Rabu, 19 Mei 2010

19 Mei ’10 - Dari Kehancuran Aku Bangkit

PENGAKUAN bahwa ”Yesus mengasihiku” tidaklah sukar apabila dapat berkat, atau segala sesuatunya baik. Tetapi bagaimana ketika berbagai kesukaran menyesak? Ketika orang-orang di sekitar tampaknya mengatakan bahwa kasih Allah itu dusta? Allah tidak ada keadilan? Hanya satu hal dalam situasi seperti ini, yang memampukan kita bangkit: kasih Allah di dalam Kristus Yesus dinyatakan didalam diri kita.

DARI KEHANCURAN AKU BANGKIT
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kritus? ” (Roma 8:35).
Allah tidak membuat anak-Nya kebal dari kesesakan; Dia berjanji, ”Aku akan menyertai dia dalam kesesakan ”(Mazmur 9 1:15).
Tidak menjadi soal betapa nyata atau menyesakkan kesukaran itu; tidak ada kesukaran yang dapat memisahkan seseorang dari hubungannya dengan Allah. “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang orang yang menang... ” (Roma 8:37).
Paulus disini tidak berbicara tentang hal yang khayali, melainkan tentang hal-hal yang nyata-nyata membawa ke keputus-asaan; dan dia menyatakan bahwa kita adalah “pemenang sempurna” di tengah kesukaran itu, bukan karena kecerdikan kita sendiri ataupun keteguhan hati kita, atau oleh hal lainnya, melainkan karena semua kesukaran itu tidak berpengaruh pada hubungan kita yang esensial dengan Allah di dalam Yesus Kristus. Karena benar atau salah, kita adalah dimana kita berada, persis dalam kondisi dimana kita berada. Saya merasa kasihan terhadap orang Kristen merasa yang tidak pernah menghadapi kesukaran sehingga ia tahu apa artinya berharap hal-hal itu diangkat dari hidupnya.
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan ... ?” Penindasan tidak pernah menjadi hal yang enak. Tetapi apa pun bentuknya – kelelahan, sakit hati atau sekadar penyebab suatu kelemahan - itu takkan sanggup “memisahkan kita dari kasih Kristus’. Jangan sekali-kali membiarkan penindasan atau “kekhawatiran dunia ini” memisahkan Anda dari fakta bahwa Allah mengasihi Anda.
Kesengsaraan ... ?” Dapatkah kasih Allah tetap kokoh di hati kita, bahkan ketika setiap orang dan segala sesuatu di sekitar tampaknya mengatakan bahwa kasih Allah itu dusta, dan bahwa tidak ada keadilan?
 Kelaparan ... ?“ Dapatkah kita tidak hanya mempercayai kasih Allah tetapi menjadi “lebih daripada orang-orang yang menang”, bahkan selagi kita kelaparan?
Ketika sepertinya seluruhnya mempertanyakan kasih Allah, atau sesuatu yang luar biasa terjadi atas seseorang yang berpaut pada kasih-Nya, maka bisikan dapat datang, mengatakan Yesus Kristus itu seorang penipu, atau bahkan mengatakan telah menipu Paulus. Logikapun bungkam dihadapkan dengan hal-hal itu. Hanya satu hal dalam situasi seperti ini - kasih Allah di dalam Kristus Yesus. Dan kitapun akan mengatakan ”Dari kehancuran aku bangkit”. Setiap waktu. (My Utmost for His Highest, 19 Mei 2010).

Tidak ada komentar: