Kamis, 11 Maret 2010

KETAATAN PADA PENGLIHATAN DARI SURGAWI


RENUNGAN hari ini berbicara tentang makna visi surgawi dalam hidup kita. Namun visi itu tidak pernah mendapat tempat bagi penggenapannya dalam hidup kita, karena kita terjebak oleh kesibukan kegiatan kita. Renungan ditutup dengan ”jika Anda memilih sendiri tempat Anda akan ditanam oleh Allah, maka Anda akan terbukti kelak tidak produktif seperti ”kulit kacang yang hampa”. Selanjutnya dibawah ini:

KETAATAN PADA PENGLIHATAN DARI SURGAWI
Kepada penglihatan yang dari surga itu tidak pernah aku tidak taat” (Kisah Para Rasul 26:19).
Jika kita kehilangan “penglihatan yang dari surga” yang telah diberikan Allah kepada kita, maka kita sendirilah yang bertanggungjawab - bukan Allah. Kita kehilangan visi surgawi itu karena kurangnya pertumbuhan rohani kita sendiri.
Jika kita tidak menerapkan kepercayaan kita tentang Allah ke dalam urusan hidup kita sehari-hari, maka visi yang diberikan Allah kepada kita takkan pernah digenapi. Satu-satunya cara untuk mematuhi visi surgawi adalah memberikan seluruh pengabdian kita untuk meninggikan-Nya – yang terbaik dari kita untuk kemuliaan-Nya.
Ini dapat terlaksana hanya bila kita bertekad untuk terus mengingat dan mengingat kembali visi Allah. Tetapi ujian bagi ketaatan kita kepada visi tersebut adalah dalam detil hidup sehari-hari kita – dalam setiap detik atau menitnya - bukan hanya pada saat doa pribadi atau ibadah kebaktian.
“ Sebab penglihatan  ......; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu ….” (Habakuk 2:3). Kita tidak dapat menggenapi visi atau penglihatan itu dengan usaha kita sendiri, tetapi harus hidup di bawah ilhamnya sampai visi itu digenapi. Kita dapat begitu sibuk dengan kegiatan sehingga kita lupa akan visi tersebut. Pada awalnya kita memberikan perhatian, namun kita tidak menantikannya. Kita dikejar-kejar oleh kegiatan dan ketika visi digenapi, kita bahkan tidak dapat melihatnya lagi.
Menantikan penglihatan yang “berlambat-lambat” merupakan ujian sesungguhnya dari kesetiaan kita kepada Allah. Kita sesungguhnya membiarkan hidup jiwa kita dalam bahaya dengan membiarkan diri kita terperangkap dalam berbagai kesibukan kegiatan kita, sehingga kehilangan penggenapan dari visi atau penglihatan tersebut.
Perhatikanlah (datangnya) badai Allah. Satu-satunya cara Allah “menanam” orang percaya adalah melalui pusaran badai-Nya. Maukah Anda ternyata hanya ”kulit kacang yang hampa tanpa kacang di dalamnya”? Itu akan tergantung pada benar atau tidaknya Anda hidup dalam terang visi yang telah Anda lihat.
Biarlah Allah mengutus Anda melalui badai-Nya, dan jangan pergi sebelum Dia melakukannya. Jika Anda memilih sendiri tempat Anda akan ditanam, maka Anda akan terbukti kelak tidak produktif seperti ”kulit kacang yang hampa”. Namun, jika Anda mengizinkan Allah menanam Anda, Anda akan “berbuah banyak” (Yohanes 15:8). Penting bagi kita untuk hidup ”berjalan dalam terang” visi Allah bagi kita (1 Yohanes 1:7). (My Utmost for His Highest, 11 Maret 2010)

Tidak ada komentar: