Jumat, 26 Maret 2010

26 Mar '10 - Visi Rohani Melalui Kesucian Pribadi (1)

RENUNGAN hari ini tentang kesucian (purity, Alkitab KJV) - topik yang mungkin dirasakan asing dewasa ini. Dikatakan, kesucian bukanlah keadaan tidak berdosa. Bukan hasil usaha kita. Tapi buah dari keserasian rohani bersinambungan dengan Allah. Kecucian menjadi prasyarat bagi visi rohani kita. Kesucian adalah pemberian Allah, memalui anugerah-Nya. Bagian kita berjaga. Lebih lanjut dibawah ini:

VISI ROHANI MELALUI KESUCIAN PRIBADI (1)

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Matius 5:8).

Kesucian (KJV, purity) bukanlah keadaan tidak bersalah atau tidak berdosa - kesucian jauh lebih dari hal itu. Kesucian adalah akibat keserasian rohani bersinambungan dengan Allah.

Kita harus tumbuh dalam kesucian. Hidup kita bersama Allah mungkin benar dan kesucian batin kita tidak bercela. Namun terkadang hidup lahiriah kita mungkin cacat dan ternoda. Allah sengaja tidak melindungi kita dari kemungkinan ini, karena inilah cara kita menyadari perlunya memelihara visi/penglihatan rohani kita melalui kesucian pribadi (personal purity).

Jika tingkat luar dari hidup rohani kita bersama Allah terganggu sedikit saja, kita harus terlebih dahulu membereskannya. Ingatlah bahwa visi/penglihatan rohani bergantung pada karakter kita – yaitu “orang yang suci hatinya” yang “melihat Allah”.

Allah membuat kita suci (pure) dengan tindakan anugerah-Nya yang berdaulat, tetapi kita harus selalu berjaga. Karena, melalui hidup lahiriah kita yang berhubungan dengan orang lain dan dengan sudut pandang lain maka kita cenderung untuk menjadi pudar. Bukan hanya “ruang suci batiniah” kita yang harus dipelihara benar di hadapan Allah, tetapi juga “pelataran luar” atau lahiriah kita harus dipelihara dalam keserasian sempurna dengan kesucian yang diberikan Allah kepada kita melalui anugerah-Nya.

Visi/penglihatan dan pengertian rohani kita segera menjadi kabur bila segi lahiriah kita tercemar. Jika kita ingin memelihara keakraban pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus, maka itu akan berarti menolak untuk melakukan atau bahkan memikirkan hal-hal tidak berkenan kepada-Nya. Termasuk beberapa hal yang acceptable (cukup baik) bagi orang lain, namun tidak acceptable untuk kita.

Petunjuk praktis dalam memelihara kesucian pribadi Anda tidak tercela dalam hubungan Anda dengan orang lain adalah mulai melihat mereka seperti Allah melihatnya. Katakanlah kepada diri Anda sendiri, “Dia, pria, atau wanita, itu sempurna dalam Kristus Yesus! Sahabat atau kerabat itu sempurna dalam Kristus Yesus!” (My Utmost for His Highest, 26 Maret 2010)

Tidak ada komentar: