Kamis, 01 April 2010

1 Apr ’10 - Suka Menolong Atau Tidak-Punya-Hati Terhadap Yang Lain?


RENUNGAN hari ini, masih lanjutan kemarin, tentang pendoa syafaat. Pendoa syafaat seperti Kristus sendiri yang “hidup senantiasa untuk menjadi Pendoa syafaat”. Pendoa syafaat yang tergantung dari Roh Kudus. Kendala bagi pendoa syafaat, adalah terlalu sibuk, sehingga tidak ada lagi penyembahan pada Allah. Pelayanan boleh jalan terus, tapi pelayanan yang tidak-punya-hati. Lebih jauh dibawah ini:


Kristus .... yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Roh ....berdoa untuk orang-orang kudus.” (Roma 8:34,27)
Kata ”menjadi Pembela bagi kita” dalam ayat diatas dalam Alkitab bahasa Inggris (KJV) ”maketh intercession for us”: menjadi pendoa syafaat bagi kita.
Untuk menjadi pendoa syafaat apakah kita memerlukan lebih banyak penjelasan selain bahwa Kristus “hidup senantiasa untuk menjadi Pendoa syafaat” (Ibrani 7:25, NKJV), dan bahwa Roh Kudus “berdoa syafaat untuk orang-orang kudus”? Apakah kita hidup dalam suatu hubungan sedemikian rupa dengan orang lain sehingga kita melakukan syafaat sebagai buah dari sebagai anak Allah yang diajar oleh Roh-Nya?
Kita harus menyimak situasi kita sekarang. Apakah krisis yang mempengaruhi kita atau yang lain di rumah kita, bisnis kita, negeri kita, atau dimana saja, yang tampaknya menghancurkan kita? Apakah kita sepertinya terdesak keluar dari hadirat Allah dan tidak tersisa lagi waktu untuk ibadah/penyembahan?
Jika demikian, kita harus menghentikan gangguan-gangguan semacam itu dan menjalin hubungan yang akrab dengan Allah sehingga hubungan kita dengan orang lain terpelihara melalui doa syafaat, dimana Allah mengerjakan mukjizat-mukjizatNya.
Waspadalah agar tidak mendahului Allah dengan hasrat Anda untuk melakukan kehendak-Nya. Kita berlari mendahului Dia dengan seribu satu kegiatan, menjadi sedemikian dibebani dengan orang-orang dan masalah-masalah sehingga kita tidak menyembah Allah, dan kita gagal untuk melakukan doa syafaat.
Jika suatu beban dan tekanan yang diakibatkannya menimpa kita selagi kita tidak dalam sikap penyembahan, maka itu hanya akan menghasilkan sikap menuntut terhadap Allah dan rasa putus asa dalam jiwa kita sendiri. Ketika Allah terus memperkenalkan kita kepada orang yang tidak menarik perhatian kita, dan jika kita tidak menyembah Allah maka kita kecenderungan alami kita adalah tidak-punya-hati (heartless) untuk mereka. Kita dengan cepat memberi mereka sebuah ayat Alkitab, seperti menikam mereka dengan sebatang tombak, atau meninggalkan mereka dengan sepatah kata nasihat secara terburu-buru dan tanpa peduli. Seorang Kristen yang tidak-punya-hati pastilah berperasaan tentu merupakan dukacita yang mendalam bagi Tuhan.
Apakah hidup kita sudah berada pada tempat yang tepat sehingga kita dapat berperan-serta dalam doa syafaat Tuhan kita dan Roh Kudus? (My Utmost for His Highest, 1 April 2010)

Tidak ada komentar: