biarkan apapun menghalangi hubungan Anda dengan Yesus Kristus, baik emosi maupun pengalaman – tidak ada yang menjauhkan Anda dari Sumber penuh kuasa.
Pikirkanlah tentang sungai-sungai yang bercapaian jauh dan memulihkan yang bertumbuh dan memelihara dirinya sendiri dalam jiwa kita! Allah telah membuka kebenaran-kebenaran ajaib kepada pikiran kita, dan setiap hal yang dibukakan-Nya merupakan petunjuk baru tentang kuasa yang lebih besar sungai yg dialirkan-Nya melalui kita.
Jika Anda percaya kepada Yesus, Anda akan mendapati bahwa Allah telah menumbuhkan dan memelihara di dalam Anda sungai-sungai berkat yang deras bagi orang lain. (My Utmost for His Highest, 6 September).

Minggu, 05 September 2010

5 Sep ‘ 10 - Berjaga-jaga Dengan Yesus

KITA sangat lazim dengan gagasan bahwa Yesus berjaga-jaga dengan kita. Yesus memperhatikan kita. Dan itulah doa dan harapan kita selalu. Tetapi Renungan hari ini membawa kita pada pemahaman hal yang barangkali jarang dikemukakan, yaitu berjaga-jaga dengan Yesus!

BERJAGA-JAGA DENGAN YESUS
 “Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku” (Matius 26:38)
“BERJAGA-JAGALAH dengan Aku” Apa yang sesungguhnya Yesus katakan, “Berjaga-jagalah tanpa suatu suatu sudut pandang pribadi sama sekali, tetapi berjaga-jagalah semata-mata dan seluruhnya dengan Aku”.
Pada tahap awal kehidupan Kristen kita, kita tidak berjaga-jaga dengan Yesus, tetapi berjaga-jaga untuk-Nya. Kita tidak berjaga-jaga dengan Dia melalui kebenaran Alkitab yang dinyatakan bahkan dalam situasi hidup kita sendiri. Tuhan berusaha memperkenalkan kita pada penyatuan dengan diri-Nya melalui pengalaman “Getsemani” kita sendiri. Akan tetapi kita menolak dan berkata, “Tidak Tuhan, aku tidak memahami hal ini, dan disamping itu, ini sangat menyakitkan.”
Dan bagaimana mungkin kita berjaga-jaga dengan Seorang yang sedemikian tidak terpahami? Bagaimana kita akan cukup memahami Yesus dengan cukup untuk berjaga-jaga dengan Dia di Getsemani-Nya, jika kita tidak tahu untuk apa Dia menderita? Kita tidak mengetahui cara untuk berjaga-jaga dengan Dia – kita hanya terbiasa dengan gagasan bahwa Yesus berjaga-jaga dengan kita.
Para murid mengasihi Yesus Kristus sebatas kemampuan lahiriah mereka, tetapi mereka tidak sepenuhnya memahami maksud-Nya. Di Taman Getsemani mereka tertidur karena dukacita mereka sendiri, dan di akhir tiga tahun hubungan mereka yang terdekat dan terakrab, mereka “semua ….meninggalkan Dia dan melarikan diri” (Matius 26:56).
“Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus …." (Kisah Para Rasul 2:4).
Kata “mereka” mengacu pada orang yang sama, tetapi sesuatu yang ajaib telah terjadi antara dua peristiwa ini:  kematian, kebangkitan Tuhan kita dan kenaikan-Nya – dan para murid kini telah diisi dan “dipenuhi dengan Roh Kudus”. Tuhan telah berkata, “… kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu….” (Kisah Para Rasul 1:8).
Ini berarti bahwa mereka belajar untuk berjaga-jaga dengan Dia sepanjang hidup mereka yang tersisa. (My Utmost for His Highest, 5 September).

Sabtu, 04 September 2010

4 Sep ’10 – Milik-Nya


PER DEFINISI, kita mungkin bukan misionari - artinya orang yang pergi ke negeri lain untuk memberitakan Injil. Tetapi pada hakekatnya semua dipanggil menjadi murid Yesus. Dikatakan dalam Renungan hari ini, Tuhan menjadikan murid-Nya sebagai milik-Nya sendiri, yang bertanggung-jawab atasnya. Dan … hasrat yang timbul di dalam diri seorang murid bukanlah hasrat melakukan sesuatu untuk Yesus, melainkan hasrat menjadi suatu kesenangan sempurna bagi-Nya.

MILIK-NYA
“Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku …..” (Yohanes 17:6)
MISIONARIS adalah seseorang yang oleh karya Roh Kudus telah menyadari firman-Nya: “Kamu bukan milik kamu sendiri” (1 Kor 6:19). Mengatakan, “Aku bukan milikku sendiri,” membuktikan telah dicapainya tingkat kerohanian yang tinggi. Sifat yang benar dalam kehidupan setiap hari dibuktikan dengan penyerahan diri kepada seoarang Pribadi dengan menempatkan-Nya pada prioritas tertinggi. Pribadi itu adalah Yesus Kristus.
Roh Kudus menterjemahkan dan menjelaskan sifat/hakekat Yesus kepada saya untuk menyatukan saya dengan Tuhan, bukan supaya saya hanya menjadi sebuah piala di lemari pajangan-Nya.
Tuhan tidak pernah mengutus para murid-Nya berdasarkan tindakan yang telah diperbuat-Nya bagi mereka. Baru setelah kebangkitan, ketika para murid telah memahami melalui kuasa Roh Kudus siapa Yesus sebenarnya, maka Dia berkata, “Pergilah” (Matius 28:19, lihat juga Lukas 24:49 dan Kisah Rasul 1:8).
 “Jika seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapaknya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi menjadi murid-Ku” (Lukas 14:26). Dia tidak mengatakan bahwa orang ini tidak dapat menjadi baik atau jujur, tetapi bahwa dia tidak dapat menjadi seorang yang  tentangnya Yesus dapat menulis kata “milik-Ku”.
Hubungan manapun dari yang disebut Tuhan dalam ayat ini dapat bersaing dengan hubungan kita dengan Dia. Saya mungkin lebih suka dekat pada ibu saya, atau isteri saya atau diri saya sendiri, tetapi jika demikian halnya, maka, Yesus berkata, “Kamu tidak dapat menjadi murid-Ku”. Ini tidak berarti saya tidak dapat diselamatkan, tetapi saya tidak dapat menjadi milik-Nya seutuhnya.
Tuhan menjadikan murid-Nya sebagai milik-Nya sendiri, (yang) bertanggung-jawab atasnya. “…. Kamu akan menjadi saki-saksi-Ku” (Kisah Para Rasul 1:8). Hasrat yang timbul di dalam diri seorang murid bukanlah hasrat melakukan sesuatu untuk Yesus, melainkan hasrat menjadi suatu kesenangan sempurna (perfect delight) bagi-Nya.
Rahasia misionaris ialah “Aku adalah milik-Nya, dan Dia sedang menyelesaikan karya-Nya dan maksud-Nya memalui diriku.”
Jadilah milik-Nya seutuhnya. (My Utmost for His Highest, 4 September) 

Kamis, 02 September 2010

2 Sep ’10 - Hidup Yang Murni dan Pengorbanan Yang Kudus

APA atau bagaimana sih sukses atau keberhasilan rohani?

Renungan hari ini menekankan, hidup rohani kita tidak dapat diukur dengan keberhasilan seperti dunia mengukurnya, tetapi dengan hal yang dicurahkan Allah melalui kita – dan kita tidak dapat mengukur hal itu . 



HIDUP YANG MURNI DAN PENGORBANAN YANG KUDUS

“Siapa saja yang percaya kepada-Ku …….: Dari dalam hatinya akan mengalir …..” (Yohanes 7:38)

YESUS tidak berkata, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku akan menyadari berkat kepenuhan Allah” tetapi, dalam esensinya, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku dari dia akan mengalirkan segala sesuatu yang diterimanya”.

Ajaran Tuhan kita selalu anti atau menentang pewujudan diri-sendiri (self realization). Tujuan-Nya bukanlah pengembangan diri seseorang, tetapi menjadikan seseorang tepat seperti diri-Nya; dan Anak Allah dikarakterisasi siap memberikan diri-Nya.

Jika kita percaya kepada Yesus, maka yang penting bukanlah hal yang kita peroleh, melainkan hal yang dicurahkan-Nya melalui kita. Maksud Allah bukanlah menjadikan kita buah anggur yang bagus dan bernas, melainkan untuk menjadikan kita buah angur agar Dia dapat memeras kemanisannya dari kita.

Hidup rohani kita tidak dapat diukur dengan keberhasilan seperti dunia mengukurnya, tetapi dengan hal yang dicurahkan Allah melalui kita – dan kita tidak dapat mengukur hal itu .   

Ketika Maria dari Betahia memecahkan leher botol pualam berisi  minyak narwastu murni yang mahal harganya dan menucurahkan minyak itu ke atas kepala Yesus,  itu adalah tindakan yang tidak seorangpun memandangnya sebagai kejadian istimewa; malah faktanya, “ ….. beberapa orang … berkata, ‘Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?” (lihat markus 14:3-4). Akan tetapi Yesus memuji tindakan pengabdian Maria yang ektravagan tersebut dan berkata, “…dimana saja Injil diberitakan diseluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia” (Markus 14:9).

Tuhan kita penuh dengan sukacita yang meluap-luap bila Dia melihat kita bertindak seperti Maria – tidak terikat pada seperangkat aturan, tetapi menyerah sepenuhnya kepada-Nya. Allah mencurahkan kehidupan Anak-Nya “supaya dunia diselamatkan melalui Dia” (Yohanes 3:17).

Bersediakah kita mencurahkan hidup kita bagi-Nya?
 “Siapa saja yang percaya kepada-Ku ….: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Inilah saatnya bagi kita memecahkan “botol pualam” kehidupan kita, untuk berhenti mencari kepuasan diri sendiri, dan mencurahkan hidup kita dihadapan-Nya.
Tuhan bertanya kepada kita siapakah diantara kita yang mau melakukan ini bagi-Nya. (My Utmost for His Highest, 2 September).