Jumat, 05 November 2010

5 Nov ’10 - Mengambil Bagian Dalam Penderitaan Kristus


KECENDRUNGAN banyak orang ikut Tuhan (termasuk beribadah) untuk mendapatkan kesenangan – kesenangan menurut pemikiran/gagasan kita. Renungan hari ini justru tentang makna dan panggilan mengalami “Mengambil Bagian Dalam Penderitaan Kristus”.  Selanjutnya dibawah ini:

MENGAMBIL BAGIAN DALAM PENDERITAAN-NYA
“Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, ….. “ (1 Petrus 4:13).
JIKA Anda mau dipakai oleh Allah, Dia akan membawa Anda melewati beberapa pengalaman yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk Anda secara pribadi. Pengalaman ini dirancang untuk menjadikan Anda berguna dalam tangan-Nya, dan untuk memampukan Anda mengerti apa yang terjadi dalam kehidupan orang lain.
Dengan adanya proses ini, Anda tidak akan pernah terkejut dengan apa yang terjadi dalam perjalanan hidup Anda. Anda berkata, “Oh, saya tidak dapat menangani orang itu.” Mengapa tidak? Allah memberi Anda kesempatan yang cukup untuk belajar dari Dia mengenai masalah tersebut. Tetapi Anda berbalik, tidak memperhatikan pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman itu, karena kelihatannya amat bodoh untuk menghabiskan waktu Anda dengan cara seperti itu.
Penderitaan Kristus bukanlah penderitaan manusia biasa. Dia menderita “karena kehendak Allah” (1 Petrus 4:19), jadi mempunyai sudut pandang penderitaan yang berbeda dari penderitaan kita. Hanya melalui hubungan kita dengan Yesus Kristus saja kita dapat mengerti apa yang Allah inginkan dalam berhubungan dengan kita.
Ketika penderitaan datang, adalah merupakan bagian dari kebudayaan kristiani kita untuk ingin mengetahui maksud Allah terlebih dahulu. Dalam sejarah gereja Kristen, terdapat kecenderungan untuk menghindar dari hal-hal yang berkaitan dengan penderitaan Yesus Kristus. Orang mencari cara untuk melaksanakan perintah Alllah melalui jalan pintas mereka sendiri. Jalan Allah selalu jalan penderitaan.
Apakah kita mengambil bagian dalam penderitaan Kristus? Apakah kita siap bila Allah menyingkirkan ambisi pribadi kita? Apakah kita siap bila Allah menghancurkan keputusan-keputusan pribadi kita dengan mengubahnya secara adikodrati?
Ini akan berarti kita tidak tahu persis mengapa Allah memperlakukan kita dengan cara seperti itu, karena bila kita mengetahuinya akan membuat kita menjadi sombong rohani. Kita tidak pernah menyadari saat Allah membawa kita mengalaminya; kita melalui dan mengalaminya tanpa memahaminya sepenuhnya. Kemudian tiba-tiba kita sampai ke tempat pencerahan, dan menyadari - “Allah telah menguatkan saya dan saya bahkan tidak mengetahuinya!”

Tidak ada komentar: