Tampilkan postingan dengan label menjadi berkat bagi orang lain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label menjadi berkat bagi orang lain. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 September 2010

6 Sep ’10 – Sungai Kehidupan Dengan Capaian Jauh

SERING kita bicara tentang sungai berkat yang kita harapkan dari Allah kepada kita. Akan tetapi Renungan hari ini bicara tentang sungai berkat yang Allah ingin tumbuhkan dan alirkan melalui kita. Tapi tunggu dulu. Tidak seperti umumnya diharapkan dan diyakini, Allah jarang mengizinkan seseorang melihat betapa besar dia menjadi berkat bagi orang lain. 

SUNGAI KEHIDUPAN DENGAN CAPAIAN JAUH
“Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yohanes 7:38)
Sebuah sungai mencapai tempat-tempat yang tidak pernah diketahui oleh sumbernya. Yesus berkata bahwa jika kita telah menerima kepenuhan-Nya, "aliran-aliran air hidup” akan mengalir dari dalam hidup kita, dan menjadi berkat bahkan sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8) betapa pun kecilnya pengaruh hidup kita tampaknya. Kita tidak berurusan dengan alirannya, tetapi “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya ….” (Yohanes 6:29).
Allah jarang mengizinkan seseorang melihat betapa besar dia menjadi berkat bagi orang lain. 
Sebuah sungai unggul dalam ketekunan; ia mengalahkan semua rintangan. Sementara sungai itu mengalir dengan tenang pada jalurnya, kemudian sampai pada suatu rintangan, dan untuk sementara tertahan, namun sungai itu segera membuat jalan mengitari rintangan tersebut.
Atau sebuah sungai akan lenyap dari penglihatan sejauh berkilokilometer, lalu kemudian muncul kembali bahkan lebih luas dan lebih besar dari sebelumnya.
Adakah Anda melihat Allah menggunakan hidup orang lain, sementara karena sebuah rintangan memasuki kehidupan Anda, Anda merasa tidak berguna bagi Allah? Maka, perhatikanlah Sumbernya, dan Allah akan membawa Anda melingkari rintangan itu atau menyingkirkannya.
Sungai Roh Allah mengatasi semua rintangan. Jangan sekali-kali memusatkan pandangan Anda pada rintangan atau kesulitan. Rintangan itu akan diabaikan oleh sungai yang mengalir terus melalui Anda jika Anda tetap memusatkan pandangan kepada Sumber itu. Jangan biarkan apapun menghalangi hubungan Anda dengan Yesus Kristus, baik emosi maupun pengalaman – tidak ada yang menjauhkan Anda dari Sumber penuh kuasa.
Pikirkanlah tentang sungai-sungai yang bercapaian jauh dan memulihkan yang bertumbuh dan memelihara dirinya sendiri dalam jiwa kita! Allah telah membuka kebenaran-kebenaran ajaib kepada pikiran kita, dan setiap hal yang dibukakan-Nya merupakan petunjuk baru tentang kuasa yang lebih besar sungai yg dialirkan-Nya melalui kita.
Jika Anda percaya kepada Yesus, Anda akan mendapati bahwa Allah telah menumbuhkan dan memelihara di dalam Anda sungai-sungai berkat yang deras bagi orang lain. (My Utmost for His Highest, 6 September).

Jumat, 25 Juni 2010

25 Jun ‘10 – Menerima Diri Sendiri Dalam Api Duka dan Sengsara

BERBEDA dengan keinginan kita umumnya – agar dijauhkan dari duka dan sengsara - renungan hari ini justru mengajak kita melihat rahasia hidup dalam “Menerima Diri Sendiri Dalam Api Duka dan Sengsara”. Dikatakan, hanya melalui pengenalan dan penerimaan diri melalui api duka dan sengsara, Allah dapat menjadikan kita berkat bagi orang lain. Selanjutnya dibawah ini:

MENERIMA DIRI SENDIRI DALAM API DUKA DAN SENGSARA
..... apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!...." (Yohanes 12:27-28).
Sebagai seorang yang dikuduskan Allah, tidaklah sepatutnya untuk meminta agar duka dan sengsara serta kesulitan dijauhkan dari kehidupan saya. Seharusnya saya meminta agar Allah melindungi saya sehingga saya tetap menjadi untuk apa Dia menciptakan saya, walaupun di dalam api duka dan sengsara.
Tuhan kita menerima diri-Nya sendiri, menerima tugas pekerjaan-Nya dan menyadari maksud tujuan-Nya, di tengah-tengah api duka dan sengsara. Dia diselamatkan bukan dari saat itu, melainkan keluar dari saat itu.
Kita berkata bahwa seharusnya tidak ada duka dan sengsara, tetapi nyatanya ada, dan kita harus menyambut dan menerima diri kita sendiri di dalam apinya. Jika kita berusaha mengelak dari duka dan sengsara, menolak berurusan dengannya, maka kita bodoh. Duka dan sengsara adalah salah satu fakta terbesar dalam kehidupan, dan tidak ada gunanya untuk mengatakan bahwa tidak seharusnya demikian. Dosa, duka, sengsara dan penderitaan itu ada, dan kita tidak berhak untuk berkata bahwa Allah telah berbuat salah dalam mengizinkan keberadaan dari ketiga hal itu.
Duka dan sengsara menyingkirkan kedangkalan seseorang, tetapi tidak selalu membuat orang tersebut menjadi lebih baik. Penderitaan membuat saya mengenali atau menemukan diri sendiri atau sebaliknya, dapat menghancurkan saya. Anda tidak dapat menemukan atau menerima diri sendiri melalui keberhasilan, karena Anda akan terbius oleh kesombongan. Dan Anda tidak dapat menerima diri sendiri melalui keadaan hidup sehari-hari yang monoton, karena telah terbiasa dengan keadaan Anda. Satu-satunya cara untuk menemukan diri sendiri ialah di dalam api duka dan sengsara. Mengapa harus demikian tidaklah penting. Faktanya ialah bahwa hal benar di dalam Alkitab dan dalam pengalaman manusia.
Anda dapat mengenali orang yang telah mengalami api duka dan sengsara, dan telah menerima diriya sendiri, dan Anda tahu bahwa ia dapat pergi kepadanya pada saat kesukaran dan mendapati bahwa dia terbuka meluangkan waktunya bagi Anda.
Akan tetapi, jika seseorang belum mengalami api duka dan sengsara, dia cenderung bersikap memandang rendah orang lain, tidak menaruh hormat atau tidak punya waktu bagi orang lain. Jika Anda mau menemukan dan menerima diri sendiri di dalam api duka dan sengsara, maka Allah akan menjadikan Anda berkat bagi orang lain. (My Utmost for His Highest, 25 Juni)