Senin, 21 Juni 2010

21 Juni Pelayanan Batiniah Melalui Doa Syafaat



TUGAS menjadi  “imamat yang rajani” adalah panggilan orang percaya yang telah menerima penebusan Yesus Kristus. Tetapi, menarik RENUNGAN hari ini, bahwa kekristentan kita dapat menjadi tidak sehat, karena terlalu instrospektif, mengorek-ngorek terus-menerus kedalam batin untuk melihat apakah kita sudah menjadi seperti yang diwajibkan pada kita. Kita harus bebas dari hal ini. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa kita hanya sempurna di dalam Kristus Yesus, bukan oleh upaya yang telah kita lakukan untuk Tuhan.
PELAYANAN BATINIAH MELALUI DOA SYAFAAT
Kamulah ... imamat yang rajani (1 Petrus 2:9).
Dengan hak apakah kita telah menjadi “imamat yang rajani”? Dengan hak penebusan Salib Kristus. Apakah kita siap untuk dengan penuh sadar mengesampingkan diri kita dan melakukan tugas doa keimaman?
Soalnya, mengorek-ngorek terus-menerus kedalam batin untuk melihat apakah kita sudah menjadi seperti yang diwajibkan pada kita, menghasilkan jenis kekristenan yang tidak sehat, yang berpusat-diri sendiri, bukannya kehidupan anak Allah yang penuh semangat dan bersahaja.
Sebelum kita masuk dalam hak imamat yang rajani dan hubungan yang benar dengan Allah, sesungguhnya hal itu tidak ada artinya, walaupun kita berkata, “Alangkah ajaib kemenangan yang kuperoleh!” Namun tidak ada sama sekali yang menunjukkan adanya mukjizat penebusan.
Percayalah sepenuhnya bahwa penebusan itu sempurna. Kemudian jangan khawatir lagi tentang diri Anda sendiri, tetapi mulailah berbuat seperti yang telah dikatakan Yesus Kristus, yang pada intinya: “Berdoalah bagi sahabat yang datang kepadamu di tengah malam, berdoalah bagi para orang kudus Allah dan berdoalah untuk semua orang.” Berdoalah dengan kesadaran bahwa Anda hanya sempurna di dalam Kristus Yesus, bukan atas permohan ini - “Oh, Tuhan, aku telah berbuat sebaik-baiknya; tolong dengarkan doaku sekarang.”
Berapa lamakah waktu yang diperlukan Allah untuk membebaskan kita dari kebiasaan yang tidak sehat tentang memikirkan diri kita sendiri?
Kita harus mencapai tahap sangat muak akan diri kita sendiri sampai kita tidak ada lagi ada keterkejutan atas apapun yang Allah mungkin beritahukan pada kita tentang diri kita. Kita tidak dapat menjangkau dan memahami kedalaman kekurangan kelemahan kita sendiri. Hanya ada satu tempat di mana kita benar di hadapan Allah, dan itu adalah di dalam Kristus Yesus. Sekali kita ada disana, kita harus mencurahkan hidup kita dengan sepenuhnya dalam pelayanan hidup batiniah yaitu doa syafaat. (My Utmost for His Highest, 21 Juni)

Tidak ada komentar: