Minggu, 01 Agustus 2010

1 Agu ‘ 10 – Memahami Jalan-Jalan-Nya


NANTIKANLAH Tuhan, maka Ia akan bekerja, kata Pemazmur. Betapa sulitnya sering, berdiam diri dan menantikan Dia.
Yang sering terjadi, tegas Renungan hari ini, kita sibuk sendiri, tidak memberi Dia bekerja, termasuk mengajar.  Bahkan boleh jadi kita merasa pasti bahwa Allah akan bekerja menurut cara/pemikiran kita. Padahal tidak. Selanjutnya dibawah ini:

MEMAHAMI JALAN-JALAN-NYA
 Setetah Yesus mengakhiri pesan-Nya kepada kedua belas murid-Nya …. pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka” (Matius 11:1).
Dia datang ke tempat Dia memerintahkan kita pergi.
JIKA Anda tetap tinggal, tidak pergi ketika Allah menyuruh Anda pergi karena Anda sedemikian “sibuk” dengan “orang-orang” Anda sendiri, maka dalam hal ini Anda sesungguhnya merampas mereka dari ajaran Yesus Kristus.
Bila Anda taat dan membiarkan/menyerahkan semua konsekwensinya kepada Allah, Tuhan pergi ke kota tempat Anda untuk mengajar. Akan tetapi, selama Anda tidak taat, Anda merintangi jalan-Nya.
Waspadalah saat Anda mulai berdalih pada-Nya dan menjadikan apa yang Anda sebut “tugas kewajiban Anda” sebagai saingan perintah-Nya. Jika Anda berkata, “Aku tahu Dia menyuruhku pergi, tetapi kewajibanku ialah tinggal di sini,” itu berarti Anda tidak mempercayai kesungguhan ucapan-Nya.
Dia mengajar di tempat Dia melarang kita mengajar.
Guru .. .biarlah kami dirikan sekarang tiga kemah ... “ (Lukas 9:33).
Apakah kita sedang berusaha memainkan suatu bagian pemeliharaan amatiran, mencoba memainkan peranan Allah dalam kehidupan orang lain? Apakah kita sedemikian ”gaduhnya” dalam memberi petunjuk pengajaran kepada orang lain sehingga Allah tidak dapat mendekati mereka?
Kita harus belajar menutup mulut kita dan membiarkan roh kita berjaga-jaga – dengar-dengaran. Allah ingin mengajar kita tentang Anak-Nya, dan Dia ingin mengubahkan waktu doa kita menjadi gunung kemuliaan (dimana Dia hadir). Bila kita merasa pasti bahwa Allah akan bekerja menurut cara tertentu, Dia takkan pernah lagi bekerja dengan cara itu.
Dia bekerja di tempat mana Dia menyuruh kita menanti.
Kamu harus tinggal ..... sampai... ” (Lukas 24:49).
Nantikanlah TUHAN, maka Ia akan bekerja (lih. Mazmur 37:34). Akan tetapi, jangan menanti sambil kesal secara rohani dan perasaan menyesal atas diri Anda, hanya karena Anda tidak melihat apa yang akan terjadi ”dekat sekali” di depan Anda! Apakah kita sudah melepaskan emosi kita sendiri dan berdiam diri dihadapan Tuhan dan menantikan Dia? (lih. Mazmur 37:7). Menanti bukan berarti duduk sambil berpangku tangan, melainkan belajar melakukan yang diperintahkan-Nya kepada kita.
Inilah sebagian dari faset atau segi jalan-Nya yang jarang kita kenali. (My Utmost for His Highest, 1 Agustus).

Tidak ada komentar: