Rabu, 12 Mei 2010

12 Mei ’10 Kebiasaan Tidak Mempunyai Kebiasaan

KESOMBONGAN timbul ketika seseorang sadar bahwa ia menjadi orang yang lebih baik, beribadah, berperbuatan kasih, dll. Renungan hari ini mengatakan, kesadaran seperti ini seharusnya berlalu sejalan dengan pertumbuhan rohani. Juga diingatkan bahaya menjadikan kebiasaan hidup kekristenan kita menjadi ilah kita, seperti kebiasaan berdoa atau membaca Alkitab pada waktu tertentu. Selanjutnya dibawah ini:

KEBIASAAN TIDAK MEMPUNYAI KEBIASAAN
Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil” (2 Petrus 1:8).
Ketika kita mulai membentuk suatu kebiasaan, kita benar-benar menyadarinya. Ada waktunya ketika kita sadar telah menjadi orang yang baik dan beribadah, tetapi kesadaran ini seharusnya hanya berupa sebuah tahap yang dengan cepat kita lalui sejalan dengan pertumbuhan rohani. Jika kita berhenti pada tahap ini, maka kita akan menjadi sombong rohani.
Hal yang benar yang harus dilakukan dengan kebiasaan saleh (godly habits) ialah dengan menenggelamkannya dalam hidup bersama Tuhan sampai setiap kebiasaan menjadi suatu ekspresi spontan hidup kita, sehingga kita tidak lagi menyadarinya. Memang, kehidupan rohani kita terus-menerus menyebabkan kita memfokuskan perhatian kita pada bermawas diri, karena setiap kita ada beberapa kualitas yang belum kita capai dalam hidup kita.
Ilah Anda mungkin berupa kebiasaan hidup kekristenan Anda - kebiasaan berdoa atau membaca Alkitab pada waktu tertentu. Perhatikanlah bagaimana Bapa surgawi akan mengguncangkan jadwal Anda jika Anda mulai menyembah kebiasaan Anda. Kita berkata, “Saya tidak dapat melakukan hal itu sekarang, ini waktu saya menyendiri dengan Tuhan”. Bukan, itu adalah waktu Anda menyendiri dengan kebiasaan Anda.
Ada kualitas yang masih belum ada dalam diri Anda. Kenalilah kekurangan Anda dan kemudian carilah peluang untuk melatih diri Anda mencapai kualitas yang kurang tersebut.
Kasih seharusnya bukan suatu kebiasaan (yang disadari) . Kebiasaan Anda sedemikian tenggelamnya dalam Tuhan sehingga Anda menerapkan kebiasaan itu tanpa menyadarinya.
Jika Anda secara sadar melihat kesucian Anda sendiri, ada hal-hal tertentu yang Anda bayangkan Anda tidak dapat lakukan, hubungan tertentu yang masih jauh dari yang seharusnya, berarti memang ada kualitas yang kurang yang perlu ditambahkan pada hidup Anda.
Satu-satunya hidup adikodrati ialah hidup yang dihayati oleh Tuhan Yesus, dan Dia betah, at home, dengan Allah di mana saja pun. Adakah suatu tempat yang di dalamnya Anda merasa tidak betah dengan Allah?
Jika demikian, biarkan Allah bekerja melalui situasi apapun itu sampai Anda bertambah di dalam Dia, dan bertambah dalam kualitas-Nya. Maka hidup Anda akan menjadi sederhana – apa adanya - seperti hidup seorang anak. (My Utmost for His Highest, 12 Mei 2010)

Tidak ada komentar: