Sabtu, 01 Mei 2010

1 Mei 2010 – Iman, Bukan Emosi

MENGAPA ada saat-saat dalam pekerjaan pelayanan Tuhan terasa dekat? Mengapa ada saat-saat Tuhan tampaknya menutup surga untuk kita, dan kita mulai kehilangan sukacita dan bicara hanya tentang cobaan dan kesulitan? Renungan hari ini mengatakan Allah membiarkannya terjadi. Untuk apa? Selanjutnya dibawah ini:






IMAN, BUKAN EMOSI

sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat (2 Korintus 5:7)

Ada saat-saat kita sangat menyadari perhatian Allah bagi kita. Tapi kemudian, ketika Allah mulai menggunakan kita dalam pekerjaan-Nya, kita mulai kehilangan sukacita, dan bicara hanya tentang cobaan dan kesulitan.

Dan semuanya itu dibiarkan Allah terjadi karena Ia sedang mencoba membuat kita melakukan pekerjaan pelayanan kita sebagai orang yang tersembunyi, yang tidak dalam sorotan. Tak satu pun dari kita akan mengalami hal demikian secara rohani jika kita berjalan menurut emosi kita.

Dapatkan kita melakukan pekerjaan pelayanan kita ketika tampaknya Allah telah menutup surga?
Beberapa dari kita selalu ingin menjadi orang-orang percaya yang cerah bercahaya, membayangkan diri kita seperti orang-orang kudus dengan lingkaran cahaya emas diatas kepala, dengan terang ilham atau inspirasi yang terus-menerus, dan memiliki orang-orang percaya lainnya yang selalu mendukung kita sepanjang waktu.

Seorang percaya yang percaya-diri dan bersandar pada diri sendiri tidak berguna bagi Allah. Orang percaya seperti itu tidak normal, tidak layak untuk kehidupan pelayanan sehari-hari, dan sama sekali tidak seperti Allah kehendaki.

Kita dimaksudkan Allah disini, bukan sebagai “malaikat yang bulu sayapnya belum penuh”, tapi sebagai pria dan wanita, untuk melakukan pekerjaan-Nya dunia ini. Dan kita percaya melakukan itu dengan kekuatan yang jauh lebih besar untuk menahan berbagai perjuangan karena kita telah lahir dari atas.

Jika kita terus mencoba untuk mengembalikan balik saat-saat inspirasi yang luar biasa itu, itu merupakan pertanda bahwa bukan Allah yang kita inginkan. Tapi kita terobsesi dengan saat-saat ketika Allah sungguh dirasakan datang dan berbicara dengan kita, dan lalu kita mengasak agar Ia melakukannya dan melakukannya kembali. Namun apa yang Allah ingin kita lakukan adalah untuk "berjalan dengan iman."

Berapa banyak dari kita telah membuang waktu berputar-putar disini berpikir, "Aku tidak dapat melakukan hal lain sampai Allah menyatakan diri kepadaku"?

Allah tidak akan pernah melakukan hal itu. Kita sendiri harus bangkit, tanpa inspirasi apapun dan tanpa sentuhan sekonyong-konyong dari Allah. Maka, kemudian datang kejutan dan kita terhenyak, dan kita berseru, "Wah, mengapa Dia ada di sana sepanjang waktu, dan aku tidak pernah tahu!"

Jangan pernah hidup untuk saat-saat yang khusus seperti disebutkan diatas. Hal itu akan datang dengan tanpa bisa diduga. Allah akan memberi kita sentuhan inspirasi-Nya hanya ketika Ia melihat bahwa kita tidak dalam bahaya kita terseret oleh saat-saat seperti itu.

Kita jangan pernah mempertimbangkan saat saat inspirasi sebagai cara patokan atau norma hidup kristiani atau pelayanan. Pekerjaan itu sendirilah menjadi patokan kita. (My Utmost for His Highest, 1 Mei 2010)

Tidak ada komentar: