Sabtu, 03 Juli 2010

3 Jul ’10 - Pemusatan Dosa Pribadi


SESUNGGUHNYA tidak mudah sunguh-sungguh menyadari bahwa saya seorang berdosa, yang membutuhkan mutlak pengampunan dan keselamatan. Seseorang dengan mudah dapat berkata, “Oh ya, aku tahu aku seorang berdosa.” Tetapi ketika seseorang sungguh-sungguh masuk dalam hadirat Allah, disanalah kita menyadari siapa kita sesungguhnya dihadapan Allah – seperti pengakuan Jesaya.

PEMUSATAN DOSA PRIBADI
 Celakalah aku! Aku binasa; sebab aku, aku ini seorang yang najis bibir :.. ” (Yesaya 6:5).
KETIKA saya memasuki maha hadirat Allah, maka tiba-tiba saya sadar dan fokus perhatian saya tertuju pada pemusatan (konsentrasi) dosa dalam aspek tertentu dalam kehidupan saya, tidak sekedar mengaku sebagai seorang berdosa tapi tanpa merasakan ada sesuatu membebani diri saya.
Seseorang dengan mudah berkata, “Oh ya, aku tahu aku seorang berdosa,” tetapi pada saat dia memasuki hadirat Allah, dia tidak dapat meloloskan diri dengan pernyataan yang tidak jelas semacam itu. Keinsafan kita terfokus pada dosa tertentu, dan seperti Yesaya, kita menyadari siapa kita sesungguhnya dihadapan Allah.
Ini selalu menjadi tanda bahwa seseorang berada di hadirat Allah. Dalam hal ini tidak pernah ada kesan samar-samar akan dosa, melainkan perhatian yang terarah pada pemusatan dosa dalam segi tertentu dalam kehidupan pribadi kita. Allah mulai menginsafkan kita akan suatu dosa tertentu dalam diri kita secara jelas, yang dikerjakan oleh Rohnya dalam hati pikiran kita. Jika kita mau menyerah pada penginsafan-Nya mengenai dosa tertentu tersebut, maka Dia akan membawa kita lebih jauh dimana Dia akan menyingkapkan keberadaan sifat dosa yang luar biasa dan mendasar dalam diri kita. Itulah cara Allah berurusan dengan kita bila kita sadar sepenuhnya akan hadirat-Nya.
Pengalaman tentang perhatian kita yang diarahkan pada pemusatan dosa pribadi ini berlaku dalam kehidupan setiap orang, dan orang kudus terbesar sampai kepada pendosa yang terburuk. Bila seseorang mulai menaiki tangga pengalaman ini, dia mungkin berkata, “Aku tidak tahu di mana aku telah menyimpang,” tetapi Roh Allah akan menunjukkan dengan jelas dan pasti dalam hal mana ia telah berdosa.
Akibat dari penglihatan Yesaya tentang kesucian Tuhan ialah pengarahan perhatiannya kepada fakta bahwa dia “seorang yang najis bibir”. “Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni”. (Yesaya 6:7). Api yang menyucikan harus dikenakan di mana dosa telah dipusatkan. (My Utmost for His Highest, 3 Juli)

Tidak ada komentar: