Tampilkan postingan dengan label ketaatan pada Allah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ketaatan pada Allah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 September 2010

14 Sep ‘ 10 - Argumen atau Ketaatan

ROHANI atau batin yang kacau, bersumber pada adanya hal, bahkan mungkin hanya hal kecil,  dalam hidup yang kita tidak taruh dibawah pengendalian Roh Kudus. Dan kekacauan rohani hanya dapat menjadi terang melalui ketaatan. Begitu kita taat, kita diberi pengertian melihat sesuatu hal dan kemampuan memahami kehendak Allah.

ARGUMEN ATAU KETAATAN

 “……kamu disesatkan dari kesahajaan yang ada dalam Kristus (2 Korintus 11:3, KJV)

KESAHAJAAN (simplicity) merupakan rahasia untuk melihat segala hal dengan jelas. Seorang percaya bukan hanya berpikir dengan jelas, tetapi ia harus melihat dengan jelas tanpa ada kesulitan.

Anda tidak dapat berpikir melalui rohani yang kacau untuk melihat segala sesuatu dengan jelas; untuk melihat segala sesuatunya jelas, Anda harus taat. Dalam urusan intelektual, Anda dapat berpikir membolak balik semua kemungkinan jawabannya, tetapi dalam hal rohani, dengan rohani yang kacau, Anda hanya akan menemukan diri Anda dalam pikiran yang mengembara jauh dan bingung.

Jika ada sesuatu dalam hidup Anda yang atasnya Allah telah mengingatkan, maka taatilah hal itu. Bawalah semua hal mengenai “argument dan setiap pikiran Anda untuk ditawan menuju kepatuhan kepada Kristus”, dan segala sesuatu akan menjadi jelas seperti siang hari bagi Anda (lihat 2 Korintus 10:5). Kemampuan penalaran Anda akan datang kemudian, tetapi kita tidak melihat dengan penalaran. Kita melihat seperti anak kecil, dan bila kita mencoba menjadi “bijaksana” maka kita tidak melihat apa-apa (Matius 11:25).

Bahkan hal terkecil dalam hidup kita yang kita biarkan tidak dibawah pengendalian Roh Kudus cukup untuk menyebabkan kekacauan rohani, dan menghabiskan waktu untuk memikirkannya tidak akan pernah membuatnya jelas.

Kekacauan rohani hanya dapat menjadi terang melalui ketaatan. Begitu kita taat, kita mempunyai pengertian melihat masalahnya.

Ini memang membuat kita malu hati, karena ketika kita kacau maka kita tahu sebabnya terletak dalam keadaan pikiran kita. Akan tetapi, ketika daya penglihatan alami kita diserahkan dan ditundukkan dalam ketaatan kepada Roh Kudus, ia itu menjadi daya atau kemampuan yang tajam yang dengannya kita memahami kehendak Allah, dan seluruh hidup kita terpelihara dalam kesahajaan. (My Utmost for His Highest, 14 September).

Selasa, 27 Juli 2010

27 Jul ’10 - Cara Untuk Tahu

RENUNGAN hari ini, ”CARA UNTUK TAHU” (Way to Know) adalah tentang hukum utama memperoleh pengertian rohani, atau pengetahuan dan wawasan tentang ajaran Yesus Kristus, yaitu ketaatan.
Dikatakan,  kegelapan rohani adalah akibat dari ketidaktaatan. Tidak bertumbuh secara rohani juga karena ketidaktaatan. Selanjutnya dibawah ini:


CARA UNTUK TAHU  
 Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri” (Yohanes 7:17).
HUKUM utama yang harus diikuti agar memperoleh pengertian rohani bukanlah masalah intelektual, melainkan ketaatan. Jika seseorang menginginkan pengetahuan ilmiah, maka keingintahuan intelektualnya haruslah menjadi pemandunya. Akan tetapi, jika dia menginginkan pengetahuan dan wawasan mengenai ajaran Yesus Kristus, maka dia hanya dapat memperolehnya melalui ketaatan.
Jika hal-hal rohani tampak gelap dan tersembunyi bagi saya, maka saya yakin bahwa ada segi ketidaktaatan dalam hidup saya. Kegelapan akal adalah akibat dari ketidaktahuan, tetapi kegelapan rohani adalah akibat dari ketidaktaatan.
Tidak seorang pun yang pernah menerima sepatah kata dari Allah tanpa segera mengujinya. Kita tidak-taat dan kemudian merasa heran mengapa kita tidak bertumbuh secara rohani. Yesus berkata,  Jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, ... “ (Matius 5:23-24). Yesus sebenarnya berkata, “Jangan ucapkan sepatah kata pun kepada-Ku; pertama-tama patuhlah dengan membereskan segala sesuatu.”
Ajaran Yesus selalu tepat mengena di mana pun kita hidup. Kita tidak dapat berdiri sebagai seorang yang berpura-pura di hadapan-Nya walaupun hanya sekejap. Dia memerintahkan kita dengan penuh detil. Roh Allah membuka kedok pembelaan/pembenaran diri kita dan menjadikan kita peka terhadap hal-hal yang belum pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya.
Bila Yesus meyakinkan sesuatu kepada Anda melalui firman-Nya, jangan berusaha mengelak. Jika Anda mengelak, maka Anda akan menjadi seorang penipu. Periksalah hal-hal yang cenderung membuat Anda ”angkat bahu” dan dalam hal-hal apa Anda menolak untuk taat, maka Anda akan tahu mengapa Anda tidak bertumbuh secara rohani. Seperti kata Yesus, ” Pergilah berdamai dahulu... ” Sekalipun dengan risiko dituduh sebagai seorang yang fanatik, Anda harus mentaati apa yang disuruhkan Allah kepada Anda. (My Utmost for His Highest, 27 Juli)

Senin, 19 Juli 2010

19 Jul ‘ 10 - Kepatuhan Orang Percaya

KEPATUHAN atau ketaaan pada Tuhan adalah sesuatu yang berat. Setidaknya itulah pendapat atau perasaan kebanyakan kita. Tapi renungan hari ini menegaskan bahwa kepatuhan atau ketaatan sebagai yang suatu yang menyenangkan, dalam hubungan seperti anak-bapa, bahkan dikatakan ”kita akan mengagumi Dia siang malam”. Selanjutnya dibawah ini:


KEPATUHAN ORANG PERCAYA
Kamu menyebutAku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan” (Yohanes 13.13).
TUHAN tidak pernah memaksakan otoritas atau wewenang-Nya atas kita. Dia tidak pernah berkata, “Kamu harus tunduk kepada-Ku.” Tidak. Dia membiarkan kita sebebas-bebasnya untuk memilih. Malah sedemikian bebasnya sehingga kita dapat meludahi wajah-Nya atau membunuh Dia, seperti yang telah dilakukan orang-orang lain kepada-Nya; namun Dia tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun.
Akan tetapi, sekali setelah hidup-Nya dijelmakan di dalam saya melalui penebusan-Nya, maka saya segera menyadari hak-Nya untuk menjalankan otoritas atau kekuasaan-Nya atas diri saya. Itu merupakan penguasaan yang penuh dan berhasil, yang di dalamnya saya mengaku “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak ...” (Wahyu 4:11).
Adalah ketidaklayakan (unworthiness) dalam diri sayalah yang menolak untuk tunduk kepada Dia yang layak. Bila saya menjumpai seseorang yang lebih suci dari saya, dan saya tidak mengenal kelayakannya, atau tidak mematuhi perintahnya kepada saya, maka itu merupakan tanda ketidaklayakan saya sendiri yang disingkapkan.
Allah mengajar kita dengan menggunakan orang-orang yang sedikit lebih baik dari kita. Dia terus-menerus berbuat demikian sampai kita bersedia untuk tunduk. Kemudian seluruh sikap hidup kita merupakan sikap ketaatan kepada-Nya.
Jika Tuhan memaksakan kepatuhan kita, Dia hanya akan menjadi seorang mandor dan tidak lagi mempunyai otoritas yang sesungguhnya. Dia tidak pernah memaksakan kepatuhan, tetapi jika kita benar-benar melihat Dia maka kita akan segera mematuhi-Nya. Kemudian Dia dengan ”mudah” dan menyenangkan menjadi Tuhan atas hidup kita, dan kita akan mengagumi Dia siang malam.
Tingkat pertumbuhan saya dalam anugerah dinyatakan oleh cara saya memandang ketaatan.
Kita seharusnya mempunyai pandangan yang lebih tinggi pada kata ketaatan. Ketaatan hanya mungkin tumbuh di antara orang-orang yang sepadan dalam hubungan mereka; seperti hubungan antara ayah dan anaknya, bukan antara majikan dan pelayannya.
Yesus menunjukkan hubungan ini dengan mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). “Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar taat dan apa yang telah diderita-Nya” (Ibrani 5: 8). Anak Allah taat sebagai Penebus kita, karena Dia adalah Anak, bukan supaya Dia menjadi Anak  Allah. (My Utmost for His Highest, 19 Juli)

Minggu, 18 Juli 2010

18 Jul ’10 - Rahasia Percaya (dan Ketaatan)

RENUNGAN berjudul “Rahasia Percaya (dan Ketaatan)” hari ini tentang ketaatan pada Allah. Allah tidak pernah memaksa untuk taat, seperti halnya dengan Saulus. Ketaatan yang benar bersumber dari hubungan dan pengakuan akan Allah yang suci yang memberi perintah. Dan jika kita melakukan tidak-mau-taat ini, maka kitalah yang menarik diri dari recreating power atau kuasa penciptaan kembali penebusan-Nya dalam hidup kita.
RAHASIA PERCAYA (DAN KETAATAN)
Jawab Saulus: ‘Siapa Engkau, Tuhan? ” (Kisah Para Rasul 9:5).
MELALUI rnukjizat penebusan, Saulus dan Tarsus mendadak berubah dan seorang Farisi yang berpendirian-kuat dan keras menjadi seorang hamba Tuhan Yesus yang rendah hati dan penuh pengabdian.
Tidak ada sesuatu pun yang ajaib atau misteri mengenai hal-hal yang dapat kita jelaskan. Kita mengendalikan hal yang sanggup kita jelaskan, karena itu wajarlah untuk mencari penjelasan tentang segala sesuatu.
Bukanlah sesuatu hal yang biasa atau wajar untuk taat, namun tidaklah harus secara moral salah untuk tidak taat. Takkan ada ketidaktaatan yang sesungguhnya, dan juga tidak ada kebajikan moral di dalam ketaatan, kecuali seseorang mengakui penguasa lebih tinggi yang memberikan perintah.
Jika pengakuan (pada penguasa yang lebih tinggi) ini tidak ada, bahkan orang yang memberikan perintah dapat memandang ketidaktaatan orang lain sebagai hak atau kebebasan orang tersebut.Jika seseorang memberi perintah pada orang lain dengan berkata, “Anda harus berbuat ini,” dan “Anda akan berbuat itu,” dia mematahkan semangat dan keadaan tersebut menjadikannya tidak layak bagi Allah. Seseorang hanya akan menjadi budak yang harus patuh atau taat, kecuali di balik ketaatannya ada pengakuan akan Allah yang suci.
Banyak orang mulai datang kepada Allah setelah mereka berhenti sekedar beragama, karena hanya ada satu penguasa hati manusia yaitu Yesus Kristus, bukan agama. Akan tetapi, “Celakalah aku” jika setelah melihat Dia masih tidak mau taat. (Yesaya 6:5, juga lihat ayat 1).
Yesus takkan pernah memaksa agar saya taat, tetapi jika saya tidak taat, maka saya telah menandatangani surat kematian Anak Allah dalam jiwa saya. Bila saya berhadapan langsung dengan Yesus dan berkata, “Aku tidak mau taat,” Dia tidak akan pernah memaksa.
Akan tetapi, bila saya melakukan hal ini (hal tidak-mau-taat), saya menempuh jalan mundur dari recreating power atau kuasa penciptaan kembali penebusan-Nya. Namun, betapa buruk dan gagalnya pun saya, tidak ada bedanya bagi kasih karunia Allah, asalkan saya mau datang kepada terang. Akan tetapi, “Celakalah aku” jika menolak terang itu. (lihat Yohanes 3:19-21). (My Utmost for His Highest, 18 Juli)

Selasa, 15 Juni 2010

15 Jun ’10 - Majulah Terus! (2)



RENUNGAN hari ini masih dalam rangkaian yang kemarin. Kalau kemarin menekankan ”Majulah terus dalam hal keputusan dan tekad tinggal dalam Yesus”, maka hari ini menekankan ”Majulah terus dalam pekerjaan yang terasa rutin dan membosankan”. Dikatakan, yang penting adalah ketaatan. Dalam ketaatanlah, dalam percaya bahwa Allah sendiri yang merancang situasi kita, maka seluruh keagungan anugerah Allah menjadi milik kita.



MAJULAH TERUS! (2)
kamu harus ... menambahkan kepada imanmu (2 Petrus 1:5).
Majulah terus dalam pekerjaan yang terasa rutin dan membosankan. Petrus menyatakan dalam nas ini bahwa kita telah ”mengambil bagian dalam kodrat ilahi” dan sekarang kita “harus dengan sungguh-sungguh berusaha’’ memusatkan perhatian untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan saleh (2 Petrus 1:4-5).
Tidak seorang pun yang terlahir, baik secara lahiriah atau adikodrati dengan sifat tersebut; ia itu harus dikembangkan. Kita juga tidak dilahirkan dengan kebiasaan-kebiasaan saleh - kita harus membentuknya berlandaskan hidup baru yang telah ditempatkan Allah di dalam kita. Kita tidak dimaksudkan untuk dilihat sebagai contoh yang sempurna dan bersinar-terang dari Allah, tetapi untuk dilihat sebagai esensi kehidupan sehari-hari yang menunjukkan mukjizat anugerah-Nya.
Pekerjaan yang terasa rutin atau membosankan adalah ujian bagi sifat atau watak yang asli kita. Rintangan terbesar dalam kehidupan rohani kita ialah bahwa kita hanya mau mencari hal-hal yang besar untuk dikerjakan. Berbeda dengan Yesus yang “... mengambil sehelai kain lenan... dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya... ”(Yohanes 13:3-5).
Ada waktu-waktu dalam kehidupan kita dimana sepertinya tidak merima terang dari atas, tidak ada sesuatu yang menggetarkan secara rohani, tetapi hanya kerutinan harian dengan tugas-tugas biasa atau umum. setiap hari. Rutinitas kehidupan tersebut sebenarnya cara Allah untuk menyelamatkan kita di antara saat-saat inspirasi yang datang dari Dia. Artinya, jangan selalu mengharapkan Allah memberi Anda saat-saat-Nya yang menggetarkan, tetapi belajarlah untuk menghayati saat-saat rutin kehidupan dan terasa membosankan dengan kuasa Allah.
Sulit bagi kita untuk melakukan “penambahan” yang disebutkan Petrus dalam nas diatas. Kita berkata bahwa kita tidak berharap Allah membawa kita ke surga melalui hamparan bunga yang indah menyenangkan, namun kita bertindak seolah-olah memang berharap demikian!
Saya harus menyadari bahwa ketaatan saya bahkan dalam hal-hal terkecil kehidupan mengandung semua kemahakuasaan anugerah Allah dibaliknya. Jika saya mau melakukan tugas kewajiban saya, bukan demi kewajiban itu sendiri, melainkan karena saya percaya bahwa Allah-lah yang merancang situasi saya, oleh karenanya pada titik ketaatan sayalah seluruh keagungan anugerah Allah menjadi milik saya melalui Penebusan yang mulia Salib Kristus. (My Utmost for His Highest, 15 Juni)

Senin, 26 April 2010

26 APRIL 2010 Pendakian Penting dan Utama

RENUNGAN “Pendakian Penting dan Utama” hari ini menggambarkan bagian dari perjalan iman Abraham, yang juga harus dilalui setiap orang percaya. Perjalanan yang menghadapi rintangan dan menuntut ketaatan. Perjalanan yang akan membawa kita ke dalam pengenalan yang lebih baik tentang diri Allah. Perjalanan dimana Allah memurnikan iman kita. Selanjutnya dibawah ini:

PENDAKIAN PENTING DAN UTAMA
Ambillah anakmu …………… persembahkanlah dia …….. sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu(Kejadian 22:2).
KARAKTER atau sifat seseorang menentukan cara dia menafsirkan kehendak Allah (lihat Mazmur 18:26-27). Abraham menafsirkan perintah Allah dalam arti bahwa dia harus membunuh putranya, dan dia hanya dapat melepas kepercayaan tradisional ini melalui sakitnya suatu ujian berat. Allah tidak dapat memurnikan imannya dengan cara lain.
Jika kita mentaati apa yang Allah katakan sesuai dengan kesungguhan dan ketulusan percaya kita, Allah akan melepaskan kita dari kepercayaan tradisional yang menggambarkan Dia secara keliru.
Ada banyak kepercayaan semacam itu yang harus disingkirkan - misalnya bahwa Allah menyingkirkan seorang anak karena ibunya terlampau mencintainya. Itulah dusta dari iblis dan ejekan terhadap sifat Allah yang sejati!
Jika iblis dapat merintangi kita agar kita tidak melakukan pendakian penting dan utama serta agar tidak membuang semua tradisi kita yang keliru tentang Allah, maka dia pasti akan melakukannya. Akan tetapi, jika kita mau tetap setia kepada Allah, maka Allah akan mengantar kita melalui suatu ujian berat yang akan membawa kita ke dalam pengenalan yang lebih baik tentang diri-Nya.
Pelajaran besar yang dapat ditarik dari iman Abraham kepada Allah adalah bahwa dia siap melakukan apa saja bagi Allah. Dia siap untuk mentaati Allah, tanpa mempedulikan apakah kepercayaannya mungkin bertentangan dengan kepatuhannya. Abraham tidak mengabdi pada keyakinannya atau kalau tidak demikian, dia telah membunuh Ishak dan berkata bahwa suara malaikat itu sebenarnya adalah suara iblis. Itu (mengabdi pada keyakinan sendiri) adalah sikap seorang yang fanatik.
Jika Anda mau tetap setia kepada Allah, Allah akan menuntun Anda langsung menembus setiap rintangan dan dibawa masuk ke dalam pengenalan tentang diri-Nya. Tetapi Anda harus selalu rela sampai pada titik melepaskan keyakinan Anda sendiri dan semua kepercayaan tradisional Anda.
Jangan meminta Allah untuk menguji Anda. Jangan sekali-kali berkata seperti Petrus bahwa Anda bersedia berbuat apa saja, bahkan “bersedia masuk penjara dan mati” (Lukas 22:33). Abraham tidak mengeluarkan pernyataan semacam itu - dia hanya tetap setia kepada Allah, dan Allah memurnikan imannya. (My Utmost for His Highest, 26 April 2010)