Kamis, 24 Juni 2010

24 Jun ‘10 - Menerima Fakta Dosa

RENUNGAN hari ini masih dalam rangkaian tentang fakta dosa. Masih ada orang yang percaya kebajikan luhur manusia, dan tidak menerima fakta bahwa ada kejahatan dan egoisme, kerusakan dan kebencian yang teramat sangat dalam diri manusia. Renungan ini mempertanyakan: Sudahkah Anda memperhitungkan kehadiran “saat dan kuasa kegelapan” ini? Tidak menerima dan mengakui fakta dosa menghasilkan hidup kompromi akan dosa:

MENERIMA FAKTA DOSA
Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu” (Lukas 22:53).

TIDAK menerima fakta dosa, tidak mengenali dan menolak untuk berurusan dengan fakta dosa, menghasilkan segala bencana atau kemalangan dalam kehidupan. Anda boleh berbicara tentang kebajikan luhur dari hakekat manusia (human nature), tetapi ada sesuatu dalam diri manusia yang akan tertawa mengejek setiap asas yang Anda punyai. Jika Anda menolak untuk menerima fakta bahwa ada kejahatan dan egoisme, ada kerusakan dan kebencian yang teramat sangat dalam diri manusia, maka ketika kejahatan itu datang menerpa hidup Anda, maka Anda akan berkompromi dengannya dan berkata bahwa tidak ada gunanya untuk memeranginya.
Sudahkah Anda memperhitungkan kehadiran “saat dan kuasa kegelapan” ini ataukah Anda mempunyai pandangan sendiri yang tidak mengakui keberadaan dosa sama sekali? Bagaimana dalam hubungan dan persahabatan manusiawi Anda, sudahkah Anda menerima fakta (keberadaan) dosa?
Jika tidak, tidak perlu menunggu lama-lama, maka dengan segera Anda akan mendapati diri Anda terjebak dan akan berkompromi dengan dosa. Akan tetapi, jika Anda menerima fakta dosa, Anda akan menyadari bahayanya dengan segera dan berkata, Ya, aku paham akan makna dosa.”
Mengenal dan menerima fakta dosa tidak merusak dasar persahabatan – hal itu hanya akan mengukuhkan kenyataan bahwa landasan kehidupan berdosa adalah membawa malapetaka dalam kehidupan. Selalulah waspadalah terhadap penilaian kehidupan yang tidak mengakui fakta bahwa dosa ada.
Yesus Kristus tidak pernah mempercayai hakekat atau sifat dasar manusia, namun Dia tidak pernah bersikap sinis atau syak, karena Dia percaya sepenuhnya pada apa yang dapat dilakukan-Nya bagi manusia.
Pria atau wanita yang “bersih” bukanlah pribadi yang tidak bersalah (innocent) tetapi pribadi yang dilindungi dari dosa. Lagi pula, dalam persahabatan, Anda tidak pernah ”aman” dengan orang-orang yang disebut tidak bersalah ini. Kita tidak ada urusan dengan menjadi tidak bersalah: Allah menuntut agar kita suci dan berbudi luhur. Ketidakbersalahan mungkin ada pada seorang anak kecil. Yang menjadi soal, setiap pribadi pantas disalahkan jika tidak menerima fakta dosa. (My Utmost for His Highest, 24 Juni)

Tidak ada komentar: