Minggu, 14 Februari 2010

Disiplin Untuk Mendengar (Dengan Penuh Perhatian)

GELAP?? Siapa yang tidak pernah merasa gelap! Renungan hari ini mengatakan, adakalanya Allah membawa kita melalui pengalaman dan disiplin kegelapan, untuk mengajar kita mendengar dan mematuhi Dia. Burung yang senang berkicau diajar berkicau dalam gelap, dan Allah memasukkan kita ke dalam “naungan tangan-Nya” sampai kita belajar mendengar Dia. Renungan lebih lanjut dibawah ini:

Disiplin Untuk Mendengar (Dengan Penuh Perhatian)

“Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah (Matius 10:27).

Adakalanya Allah membawa kita melalui pengalaman dan disiplin (dalam) kegelapan untuk mengajar kita mendengar dan mematuhi Dia. Burung yang senang berkicau diajar berkicau dalam gelap, dan Allah memasukkan kita ke dalam “naungan tangan-Nya” sampai kita belajar mendengar Dia (Yesaya 49:2).
“Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap...” - perhatikanlah bila Allah memasukkan Anda ke dalam gelap. Dan tutuplah mulut Anda selagi Anda di sana.

Apakah situasi Anda atau kehidupan Anda bersama Allah sekarang berada dalam kegelapan? Jika demikian, teteaplah tenang. Jika Anda membuka mulut Anda dalam gelap, Anda akan berbicara dalam suasana hati yang keliru - kegelapan adalah waktu untuk mendengar. Jangan berbicara kepada orang lain tentang hal itu; jangan membaca buku-buku untuk mengetahui alasan dari kegelapan itu; tapi dengarkan saja dan patuhlah.

Jika Anda berbicara kepada orang lain, Anda takkan dapat mendengar perkataan yang sedang disampaikan Allah. Bila Anda berada dalam gelap, dengarkanlah, maka Allah akan memberikan kepada Anda pesan yang berharga untuk disampaikan pada orang lain pada saat Anda kembali ke dalam terang.

Setelah setiap kali menjalani kegelapan, kita seharusnya mengalami pengalaman rasa senang-lega bercampur rasa malu dan bodoh. Jika yang ada hanya kesenangan/kelegaan, saya meragukan apakah kita benar-benar telah mendengar Allah.

Kita seharusnya merasa sukacita karena telah mendengar Allah berbicara, tetapi terutama rasa malu dan bodoh karena telah begitu lama waktu dibutuhkan baru mendengar Dia! Kemudian kita akan berseru mengaku, “Betapa lambatnya aku mendengar dan memahami pesan yang dikatakan Tuhan kepadaku!” Padahal Allah telah mengucapkannya selama berhari-hari dan bahkan mungkin berminggu-minggu.

Akan tetapi, pada saat Anda mendengar Dia, Dia memberikan Anda rasa malu dan bodoh yang melegakan hati- suatu pemberian yang akan selalu membuat Anda mendengarkan Allah sekarang. (My Utmost for His Highest, 14 Februari 2010)

Tidak ada komentar: