Kamis, 06 Mei 2010

6 Mei ’10 - Kemerdekaan dan Tolak Ukur Yesus

SERING kita tidak sabar dengan orang lain. Kita memaksakan pandangan kita. Menyalahkan mereka bila pandangannya tidak sama dengan pandangan kita. Renungan hari ini mengingatkan agar memperlakukan orang lain seperti Allah memperlakukan kita: penuh kesabaran dan kelemah-lembutan. Lebih baik kita memberi ruang bagi kebenaran Allah dinyatakan dalam hati nurani orang tersebut, yang menyanggupkannya melakukan hal yang benar.

KEMERDEKAAN DAN TOLAK UKUR YESUS
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekaan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” (Galatia 5:1).
SESEORANG yang berpikiran rohani takkan pernah datang kepada Anda dengan tuntutan “Percayalah ini dan itu”: tetapi ia akan menuntut Anda untuk menyesuaikan hidup Anda dengan tolok ukur dari Yesus. Kita tidak diminta untuk mempercayai Alkitab, melainkan untuk mempercayai Dia yang dinyatakan oleh Alkitab (lihat Yohanes 5:39-40).
Kita dipanggil untuk menyatakan kemerdekaan hati nurani, bukan kemerdekaan bagi pandangan atau pikiran-pendapat. Dan jika kita sendiri bebas dalam kemerdekaan dari Kristus, maka orang lain juga akan memperoleh kemerdekaan yang sama, yaitu kemerdekaan yang berasal dari kesadaran akan pengendalian dan kuasa mutlak Yesus Kristus.
Ukurlah selalu hidup Anda hanya dengan tolok ukur Yesus. Kenakanlah kuk yang dari Kristus dan hanya itu; dan berhati-hatilah selalu agar jangan memasang kuk yang bukan kuk Kristus kepada orang lain. Allah membutuhkan waktu yang lama untuk membuat kita berhenti berpikir bahwa jika pandangan orang lain tidak sama seperti pandangan kita, maka mereka pasti salah. Allah tidak pernah berpandangan demikian. Hanya ada satu kemerdekaan sejati, yaitu kemerdekaan dari Yesus yang bekerja dalam hati nurani kita, yang menyanggupkan kita untuk melakukan hal yang benar.
Jangan kehilangan kesabaran terhadap orang lain. Ingatlah cara Allah memperlakukan Anda yang penuh dengan kesabaran dan kelemah-lembutan. Akan tetapi, jangan sekalikali mengurangi standar kebenaran Allah. Biarkan kebenaran Allah dinyatakan. Yesus bersabda, “Pergilah... jadikanlah murid-Ku... ”(Matius 28:19), bukan, ”Jadikanlah penganut pikiran dan pendapatmu sendiri”. (My Utmost for His Highest, 6 Mei 2010)

Tidak ada komentar: