Kamis, 04 Maret 2010

Adakah Ini Benar Tentang Diri Saya?




Adakah Ini Benar Tentang Diri Saya?
Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun...” (Kisah Para Rasul 20:24).
Adalah lebih mudah melayani atau bekerja untuk Tuhan tanpa suatu penglihatan (visi) dan tanpa panggilan, karena dengan demikian Anda tidak terganggu dengan tuntutan-Nya. Akal sehat, ditambah polesan emosi kristiani, menjadi pedoman Anda. Anda boleh jadi lebih makmur dan berhasil dari perspektif dunia, dan lebih berhati-santai, jika Anda tidak pernah menerima jelas panggilan Allah. Akan tetapi, saat Anda menerima amanat dari Yesus Kristus, ingatan akan apa yang Allah minta dari diri Anda akan selalu hadir mendorong Anda untuk melakukan kehendak-Nya. Dengan demikian, Anda takkan dapat bekerja bagi-Nya berdasarkan akal sehat.
Apakah yang saya anggap berharga dalam hidup saya? Jika saya belum ditangkap dan dikendalikan oleh Yesus Kristus dan belum menyerahkan diri kepada-Nya, saya akan mengagak-agak waktu yang saya putuskan diberikan kepada Allah dan yang berharga bagi saya adalah pemikiran atau gagasan saya tentang pelayanan. Saya juga akan menganggap hidup saya sendiri berharga bagi saya.
Akan tetapi, Paulus menyatakan bahwa dia menilai hidupnya berharga hanya agar dia dapat menyelesaikan pelayanan yang telah diterimanya, dan dia menolak untuk menggunakan tenaganya bagi hal-hal yang lain. Ayat Kisah Rasul 20: 24 menunjukkan suatu kejengkelan luhur Paulus, karena diminta untuk mempertimbangkan dirinya. Dia benar-benar tidak tertarik terhadap pertimbangan apa pun selain melaksanakan pelayanan yang diterimanya. (”Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah”. Kisah Rasul 20:24).
Praktek pelayanan kita kepada Tuhan sesungguhnya mungkin bersaing dengan penyerahan diri total kepada-Nya. Pekerjaan pelayanan kita dapat ditumpangi argumen ini, yang kita katakan kepada diri kita sendiri, “Lihatlah betapa bergunanya dirimu di sini, dan lihatlah betapa tinggi nilaimu dalam pekerjaan seperti ini.”
Sikap tersebut tidak menempatkan Yesus Kristus sebagai Penuntun atau Pandu kita ke tempat mana kita harus pergi, tetapi kita menggunakan penilaian kita sendiri sebagai penuntun ke tempat mana kita (menurut kita) paling berguna. Jangan sekali-kali mempertimbangkan apakah Anda berguna atau tidak, tetapi pertimbangkanlah selalu bahwa “kamu bukan milik kamu sendiri” (1 Korintus 6:19). Anda adalah milik-Nya. (My Utmost for His Highest, 4 Maret 2010)

Tidak ada komentar: