Rabu, 16 Juni 2010

16 Jun ’10 - Maukah Anda Menyerahkan Nyawa Anda?


RENUNGAN hari ini mengatakan, menyerahkan nyawa kita bagi-Nya, sebagai respon kita atas tawaran-Nya menjadi sahabat kita, suatu yang sulit. Karena hal itu berarti, menyerahkan hidup kita sepanjang hari pada panggilan Allah, dan menunjukkan keselamatan dalam hidup kita sehari-hari. Tetapi Allah menyelamatkan seseorang, memenuhinya dengan Roh Kudus, barulah kemudian berkata, “Kini kerjakan keselamatan itu dalam hidupmu, dan setialah kepada-Ku”
MAUKAH ANDA MENYERAHKAN NYAWA ANDA?
Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya ..... Aku menyebut kamu sahahat (Yohanes 15:13,15).
YESUS tidak meminta saya untuk mati bagi-Nya, melainkan agar saya menyerahkan nyawa saya bagi-Nya. Petrus berkata kepada Tuhan, “Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu, dan dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya (Yohanes 13:37). Dia mempunyai rasa heroik atau kepahlawanan yang baik sekali.
Adalah sesuatu hal yang buruk ketidaksanggupan mengeluarkan pernyataan seperti yang dibuat oleh Petrus ini; beban tugas kewajiban hanya disadari dengan rasa heroik. Sudah pernahkah Tuhan menanyai Anda, “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? ” (Yohanes 13: 38).
Adalah lebih mudah untuk mati daripada menyerahkan hidup Anda sepanjang hari pada panggilan mulia Allah. Kita tidak diciptakan untuk saat-saat kehidupan yang cemerlang, tetapi kita harus berjalan di dalam terangnya dalam jalan kita sehari-hari.
Hanya ada satu saat cemerlang dalam hidup Yesus, yaitu di Gunung Pemuliaan. Di sanalah Dia mengosongkan diri-Nya dan kemuliaan-Nya untuk kedua kalinya, dan kemudian turun ke lembah dimana ada kerasukan setan (lihat Markus 9:1-29). Selama tiga puluh tiga tahun Yesus menyerahkan hidup-Nya untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. ”Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara ... ” (1 Yohanes 3:16). Namun hal ini bertentangan dengan sifat kita untuk berbuat demikian.
Jika saya seorang sahabat Yesus, saya harus dengan bebas dan seksama menyerahkan nyawa saya bagi-Nya. Hal itu sulit untuk dilakukan. Keselamatan itu mudah bagi kita, karena harga yang dibayar Allah sangat besar. Akan tetapi, menunjukkan atau menyatakan keselamatan dalam hidup kita adalah sulit. Allah menyelamatkan seseorang, memenuhinya dengan Roh Kudus, dan kemudian baru berkata, “Kini kerjakan keselamatan itu dalam hidupmu, dan setialah kepada-Ku, walaupun keadaan dan segala sesuatu di sekitarmu menyebabkan engkau menjadi tidak setia.”
Dan Yesus berkata kepada kita, ” ... Aku menyebut kamu sahabat ... ” Tetaplah setia kepada Sahabat Anda, dan ingatlah bahwa kehormatan-Nya dipertaruhkan dalam hidup ragawi Anda. (My Utmost for His Highest, 15 Juni)

Catatan: Pernyataan dalam aline-3 ”beban tugas kewajiban hanya disadari dengan rasa heroik”, (teks aslinya “the sense of our duty is only realized by sense of the heroic”), agak sulit dipahami. Teks dalam edisi yang diperbaharui (revisi), “our sense of duty is only fully realized through our sense of heroism”, tampaknya juga tidak memberikan pengertian yang lebih jelas. Mungkin ada tanggapan/pendapat. (Admin)

Tidak ada komentar: