Rabu, 10 Maret 2010

MENJADI TELADAN DARI AMANAT-NYA

SALAH SATU KEBENARAN dalam renungan hari ini, bahwa Allah mampu membawa pekerja Kristen melampaui aspirasi dan gagasannya sendiri, dan membentuk dia untuk maksud tujuan-Nya, seperti yang dikerjakan-Nya dalam kehidupan para murid setelah Pentakosta. Asalkan kita mengizinkan Allah mendapat kebebasan penuh, mengerjakan pembebasan-Nya pertama-tama menjadi nyata dalam hidup kita. Selanjutnya dibawah ini


MENJADI TELADAN DARI AMANATNYA

Beritakanlah Firman” (2 Timotius 4: 2).

Kita bukan hanya diselamatkan hanya untuk menjadi alat bagi Allah, melainkan untuk menjadi Anak-anak-Nya. Dia tidak menjadikan kita menjadi sekedar petugas rohani tetapi menjadi pembawa amanat rohani, dan amanat tersebut harus menjadi bagian dari diri kita. Anak Allah sendiri merupakan amanat Allah sendiri - “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yohanes 6:63).

Sebagai murid-Nya, hidup kita harus menjadi teladan suci dan realita dari amanat yang kita sampaikan. Memang hati seseorang yang belum diselamatkan dapat juga melayani karena penugasan menghendaki demikian, tetapi diperlukan hati yang remuk oleh keinsyafan dosa, dibaptis oleh Roh Kudus dan ditaklukkan ke dalam kendali maksud tujuan Allah untuk menjadikan hidup seseorang sebagai teladan yang suci dari amanat Allah.

Ada perbedaan antara memberikan kesaksian dan berkhotbah. Seorang pengkhotbah adalah seseorang yang telah menerima panggilan Allah dan dengan tekun memakai seluruh tenaganya untuk menyatakan kebenaran Allah. (Tetapi) Allah membawa kita melampaui aspirasi dan gagasan kita sendiri, dan membentuk dan menempa kita untuk maksud tujuan-Nya bagi kita, seperti yang dikerjakan-Nya dalam kehidupan para murid setelah Pentakosta. Maksud dari Pentakosta bukanlah untuk mengajarkan sesuatu kepada para murid, melainkan membuat mereka menjadi inkarnasi atau penjelmaan dari khotbah mereka sehingga mereka secara harfiah menjadi amanat Allah dalam rupa manusia “...kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku...” (Kisah Para Rasul 1:8).

Izinkanlah Allah mendapat kebebasan penuh dalam hidup Anda bila Anda berbicara. Sebelum amanat Allah dapat membebaskan orang lain, pertama-tama pembebasan-Nya harus menjadi nyata dalam diri Anda. Kumpulkan bahan Anda dengan cermat, dan kemudian izinkan Allah untuk “membakar kata-kata Anda” bagi kemuliaan-Nya. (My Utmost for His Highest, 10 Maret 2010)

Tidak ada komentar: