Selasa, 11 Mei 2010

11 Mei ‘10 Saling Mengasihi

ALLAH adalah kasih bisa sekedar keyakinan teologis. Akan tetapi bahwa Allah mengasihi saya bukan karena saya pantas dikasihi, sungguh suatu pengalaman merupakan pekerjaan Roh Kudus. Dalam renungan hari ini Oswald Chambers sepertinya tidak hendak berbicara kepada orang lain (ia tidak menggunakan kata “Anda”), tapi menyaksikan pergumulan dan pengalamannya sendiri tentang kasih Allah dan membagikannya pada kita.

SALING MENGASIHI
berusaha untuk menambahkan ……. kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang” (2 Petrus 1:5,7).
Kasih adalah sesuatu yang tidak jelas bagi kebanyakan kita; kita tidak tahu apa yang kita maksudkan saat kita berbicara tentang kasih. Kasih adalah tingkat tertinggi dari tindakan seseorang kepada orang lain, dan secara rohani Yesus menuntut agar tindakan ini tertuju bagi Dia sendiri (lihat Lukas 14:26). Bila “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Roma 5:5), maka mudah untuk menjadikan Yesus yang pertama. Tetapi kemudian kita harus menerapkan nasihat-nasihat yang disebutkan dalam 2 Petrus 1 untuk melihat hal tersebut diwujudkan dalam hidup kita.
Hal pertama yang dilakukan Allah ialah merobohkan ketidak-tulusan, kesombongan dan kesia-siaan dalam hidup saya. Dan Roh Kudus mengungkapkan kepada saya bahwa Allah mengasihi saya bukan karena saya pantas dikasihi, melainkan karena memang sifat (nature) Allah untuk mengasihi.
Kini Dia memerintahkan saya untuk menunjukan kasih yang sama kepada orang lain dengan mengatakan ”supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 15:12). Dia mengatakan ”Aku akan membawa sejumlah orang sekelilingmu yang tidak dapat kau hormati, tetapi engkau harus menunjukkan kasih-Ku kepada mereka, sama seperti Aku telah menunjukkannya kepadamu”.
Jenis kasih ini bukanlah sekedar kasih yang diteladankan untuk orang yang tidak layak dikasihi. - Inilah kasih Allah, dan ini tidak akan dibuktikan dalam diri kita dalam waktu singkat. Sebagian dari kita mungkin telah mencoba untuk memaksakannya, namun kita segera merasa letih dan kecewa atau frustasi.
Tuhan .. sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa... ”.(2 Petrus 3:9). Saya melihat kedalam diri saya dan mengingat betapa ajaibnya Tuhan telah berurusan dengan saya. Pengetahuan bahwa Allah mengasihi saya melampaui segala batas akan mendorong saya untuk mengasihi orang lain dengan cara yang sama. Saya mungkin terganggu, karena saya harus hidup dengan seseorang yang ”susah” luar biasa. Tetapi pikirkanlah betapa saya telah hidup tidak sesuai dengan yang dikehendaki-Nya!
Apakah saya siap untuk ”dipersatukan” sedemikian dekat dengan Tuhan Yesus sehingga hidup-Nya dan kebaikan-Nya akan terus-menerus dicurahkan melaui saya? Tidak ada kasih alami demikian juga kasih Allah akan tinggal dan bertumbuh didalam saya kecuali dipupuk. Kasih memang harus spontan, akan tetapi harus dipelihara melalui disiplin. (My Utmost for His Highest, 11 Mei 2010).

Tidak ada komentar: