Selasa, 06 Juli 2010

6 Jul ’10 –Penglihatan Menjadi Kenyataan

RENUNGAN hari ini tentang satu hal yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya: visi atau penglihatan tentang menjadi apa kita di dunia ini yang diinginkan oleh Allah.
Lalu mengapa walau menyadari bahwa penglihatan itu sebagai suatu yang riel, tetapi belum nyata di dalam kita?
Mengapa dalam prosesnya Allah harus terlebih dahulu membawa kita ke dalam lembah, melalui api dan banjir? Apa yang menjadi kepastian kita? Selanjutnya dibawah ini:


PENGLIHATAN MENJADI KENYATAAN
Tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam” (Yesaya 35:7).
KITA selalu mempunyai visi atau penglihatan tentang sesuatu sebelum hal itu menjadi kenyataan bagi kita. Bila kita menyadari bahwa penglihatan itu sebagai suatu yang riel, tetapi belum nyata di dalam kita, iblis mulai datang dengan godaan-godaannya dan kita condong berkata bahwa tidak ada gunanya untuk berusaha melangkah terus. Lalu, bukannya penglihatan itu menjadi nyata bagi kita, kita malah telah masuk kedalam suatu lembah kehinaan.

Hidup bukanlah bekas galian tambang terlantar
Tetapi besi yang digali dari perut kegelapan bumi
Dan dihentak oleh berbagai petaka
Untuk dapat dibentuk dan digunakan
Allah memberikan kepada kita suatu penglihatan, dan kemudian Dia mengantar kita ke lembah untuk membentuk kita sesuai dengan penglihatan itu. Di lembah itulah banyak di antara kita yang menyerah kalah dan tawar hati.
Setiap penglihatan yang diberikan Allah akan menjadi nyata asalkan kita mau bersabar. Pikirkanlah betapa Allah yang tidak dikungkung waktu itu tidak pernah terburu-buru, sedangkan kita selalu kalut dan terburu-buru.
Selagi masih dalam terang kemuliaan penglihatan itu, kita langsung melakukan berbagai hal, tetapi penglihatan itu belum nyata di dalam kita. Karena Allah harus terlebih dahulu membawa kita ke dalam lembah, melalui api dan banjir untuk membentuk kita, sampai kita mencapai titik dimana Dia dapat mempercayakan kita dengan realitas penglihatan tersebut. Yang pasti, sejak Allah memberi kita penglihatan itu, Dia terus bekerja. Dia membawa kita, membentuk kita menurut sasaran yang telah ditentukan-Nya. Masalahnya sering berkali-kali kita mencoba meloloskan diri dari tangan Pemahat Agung itu dalam suatu upaya untuk membentuk diri kita sesuai kehendak kita sendiri.
Penglihatan yang diberikan Allah kepada kita bukanlah suatu impian tentang “istana di langit yang tidak mungkin dicapai”, tetapi penglihatan tentang menjadi apa kita di dunia ini yang diinginkan oleh Allah. Biarkan sang Penjunan meletakkan Anda pada pelarikan-Nya dan memutar-mutar Anda seturut kehendak-Nya. Kemudian sepasti Allah adalah Allah, dan Anda itu Anda, Anda akan menjadi serupa dengan penglihatan tersebut. Akan tetapi, jangan tawar hati selagi dalam proses pembentukan Allah.
Jika Anda pernah mendapat penglihatan dari Allah, Anda mungkin mencoba menjadi puas pada tingkat yang lebih rendah, tetapi Allah takkan pernah membiarkan hal itu. (My Utmost for His Highest, 6 Juli)

Tidak ada komentar: