Rabu, 01 September 2010

1 Sep ’10 - Dimaksudkan Untuk Kudus

APAKAH tujuan hidup kristiani kita? Berbahagia? Renungan hari ini menegaskan, bukan. Akan tetapi kekudusan – sesuatu yang tidak pernah populer barangkali. Akan tetapi, inilah alasannya mengapa banyak hal yang mungkin benar, mulia dan baik, dan mungkin kemudian dapat dicapai, tetapi kita tidak pernah puas olehnya. Selanjutnya dalam Notes dibawah ini. 



DIMAKSUDKAN UNTUK KUDUS

 “Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu sebab Aku kudus” (1 Petrus 1:16)

KITA harus terus-menerus mengingatkan diri kita tentang tujuan hidup. Kita tidak dimaksudkan untuk berbahagia, tetapi untuk kesucian/kekudusan.  Dewasa ini kita mempunyai terlalu banyak hasrat dan kepentingan yang menguras perhatian kita. Banyak dari hasrat dan kepentingan itu mungkin benar, mulia dan baik, dan mungkin kemudian dapat dicapai, tetapi sementara itu Allah harus membuatnya kurang berarti  bagi kita – kita tidak puas olehnya.

Hal yang benar-benar menjadi soal ialah apakah seseorang akan siap untuk menerima Allah yang akan membuat dia kudus. Bagaimanapun juga seseorang harus menjalin hubungan yang benar dengan Allah.
Percayakah saya bahwa saya perlu menjadi kudus? Percayakah saya bahwa Allah dapat datang ke dalam diri saya dan menguduskan saya?

Jika melalui khotbah/pemberitaan Anda, Anda meyakinkan saya bahwa saya tidak suci, maka saya akan kesal atau jengkel dengan pemberitaan Anda. Mengapa, karena pemberitaan Injil membangunkan  kekesalan yang kuat karena hal itu menyingkpakan ketidaksucian saya; tetapi juga membangunkan kerinduan dan hasrat yang kuat dalam diri saya.

Allah hanya mempunyai satu tujuan bagi umat manusia, yaitu kekudusan. Satu-satunya sasaran-Nya adalah menghasilan orang-orang percaya yang kudus.

Allah bukanlah semacam mesin berkat yang kekal untuk diperalat manusia, dan Dia tidak datang untuk menyelamatkan kita karena belas kasihan – Dia datang untuk menyelamatkan kita karena Dia menciptakan kita untuk menjadi kudus. Penebusan  melalui Salib Kristus berarti bahwa Allah dapat menempatkan saya kembali kedalam kesatuan sempurna dengan diri-Nya, tanpa bayang-bayang apapun diantara saya dengan Dia,  melalui kematian Yesus Kristus.

Jangan pernah mentoleransi, karena bersimpati pada diri sendiri atau diri orang lain, perbuatan apapun  yang menjauhkan kita dari Allah yang kudus.  Kesucian berarti kemurnian mutlak hidup Anda dihadapan Allah, perkataan yang keluar dari mulut Anda, dan setiap pikiran dalam benak Anda, dengan menempatkan setiap hal dari hidup Anda dibawah pemeriksaan Allah sendiri.

Kesucian bukanlah sekadar diberikan Allah kepada saya, melainkan hal yang telah diberikan Allah kepada saya dan sedang dinyatakan dalam hidup saya. (My Utmost for His Highest 1 September)

Tidak ada komentar: