Selasa, 22 Juni 2010

22 Jun ’10 - Hukum Penghakiman Yang Tidak Berubah



TIDAK sedikit orang yang begitu mudah mengkritik orang lain, tanpa merasa hal itu sebagai sesuatu berlawanan dengan Firman Tuhan. Padahal, Allah tidak hanya memandang pada tindakan mengkritik kita, tetapi Dia melihat setiap kecenderungan yang ada dalam hati kita. Sehingga, siapakah di antara kita yang berani berdiri di hadapan Allah dan berkata, “Allahku, hakimilah aku seperti aku telah menghakimi orang lain”?

HUKUM PENGHAKIMAN YANG TIDAK BERUBAH
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur; akan diukurkan kepadamu” (Matius 7:2).
Pernyataan ini bukanlah sembarangan pernyataan, melainkan hukum Allah yang kekal. Penghakiman apa pun yang Anda berikan akan dengan cara yang sama Anda dihakimi. Ada perbedaan antara pembalasan dan hukuman untuk perbaikan — ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Apabila Anda telah menilai dengan baik kekurangan orang lain, ingatlah bahwa dengan cara yang sama Anda akan dinilai. Cara Anda membayar merupakan cara kehidupan membayar kembali kepada Anda. Hukum abadi ini berlaku dari takhta Allah turun kepada kita (lihat Mazmur 18: 26-27).
Roma 2:1 menerapkannya bahkan dalam cara yang lebih tegas dengan menyatakan bahwa orang yang mengkritik atau mengecam orang lain, dia justru bersalah dalam hal yang dikecamnya. Allah tidak hanya memandang pada tindakan (mengkritik) itu sendiri, tetapi juga melihat setiap kecenderungan atau kemungkinan melakukan dalam hati kita.
Pada awalnya, kita tidak mempercayai pernyataan-pernyataan Alkitab. Misalnya, apakah kita sungguh percaya pernyataan yang mengatakan hal-hal yang kita kritik atau kecam pada orang lain adalah hal-hal yang sesungguhnya kita sendiri juga bersalah di dalamnya. Alasan mengapa kita melihat kemunafikan, kebohongan, dan tidak adanya ketululusan pada orang lain adalah karena hal-hal tersebut ada dalam hati kita.
Sifat karakteristik terbesar seorang kudus ialah kerendahan hati, seperti dibuktikan oleh kesanggupan untuk berkata dengan jujur dan rendah hati, “Ya, itu semua, dan juga hal-hal jahat lainnya, akan juga diperlihatkan di dalam saya jika bukan karena anugerah Allah. Karena itu, saya tidak mempunyai hak untuk menghakimi.”
Yesus bersabda, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1). Dia sebenarnya bersabda, “Jika kamu menghakimi, maka kamu akan dihakimi tepat dengan cara yang sama.”
Siapakah di antara kita yang berani berdiri di hadapan Allah dan berkata, “Allahku, hakimilah aku seperti aku telah menghakimi orang lain”?
Kita telah menghakimi orang lain sebagai orang-orang berdosa. Jika Allah menghakimi kita dengan cara yang sama, kita akan dihukum ke neraka. Namun Allah menghakimi kita atas dasar penebusan yang ajaib oleh Salib kristus. (My Utmost for His Highest, 22 Juni)

Tidak ada komentar: