DUNIA sekuler tidak senang dengan hal yang berbau rohani, biasa. Tapi tunggu dulu. Tidak sedikit orang kristen yang bernada sama, atau memberi cap ”sok rohani” pada orang yang berbicara agama/rohani lepas dari pintu gereja? Judul Renungan hari ini, ”Orang Percaya Yang Spiritual atau Rohani”, menantang kita, bagaimana sepatutnya menjadi orang percaya yang sesungguhnya. Selanjutnya dibawah ini:
ORANG PERCAYA YANG SPIRITUAL ATAU ROHANI
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia ... ” (Filipi 3:10)
Seorang percaya tidaklah mengambil prakarsa ke arah pewujudnyataan diri sendiri (self-realization), melainkan ke arah pengenalan Yesus Kristus. Seorang percaya yang spiritual tidak pernah menganggap bahwa situasi yang dialaminya hanya terjadi secara kebetulan, juga dia tidak pernah berpikir bahwa hidupnya terbagi dua, yaitu yang duniawi/sekuler dan yang sakral/suci. Dia memandang setiap situasi sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan dan pengenalan akan Yesus Kristus, dan mempunyai sikap penyerahan total kepada-Nya.
Roh Kudus bertekad agar Yesus Kristus menjadi nyata dalam setiap segi kehidupan kita, dan Dia akan mengantar kita kembali ke titik ini kembali dan kembali sampai kita mencapainya. Setiap upaya pewujudnyataan diri hanya mengantar kepada pengagungan perbuatan baik kita, padahal seorang percaya harus memuliakan Yesus Kristus melalui perbuatannya.
Apa pun yang mungkin kita lakukan – bahkan makan, minum, atau pekerjaan “mencuci kaki murid” - kita harus mengambil prakarsa untuk menghayati dan mengenal Yesus Kristus di dalamnya. Setiap fase kehidupan kita harus bercermin dari kehidupan Yesus. Tuhan kita menyadari hubungan-Nya dengan Bapa bahkan dalam tugas yang paling kasar dan rendah. ” Yesus tahu ... bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah ... mengambil sehelai kain lenan ... dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya. (Yohanes 13:3-5).
Tujuan dari orang percaya yang percaya yang spiritual ialah agar “mengenal Dia ..... ”.
Apakah saya mengenal Dia di tempat saya ada hari ini? Jika tidak, maka saya sedang mengecewakan Dia. Saya tidak berada di tempat sana disini untuk pewujudnyataan diri sendiri, melainkan untuk mengenal Yesus Kristus.
Dalam pekerjaan Kristen, prakarsa dan motivasi kita sering kali hanya merupakan akibat dari kesadaran bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukan dan bahwa kita harus melakukannya. Namun sikap semacam itu bukan merupakan sikap seorang percaya yang spiritual. Tujuannya adalah pewujudnyataan Yesus Kristus dalam setiap keadaan atau situasi yang dialaminya. (My Utmost for His Highest, 11 Juli)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar