Senin, 01 Februari 2010

Panggilan Allah


PENGANTAR. Renungan hari ini masih merupakan lanjutan dan menegaskan yang disampaikan kemarin mengenai penebusan Yesus Kristus. Ditekankan kembali antara lain, bahwa pengalaman penebusan boleh kita alami, tapi bukan pengalaman tersebut tujuan penebusan, apalagi tujuan pemberitaan. Dan dikatakan kalau saja kita menyadari fondasi yang mendasari realita/kenyataan Injil Allah, cara dan doa kita juga pasti berbeda! Lebih lanjut seperti dibawah ini:

Panggilan Allah
Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil….” (1 Korintus 1:17).
Paulus menyatakan bahwa panggilan Allah adalah untuk memberitakan Injil. Akan tetapi, ingatlah yang dimaksud Paulus dengan “Injil”, yaitu realita/kenyataan dari penebusan dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Kita cenderung menjadikan pengudusan sebagai sasaran pemberitaan kita. (Kalau) Paulus mengacu pada pengalaman pribadi, itu hanya sebagai ilustrasi, bukan sebagai tujuan pemberitaan.
Kita tidak diamanatkan untuk memberitakan keselamatan atau pengudusan - kita diamanatkan untuk meninggikan Yesus Kristus (lthat Yohanes 12:32). Adalah sesuatu ketidak-adilan untuk menyatakan bahwa Yesus Kristus berjerih payah dalam penebusan untuk menjadikan saya seorang kudus. Yesus Kristus berjerih payah dalam penebusan untuk menebus seluruh dunia dan menempatkan dunia sepenuhnya utuh dan dipulihkan di hadapan takhta Allah. Kenyataan bahwa kita dapat mengalami penebusan mengilustrasikan kuasa dari realita/kenyataan penebusan, tetapi pengalaman itu adalah hasil-kemudian (byproduct), bukan tujuan dari penebusan.
Jika Allah itu manusia, betapa muak dan lelahnya Dia menghadapi permohonan gencar yang kita ajukan untuk keselamatan dan pengudusan kita. Kita membebani Dia sejak pagi hingga malam dengan memohon hal-hal bagi diri kita sendiri, atau bagi sesuatu yang dari mana kita perlu dilepasakan! Apabila akhirnya kita menyadari fondasi yang mendasari realita/kenyataan Injil Allah, kita takkan pernah lagi menyusahkan Dia dengan keluhan-keluhan pribadi kita yang sepele.
Satu-satunya hasrat dalam kehidupan Paulus adalah memberitakan Injil Allah. Dia “menyambut” kepedihan, kekecewaan dan kesengsaraan untuk satu alasan - hal-hal ini membuatnya tak-tergoyahkan dalam pengabdiannya kepada Injil Allah. (My Utmost for His Highest  1 Februari 2010)

Tidak ada komentar: