Senin, 12 April 2010

12 Apr ’10 - Kuasa-Nya Yang Penuh Dalam Kita


BARANGKALI sering menjadi pertanyaan, mengapa kuasa yang begitu sangat nyata dalam diri Yesus, tidak nyata didalam diri kita? Renungan ini menyatakan, salah satu sebabnya karena kita belum mengambil keputusan yang sungguh-sungguh dan efektif tentang dosa. Dan ada yang kita tidak mau lepas dari genggaman kita, yang tetap ingin kita pertahankan. Selanjutnya dibawah ini:


KUASA-NYA YANG PENUH DALAM KITA
Maut tidak berkuasa lagi atas Dia.. namun Ia hidup, yakni hidup bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah (Roma 6:9-11).
Hidup kekal adalah hidup yang diperlihatkan Yesus pada tingkat kemanusiaan. Dan hidup yang sama seperti inilah, bukan “copy”-nya, yang dijadikan nyata dalam hidup fana kita ketika kita dilahirkan kembali. Hidup kekal bukanlah pemberian dari Allah; hidup kekal adalah pemberian Allah.
Daya dan kuasa yang sangat begitu nyata dalam diri Yesus akan diperlihatkan dalam diri kita oleh tindakan anugerah Allah yang berdaulat mutlak, pada saat kita mengambil keputusan yang sungguh-sungguh dan efektif tentang dosa.
Kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus telah turun ke atas kamu...” (Kisah Para Rasul 1:8). – ini bukanlah kuasa sebagai pemberian Roh Kudus; kuasa itu ialah Roh Kudus sendiri. Hidup yang ada di dalam Yesus menjadi milik kita karena Salib-Nya, pada saat kita mengambil keputusan untuk dipersatukan dengan Dia.
Jika kita sukar sejalan dengan kehendak Allah, itu karena kita menolak mengambil keputusan moral tentang dosa. Akan tetapi, pada saat kita mengambil keputusan, kehidupan Allah yang penuh masuk seketika. Yesus datang untuk memberi kita persediaan hidup yang tiada habis-habisnya - “.. .supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (Efesus 3:19). Hidup kekal tiada kaitannya dengan waktu. Itu adalah hidup yang dijalani Yesus ketika Dia turun ke dunia, dan satu-satunya Sumber kehidupan ialah Tuhan Yesus Kristus.
Bahkan orang kudus yang paling lemah dapat mengalami kuasa keilahian Anak Allah, ketika dia rela melepas apa yang digenggamnya. Akan tetapi, usaha apa pun untuk bertahan pada hal terkecil dari kekuatan kita sendiri hanya akan mengurangi kehidupan Kristus yang ada di dalam kita. Kita harus terus melepaskan kebiasaan itu, dan lambat laun, tetapi pasti, kehidupan Allah yang penuh akan datang, masuk ke dalam setiap bagian dan diri kita. Kemudian Yesus akan mendapat kekuasaan penuh dan berhasil guna di dalam kita, dan orang-orang akan memperhatikan bahwa kita telah bersama-sama dengan Dia. (My Utmost for His Highest 12 April 2010)

Tidak ada komentar: