Sabtu, 20 Maret 2010

20 Mar '10 - Persahabatan dengan Allah

PERSAHABATAN dengan Allah, seperti judul renungan hari ini, sungguh merupakan rahasia keajaiban kasih karunia Allah, yang dimungkinkan menjadi bagian hidup anak-anak-Nya, persabahatan yang membawa kita pada kemerdekaan dan kesukaan dalam hidup; yang membuat kita ada dalam kehendak-Nya. Masalahnya, bagaimana agar kita semakin mengenal Allah lebih baik dan memperoleh pengertian yang sempurna tentang Dia.

PERSAHABATAN DENGAN ALLAH

Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini ...?” (Kejadian 18:17).
Kesukaan dalam Persahabatan-Nya. Kejadian 18 menunjukkan kesukaan dalam persahabatan sejati dengan Allah, kesukaan yang tidak dapat dibandingkan dengan perasaan akan hadirat-Nya yang kadang kala dialami dalam doa. Persahabatan seperti ini merupakan hasil dari perhubungan yang sedemikian akrab dengan Tuhan sehingga Anda bahkan tidak perlu memohon kepada-Nya untuk menunjukkan kehendak-Nya kepada Anda.
Ini merupakan bukti dan suatu tingkat keakraban yang memastikan bahwa Anda sedang mendekati tahap akhir dari disiplin kehidupan iman Anda.

Bila Anda mempunyai kedudukan yang benar dalam hubungan dengan Allah, maka Anda memiliki hidup yang merdeka, bebas dan gembira; Anda ada dalam kehendak Allah. Dan semua keputusan kata hati (common sense) Anda merupakan kehendak Nya kecuali Anda merasakan suatu teguran atau kekangan yang timbul pada saat Anda menguji atau yelidiki roh Anda. Dalam terang persahabatan dengan Allah yang sempurna dan suka cita, Anda bebas mengambil keputusan, karena mengetahui bahwa jika keputusan Anda keliru maka Dia dalam kasih-Nya akan memberikan bisikan teguran/kekangan tersebut. Dan apabila Dia memberikan teguran, Anda harus segera menghentikannya.

Kesulitan dalam Persahabatan-Nya. Mengapa Abraham berhenti berdoa ketika berdoa? Dia berhenti karena dalam hubungannya dengan Allah masih kurang tingkat keakraban, yang memampukannya dengan tidak takut atau ragu-ragu melanjutkan doanya dengan Tuhan sampai keinginannya diberikan.

Bila kita mengurungkan hasrat kita sungguh dalam doa dan berkata, ‘Ah, tidak tahulah, mungkin ini bukan kehendak Allah,” maka masih ada satu tahap lain yang harus kita lalui. Ini menunjukkan bahwa pengenalan kita kita dengan Allah tidak seakrab Yesus, seperti diinginkan Yesus ada pada kita, seperti ayat “... supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu” (Yohanes 17:22).

Ingatlah akan doa terakhir yang Anda panjatkan - apakah Anda mengabdi pada hasrat Anda atau kepada Allah? Apakah tekad Anda memperoleh pemberian Roh untuk diri Anda sendiri atau untuk mendekat pada Allah? “Karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepada-Nya” (Matius 6:8).

Alasan untuk memohon adalah agar Anda semakin mengenal Allah lebih baik. “Bergembiralah karena Tuhan maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu” (Mazmun 3 7:4).
Kita harus tetap berdoa untuk memperoleh pengertian yang sempurna tentang Allah. (My Utmost for His Highest, 20 Maret 2010)

Tidak ada komentar: