Rabu, 25 Agustus 2010

25 Agu ‘ 10 - Pengorbanan Dan Persahabatan

DUNIA mengatakan rahasia sukacita adalah mendapatkan apa yang kita inginkan. Renungan hari ini mengungkapkan bahwa rahasia sukacita – yaitu sukacita yang dikerjakan Roh Kudus dalam kita - adalah pengorbanan-diri. Namun, mengapa hal itu tidak terjadi dalam kehidupan nyata kita. Hal itu berhubungan dengan penyerahan yang kita buat, mungkin penyerahan bersyarat, atau penyerahan yang tidak pernah sepenuhnya.

PENGORBANAN DAN PERSAHABATAN
Aku menyebut kamu sahabat...” (Yohanes 15:15).
KITA takkan pernah mengetahui sukacita pengorbanan-diri (self secrifice) sebelum kita menyerah dalam setiap rincian/aspek hidup kita. Namun penyerahan-diri (self-surrender) adalah tindakan tersulit untuk kita lakukan. Kita membuat penyerahan bersyarat dengan mengatakan, “Aku akan menyerah jika...!” Atau, kita memang tidak pernah sungguh-sungguh menyerah dan mengabdikan hidup kepada Allah. Dengan demikian kita takkan pernah menemukan sukacita pengorbanan-diri dalam kedua cara ini.
Akan tetapi, begitu kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus, Roh Kudus memberi kita sukacita-Nya. Sasaran utama pengorbanan-diri ialah menyerahkan hidup kita untuk Sahabat kita (lihat Yohanes 15:13-14). Bila Roh Kudus memasuki hidup kita, hasrat kita yang terbesar ialah menyerahkan hidup kita bagi Yesus.
Tuhan adalah teladan kita mengenai kehidupan pengorbanan-diri, dan Dia secara sempurna mencontohkan Mazmur 40:9, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku…..”. Dia menjalani pengorbanan pribadi yang dahsyat, namun dengan sukacita yang meluap-luap.
Pernahkah saya menyerahkan diri dengan tunduk sepenuhnya kepada Yesus Kristus? Jika Dia bukan Tokoh/Pribadi yang kepadanya saya mencari petunjuk dan panduan, maka tidak ada manfaat pengorbanan saya . Akan tetapi, ketika pengorbanan saya dilakukan dengan mata tertuju kepada-Nya, perlahan tetapi pasti pengaruh-Nya menjadi nyata dalam hidup saya (lihat Ibrani 12:1-2).
Waspadalah agar tidak membiarkan ketertarikan atau hasrat lahiriah Anda merintangi berjalan dalam kasih dihadapan Allah Allah. Karena keinginan atau hasrat yang benar dari seorang percaya ialah Tuhan Yesus. Kasih kepada Allah bukanlah sesuatu yang sentimental atau emosional - bagi seorang percaya, mengasihi seperti Allah mengasihi, merupakan hal paling praktis yang dapat dibayangkan.
 Aku menyebut kamu sahabat...” Persahabatan kita dengan Yesus didasarkan pada hidup baru yang diciptakan-Nya di dalam kita, hidup baru yang tidak ada daya tariknya terhadap kehidupan lama kita, tetapi hanya terhadap kehidupan dari Allah. Yaitu kehidupan yang sepenuhnya rendah hati, suci dan mengabdi kepada Allah. (My Utmost for His Highest, 25 Agustus)

Selasa, 24 Agustus 2010

24 Agu ’10 - Penyelidikan Rohani

MENGAPA kita berdoa tetapi tidak mendapatkan? Renungan hari ini menegaskan, barangkali ada yang tidak beres dalam hubungan atau relasi kita dengan orang lain – mungkin dengan anak-anak kita, kerabat kita, sahabat kita.
Kita perlu menyelidikinya dengan jujur. Dikatakan, tidak ada gunanya berdoa, kalau kita tidak hidup seperti anak-anak Tuhan.



PENYELIDIKAN ROHANI
Adakah seorang dari antara kamu yang memberi batu kepada anaknya, jika Ia meminta roti?” (Matius 7:9).
ILUSTRASI doa yang dipakai Tuhan di sini ialah tentang seorang anak yang baik yang meminta sesuatu yang baik. Kita banyak kali berbicara tentang doa seolah-olah Allah mendengar kita tanpa menghiraukan  relasi kita dengan Dia dan sesama kita (lihat Matius 5:45).
Jangan sekali-kali berkata bahwa adalah bukan kehendak Allah untuk memberi Anda apa yang Anda pohonkan. Jangan jemu dan menyerah, tetapi carilah penyebab Anda tidak menerima. Adakah hubungan Anda baik dengan pasangan Anda, dengan anak-anak Anda dan dengan rekan-rekan Anda? Apakah Anda “anak yang baik’ dalam hubungan dengan mereka tersebut? Adakah Anda memaksa Tuhan dengan berkata, “Aku telah tersinggung dan jengkel, tetapi aku masih menginginkan berkat-berkat rohani?’ Anda tidak dapat menerima dan tidak ada urusan dengan berkat-berkat tersebut sebelum Anda mempunyai sikap seorang “anak yang baik”.
Kita keliru kalau kita ”ngotot” dan mendebat Allah dan bukannya menyerah. Kita menolak untuk menerima kesalahan kita. Adakah saya memohon Allah memberkati saya dibidang keuangan, sementara saya tidak setia atau menolak untuk melunasi utang saya? Adakah saya memohon kemerdekaan kepada Allah sementara saya menahan kemerdekaan seseorang pada hal hal itu ada diatngan saya? Adakah saya menolak untuk mengampuni seseorang dan adakah saya bersikap tidak baik terhadap orang yang bersangkutan? Sudahkah saya hidup sebagai anak Allah di antara kerabat dan sahabat saya? (lihat Matius 7:12).
Saya menjadi anak Allah hanya karena kelahiran baru, dan sebagai anak-Nya saya baik hanya jika saya “hidup di dalam terang” (1 Yohanes 1:7).
Bagi kebanyakan kita, doa hanyalah merupakan ungkapan keagamaan yang sepele dan tidak penting, urusan persekutuan dengan Allah yang bersifat gaib dan emosional. Kita banyak kali menciptakan kabut rohani yang membutakan penglihatan kita. Akan tetapi, jika kita menyelidiki dan memeriksa diri kita dengan jujur, kita akan melihat dengan jelas ada yang tidak beres  – mungkin dalam persahabatan, utang yang tidak dibayar, sikap yang tidak benar, dll.
Tidak ada gunanya berdoa kalau kita tidak hidup seperti anak-anak Tuhan. Kemudian Yesus berkata, mengenai anak-anak-Nya, ”Setiap orang yang meminta, menerima...” (Matius 7:8). (My Utmost for His Highest, 24 Agustus)

Minggu, 22 Agustus 2010

22 Agu ’10 “Aku Memang..... Tetapi Ia”

KAPAN dan dimanakah Tuhan dapat memulai karya-Nya didalam diri kita – membaptis kita dengan Roh Kudus?
Renungan hari ini menegaskan, hanya setelah kita sampai suatu titik dimana kita sudah mentog - tidak dapat berbuat apa-apa lagi, dan lalu mengaku, ”Aku memang ... tetapi Dia”. Selanjutnya dibawah ini:




“AKU MEMANG..... TETAPI IA”

Aku memang membaptis kamu dengan air.. tetapi Ia... akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Matius 3:11, KJV).
PERNAHKAH saya mencapai suatu titik dalam hidup saya sehingga saya dapat berkata, “Aku memang... tetapi Ia...?” – (I indeed …. But He …”).
Sebelum sampai disana, saya takkan pernah tahu makna baptisan Roh Kudus. Saya memang berada di titik buntu, dan saya tidak dapat berbuat apa pun lagi - tetapi Dia justru memulai tepat di situ - Dia melakukan segala sesuatu yang tidak seorang pun dapat melakukannya.
Siapkah saya untuk kedatangan-Nya? Yesus tidak dapat datang dan melakukan karya-Nya di dalam saya selama ada sesuatu yang merintangi jalannya. Bila Dia datang kepada saya, siapkah saya mempersilakan Dia membawa dan menyingkapkan setiap kekeliruan yang pernah saya lakukan ke dalam terang?
Disitulah tepatnya Dia datang. Dimana pun saya tahu bahwa saya najis, di situlah Dia akan menjejakkan kaki-Nya dan berdiri,  dan dimanapun saya menyangka saya bersih, di situlah Dia akan mengangkat kaki-Nya dan berjalan pergi.
Pertobatan tidak menyebabkan suatu rasa berdosa. Pertobatan menyebabkan adanya rasa ketidaklayakan yang tidak terkatakan. Bila saya bertobat, saya menyadari bahwa saya sama sekali tidak berdaya - helpless, dan saya tahu bahwa saya benar-benar tidak-layak bahkan mengangkat kasut-Nya.
Sudahkah saya bertobat seperti itu, ataukah saya mempunyai pikiran untuk mencoba membela tindakan-tindakan saya? Kalau ada alasan mengapa Allah tidak dapat datang ke dalam hidup saya, itu karena saya tidak mencapai titik pertobatan yang penuh/sungguh.
Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Yohanes tidak berbicara di sini tentang baptisan Roh Kudus sebagai suatu pengalaman, melainkan sebagai sebuah karya yang dilakukan oleh Yesus Kristus. “Ia akan membaptis kamu...” Pengalaman satu-satunya yang pernah disadari oleh mereka yang dibaptis dengan Roh Kudus ialah pengalaman selalu merasakan ketidaklayakan mutlak mereka dihadapan Tuhan.
“Aku memang” demikian di masa lampau, “tetapi Ia” datang dan sesuatu terjadi dengan ajaib.
Usahakanlah tiba pada kesadaran keterbatasan diri Anda, di mana Anda tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi di situlah Dia dapat melakukan segala sesuatu  (My Utmost for His Highest, 22 Agustus 2010) 

Jumat, 20 Agustus 2010

20 Agu ’10 - Kesadaran-Akan-Kristus (Christ-Awareness)



“MARILAH kepada-Ku … Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Mengapa kebenaran kata-kata Yesus ini begitu sulit agar nyata dalam hidup kita? Renungan hari ini menegaskan, hal itu boleh terjadi, jika kita mau melepas kesadaran-diri yang hanya membawa kita hanyut dalam iba-diri dan tuntutan hak – termasuk hak pembalasan, dan digantikan oleh kesadaran-akan Kristus yang menguasai hidup kita dan memberikan kelegaan.

KESADARAN-AKAN-KRISTUS (CHRIST-AWARENESS)
“...Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28).
BILA sesuatu mulai merongrong hidup Anda, berpalinglah kepada Yesus, mohonlah kepada-Nya untuk memulihkan kembali perhentian/kelegaan jiwa Anda. Jangan biarkan apa pun tinggal yang dalam kehidupan Anda yang menyebabkan kegelisahan dalam hidup Anda.
Pikirkanlah setiap hal dalam hidup Anda yang menyebabkan kehancuran sebagai sesuatu yang harus diperangi, bukan sebagai sesuatu yang harus dibiarkan. Mintalah kepada Tuhan untuk menaruhkan  kesadaran akan Dia di dalam diri Anda, maka kesadaran-diri Anda akan lenyap. Lalu Dia akan menjadi segala-galanya bagi Anda dalam segalanya.
Waspadalah akan jebakan kesadaran-diri untuk terus menguasai Anda, karena perlahan tetapi pasti kesadaran-diri itu akan membangunkan rasa iba-diri (self pity), dan iba-diri adalah alat tipuan iblis. Jangan biarkan diri Anda berkata, “Baiklah. Mereka baru saja salah paham terhadapku, dan ini keterlaluan, untuk itu mereka harus minta maaf kepadaku; aku yakin aku harus meluruskan hal ini dengan mereka.”
Belajarlah untuk membiarkan orang lain memusingkan soal hak itu. Lebih baik mohonlah kepada Tuhan untuk memberi Anda kesadaran-akan-Kristus, maka Dia akan memantabkan Anda sampai ke kepenuhan (completeness) di dalam Dia.
Hidup yang penuh (complete) ialah hidup seorang anak kecil. Bila saya sepenuhnya sadar terhadap kesadaran-akan-Kristus (dalam diri) saya, maka ada sesuatu yang tidak beres. Orang sakitlah yang sesungguhnya mengetahui arti kesehatan. Seorang anak Allah tidak sadar akan kehendak Allah karena dia adalah kehendak Allah. Bila kita telah menyimpang sedikit saja dari kehendak Allah, kita mulai bertanya, ”Tuhan, apakah kehendak-Mu?” Seorang anak Allah tidak pernah berdoa untuk dibuat sadar akan fakta bahwa Allah menjawab doa, karena dia merasa sedemikian yakin dan  pasti bahwa Allah selalu menjawab doa.
Jika kita berusaha mengatasi/meniadakan kesadaran-diri kita melalui akal sehat kita sendiri, kita hanya akan semakin memperkuat kesadaran-diri kita dengan teramat sangat. Yesus bersabda, “Marilah kepada-Ku... Aku akan memberi kelegaan kepadamu,” artinya, kesadaran-akan-Kristus akan menggantikan kesadaran-diri sendiri.
Di manapun Yesus datang, Dia akan menetapkan perhentian/kelegaan bagi jiwa kita – perhentian/kelegaan dalam kegiatan kehidupan kita yang boleh jadi kita tidak pernah kita sadari. (My Utmost for His Highest, 20 Agustus)

Kamis, 19 Agustus 2010

19 Agu ’10 - Kesadaran-Diri

RENUNGAN hari ini menekankan pentingnya kesadaran-akan-Kristus di dalam kita – sesuatu yang mungkin juga jarang kita dengar dalam pengajaran kristen. Dan tidak membiarkan apa pun yang memecah atau menghancurkan kesatuan hidup kita dengan Dia: bisa sahabat, situasi kita, tapi yang pertema justu adalah sikap introspektif yang tidak sehat akibat kesadaran diri yang emosional atau berlebihan.


KESADARAN-DIRI
Marilah kepada-Ku... (Matius 11:28).
ALLAH bermaksud agar kita menghayati kehidupan yang lengkap,utuh, di dalam Kristus Yesus, tetapi adakalanya kehidupan itu diserang dari luar. Kemudian kita cenderung mundur ke dalam sikap introspeksi diri, suatu kebiasaan yang kita sangka telah lenyap.
Kesadaran-diri (self awareness) adalah hal pertama yang akan mengganggu keutuhan hidup kita di dalam Allah, dan kesadaran-diri terus-menerus menimbulkan pergumulan dan kekacauan dalam hidup kita.
Kesadaran-diri bukanlah dosa, dan itu dapat dihasilkan oleh emosi yang gugupan atau karena secara mendadak masuk ke dalam suatu situasi yang baru. Namun bukanlah kehendak Allah jika kita menjadi sesuatu yang kurang dari kesempurnaan mutlak di dalam Dia.
Apa pun yang mengganggu perhentian/kelegaan kita di dalam Dia harus segera dibetulkan, dan itu tidak dibetulkan dengan mengabaikannya. melainkan dengan datang kepada Yesus Kristus. Jika kita mau datang kepada-Nya, memohon kepada-Nya untuk menghasilkan kesadaran-akan-Kristus di dalam kita, Dia akan selalu melakukannya, sampai kita belajar selengkapnya untuk tinggal di dalam Dia.
Jangan biarkan apa pun yang memecah atau menghancurkan kesatuan hidup Anda dengan Kristus tinggal dalam hidup Anda. Waspadalah agar jangan membiarkan pengaruh sahabat Anda atau situasi Anda menghancurkan hidup Anda. Hal itu hanya akan melemahkan kekuatan Anda dan memperlambat pertumbuhan rohani Anda. Waspadalah terhadap apa pun yang dapat memecah kesatuan Anda dengan Dia, yang menyebabkan Anda melihat diri Anda terpisah dari Dia.
Tidak ada yang lebih penting selain bersikap tetap benar secara rohani. Dan penyelesaiannya sangat sederhana - “Marilah kepadaKu... ” Kedalaman realitas/kenyataan kita secara nalar, akhlak dan rohani sebagai seorang pribadi diuji dan diukur oleh kata-kata tersebut. Namun, masalahnya, dalam setiap segi dalam hidup kita dimana kita ternyata tidak seperti dikehendaki atau seharusnya, kita lebih suka memperdebatkannya dari pada datang kepada Yesus. (My Utmost for His Highest, 19 Agustus)

Rabu, 18 Agustus 2010

18 Agu ’10 - Pernahkah Anda Terdiam Sedih?

RENUNGAN hari ini menarik, merupakan rangkaian hari sebelumnya, yang mempertanyakan pernahkah kita terdiam sedih, patah semangat, ketika Tuhan menunjuk sesuatu dalam kehidupan yang kita harus lepaskan? Sesuatu yang kita kita padang sebagai milik kita, kekayaan kita, atau, mungkin kemiskinan kita malah? Lebih jauh dibawah ini.


PERNAHKAH ANDA TERDIAM SEDIH?
Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ía menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya” (Lukas 18.23).
PEMIMPIN MUDA yang kaya itu pergi meninggalkan Yesus dengan sedih dan membisu, tanpa mengucapkan apa pun sebagai tanggapan terhadap perkataan Yesus. Dia tidak meragukan ucapan Yesus atau maknanya, yang membuat dirinya amat sedih.
PernahkahAnda mengalami hal seperti itu? Sudah pernahkah firman Allah datang kepada Anda, menunjuk langsung segi tertentu kehidupan Anda, dan meminta Anda untuk menyerah kepada-Nya?
Mungkin Dia telah menunjuk pada milik Anda, pada sifat tertentu, hasrat dan kepentingan pribadi tertentu Anda, atau mungkin pada sesuatu terhadap mana hati dan pikiran Anda melekat. Dan sesaat kemudian maka Anda juga mungkin terdiam dengan sedih.
Tuhan takkan mengejar Anda, dan Dia takkan memaksa Anda. Akan tetapi, setiap kali Dia menemui Anda dalam hal-hal atau segi yang ditunjukkan-Nya dalam hidup Anda, Dia hanya akan mengulangi ucapan-Nya. “Jika engkau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu, inilah syarat-syaratnya.”
Juallah segala yang kaumiliki...” (Lukas 18:22). Artinya, bebaskan diri Anda di hadapan Allah dari segala sesuatu yang Anda pandang sebagai kepunyaan/milik Anda, sampai Anda hanya tinggal sebagai seorang yang sadar berdiri di hadapan-Nya, lalu memberikan kepada Allah apa-apa yang ditunjukkannya untuk diserahkan. Di situlah pepeperangan itu sungguh terjadi - pada masalah kehendak Anda di hadapan Allah.

Apakah Anda lebih mengabdi kepada gagasan Anda mengenai hal yang Yesus inginkan dari pada kepada Yesus sendiri? Jika demikian, Anda kemungkinan sekali termasuk orang yang mendengar salah satu pernyataan-Nya yang keras dan tegas dan yang akan membuat Anda sedih. Apa yang diucapan Yesus itu memang sulit dipahami – kata-kata Yesus hanya mudah diterima dan dipahami bila didengar oleh orang-orang yang menaruh sifat-Nya di dalam diri mereka. Waspadalah agar jangan membiarkan apa pun melunakkan kata-kata Yesus Kristus yang keras itu.
Saya dapat sedemikian ”kaya” dalam kemiskinan saya, atau dalam kesadaran akan kenyataan bahwa saya ini seseorang yang nobody, tidak berarti, sehingga saya tidak akan pernah menjadi murid Yesus. Atau saya dapat menjadi begitu ”kaya” dalam kesadaran bahwa saya adalah seorang penting, sehingga akan tidak pernah menjadi seorang murid.
Bersediakah saya menjadi miskin dan papa bahkan dalam kesadaran kepapaan dan kemiskinan saya? Jika tidak, itu menyebabkan saya menjadi patah semangat, putus asa (discouraged). Patah semangat adalah kekecewaan akibat kasih-diri (self-love), dan kasih-diri mungkin berupa kasih untuk pengabdian saya kepada Yesus - bukan kasih untuk Yesus sendiri. (My Utmost for His Highest, 18 Agustus)

Selasa, 17 Agustus 2010

17 Agu ’ 10 - Anda Patah Semangat Atau Mengabdi

PERNAHKAH mendengar Firman yang keras, tegas, menggedor jauh kedalam hati kita, seolah-olah ditujukan kepada diri kita? 
Renungan hari ini mengatakan, bila belum, diragukan kita sudah mendengar Tuhan berbicara kepada kita. Firman Tuhan sering keras, tanpa kompromi. Sepertinya menyakiti, tapi justru menyembuhkan.



ANDA PATAH SEMANGAT ATAU MENGABDI?
Yesus berkata kepadanya, Juallah segala yang kaumiliki... kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih,... ” (Lukas 18:22-23).
PERNAHKAH Anda mendengar Tuhan mengatakan sesuatu yang sangat sulit kita terima? Jika belum, saya meragukan apakah Anda pernah mendengar Dia mengatakan sesuatu kepada Anda. Yesus mengucapkan teramat banyak hal kepada kita dan kita dengar, tetapi sesungguhnya kita tidak mendengar. Dan sekali kita mendengar Dia berbicara, kata-kata-Nya keras dan tidak mengenal kompromi.
Yesus tidak menunjukkan kepedulian sedikit pun bahwa pemimpin muda yang kaya ini  harus melakukan hal yang dikatakan-Nya, dan juga Yesus tidak berusaha menahan pria ini tinggal bersama Dia. Dia hanya berkata kepadanya, ”Juallah segala yang kaumiliki... kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku. ”. Tuhan tidak pernah membujuknya - Dia hanya mengucapkan kata-kata paling keras yang pernah didengar telinga manusia, dan kemudian membiarkannya sendiri.
Pernahkah saya mendengar Yesus mengatakan sesuatu yang sulit dan keras kepada saya? Sudahkah Dia mengucapkan sesuatu secara pribadi kepada saya yang telah saya dengar dengan penuh perhatian?
Pria ini mengerti apa yang diucapkan Yesus. Dia mendengarnya dengan jelas, menyadari dampak sepenuhnya dari makna kata-kata itu, dan hal itu mendobrak hatinya. Dia pergi dengan sedih dan tidak mengindahkannya. Dia datang dengan kobaran semangat dan tekad, tetapi kata-kata Yesus membekukannya. Bukannya menghasilkan pengabdian dengan penuh semangat kepada Yesus, kata-kata-Nya menghasilkan keputusasaan dan patah semangat. Dan Yesus tidak mengejar dia agar kembali, tetapi membiarkannya pergi.
Tuhan tahu benar bahwa bila perkataan-Nya didengar sungguh-sungguh, akan menghasilkan buah cepat atau lambat. Jeleknya, sebagian dari kita merintangi perkataan-Nya dari menghasilkan buah dalam hidup kita saat ini.
Menjadi pertanyaan, apakah yang akan kita katakan bila kita akhirnya memutuskan untuk mengabdi kepada-Nya dalam hal tersebut? Satu hal yang pasti - Dia tidak akan melemparkan kembali masa lampau kita ke wajah kita. (My Utmost for His Highest, 17 Agustus)

Senin, 16 Agustus 2010

16 Agu ‘ 10 - Apakah Dia Mengenal Saya?

JUDUL renungan hari ini, “ADALAH DIA MENGENAL SAYA?”. Jawabnya jelas. Dia (Yesus) memanggil kita menurut nama kita masing-masing. Penulis sebaliknya bertanya, adakah dan bagaimana pengalaman pribadi kita dengan Yesus? Kita diajak introspeksi: adakah salah mengerti tentang Dia? Adakah kebimbangan tentang Dia? Atau adakah pengalaman, karena kepentingan diri, menyangkal Dia? Apakah saya mempunyai sejarah pribadi dengan Yesus?

APAKAH DIA MENGENAL SAYA
Ia memanggil ..... masing-masing menurut namanya” (Yohanes 10:3).
KAPANKAH saya telah salah mengerti Dia? (lihat Yohanes 20:11-18). Memang adalah mungkin mengenal semua doktrin dan masih tetap tidak mengenal Yesus. Jiwa seseorang ada dalam bahaya besar bila pengenalan akan doktrin melampaui pengenalan akan Yesus.
Mengapa Maria saat itu menangis? Bagi Maria, doktrin bukanlah sesuatu yang penting. Meskipun setiap orang Farisi dapat membuat Maria seolah-oleh bodoh mengenai doktrin, tetapi ada satu hal yang tidak dapat mereka tertawakan yaitu kenyataan bahwa Yesus telah mengusir tujuh roh jahat keluar dari wanita ini (Lukas 8:2); namun begitu, berkat-Nya tersebut tidak berarti bagi Maria bila dibandingkan dengan pengenalannya akan Yesus. “Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya, Maria! ‘‘ (Yohanes 20:14,16). Begitu Yesus menyebut namanya, Maria, segera tahu bahwa dia mempunyai sejarah pribadi dengan Tokoh itu. ”Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, ‘Rabuni!” (Yohanes 20:16).
Kapankah saya bimbang dan bimbang tentang Dia? (lihat Yohanes 20:24-29). Apakah saya sedang meragukan sesuatu tentang Yesus - mungkin suatu pengalaman yang disaksikan orang lain, tetapi saya sendiri belum mengalaminya? Para murid lain berkata kepada Tomas, “Kami telah melihat Tuhan! ” (Yohanes 20:25). Akan tetapi, Tomas bimbang dan berkata, ”Sebelum aku melihat... sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yohanes 2025) Tomas membutuhkan sentuhan pribadi Yesus. Ketika sentuhan itu tiba, “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku! ” (Yohanes 20:28).
Kapankah saya karena kepentingan diri menyangkal Dia? (lihat Yohanes 21:15-17). Petrus menyangkal Yesus Kristus dengan sumpah dan kutukan (lihat Matius 26:69-75); namun setelah kebangkitan-Nya Yesus memulihkan Petrus secara pribadi dan kemudian Dia memulihkannya secara umum di hadapan orang lain. Dan Petrus berkata kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau” (Yohanes 21:17).
Apakah saya mempunyai sejarah pribadi dengan Yesus?
Ada satu tanda pemuridan sejati yaitu kesatuan yang akrab dengan Dia – suatu pengetahuan dan pemahaman tentang Yesus yang tidak sesuatupun dapat tergoyahkan.  (My Utmost for His Highest, 16 Agustus)

Minggu, 15 Agustus 2010

15 Agu ’10 - Bukti Kelahiran Baru


RENUNGAN hari ini, ”BUKTI KELAHIRAN BARU”. Bagaimana hal itu dapat terjadi? Apa yg menjadi bukti kelahiran baru? Setidaknya dua hal yang ditekankankan disini: pengenalan secara pribadi akan siapa Yesus dan kuasa-Nya yang berdaulat yang didalamnya ada kuasa untuk tidak berbuat dosa. Tidak berarti kita tidak dapat berbuat dosa, tetapi jika mau mematuhi kehidupan Allah di dalam kita, maka kita tidak perlu berbuat dosa.

BUKTI KELAHIRAN BARU
Kamu harus dilahirkan kembali” (Yohanes 3:7).
JAWABAN atas pertanyaan Nikodemus, “ Bagaimana mungkin seseorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?” ialah: Hanya bila dia bersedia mati terhadap segala sesuatu dalam hidupnya, termasuk haknya, kebajikannya dan agamanya, dan bersedia menerima suatu kehidupan baru yang tidak pernah dialaminya sebelumnya (lihat Yohanes 3:4). Hidup baru ini terlihat dengan sendirinya dalam pertobatan kita yang kita putuskan secara sadar dan dalam kesucian yang (dikerjakan dalam drii kita) tidak kita sadari.
Namun semua orang yang menerima-Nya. . . “ (Yohanes 1:12). Apakah pengetahuan saya tentang Yesus merupakan hasil pemahaman batin saya, ataukah itu hanya merupakan pelajaran yang saya terima dari orang lain? Adakah sesuatu dalam hidup saya yang menyatukan saya dengan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi saya? Sejarah kerohanian saya haruslah mempunyai landasan pengenalan pribadi dengan Yesus Kristus. Dilahirkan baru berarti saya melihat Yesus.
 ...jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yohanes 3:3). Apakah saya hanya mencari bukti kerajaan Allah, ataukah saya sesungguhnya mengenal kuasa-Nya yang mutlak dan mengendalikan?
Kelahiran baru memberi saya kuasa pandangan/visi baru yang olehnya saya mulai membedakan pengendalian Allah (God’s control). Kedaulatan-Nya sudah ada sepanjang masa, tetapi kebenaran tentang Allah dan sifat-Nya, tidak dapat saya lihat sampai saya menerima sifat-Nya sendiri dalam diri saya.
Setiap orang yang lahir dan Allah, tidak terus-menerus berbuat dosa... ” (1 Yohanes 3:9). Apakah saya berusaha untuk berhenti berbuat dosa ataukah saya sesungguhnya telah berhenti berbuat dosa?
Lahir dari Allah berarti memiliki kuasa adikodrati-Nya untuk berhenti berbuat dosa. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa seorang Kristen tidak boleh berbuat dosa.
Karya kelahiran baru itu berhasil guna di dalam kita bila kita tidak berbuat dosa. Bukanlah semata-mata bahwa kita mempunyai kuasa untuk tidak berbuat dosa, melainkan bahwa kita sesungguhnya telah berhenti berbuat dosa. Namun 1 Yohanes 3:9 tidaklah berarti bahwa kita tidak dapat berbuat dosa - itu hanya berarti bahwa jika kita mau mematuhi kehidupan Allah di dalam kita, maka kita tidak perlu berbuat dosa. (My Utmost for His Highest, 15 Agustus)

Sabtu, 14 Agustus 2010

14 Agu ’10 – Disiplin Dari Tuhan

RENUNGAN hari ini masih rangkaian sebelumnya ”Janganlah Padamkan Roh”. Dikatakan, sangat mudah untuk tersandung dalam mendukakan Roh Allah; dengan menganggap enteng disiplin Tuhan, atau menjadi berkecil hati bila Dia menegur kita. Sikap kita terhadap teguran (Roh) Tuhan tergantung dari pemahaman kita akan maksud pengudusan, akan apa yang Allah ingin lakukan bagi saya.

DISIPLIN DARI TUHAN
Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya” (Ibrani 12:5).
ADALAH sangat mudah untuk tersandung dalam mendukakan Roh Allah; kita melakukannya dengan menganggap enteng disiplin Tuhan, atau menjadi berkecil hati bila Dia menegur kita. Jika pengalaman kita mengenai dipisahkan dari dosa dan disucikan melalui proses pengudusan masih sangat dangkal, kita cenderung menganggap realita/kenyataan Allah sebagai hal yang lain. Dan bila Roh Allah memberi kita peringatan atau pengekangan, kita mudah keliru dan berkata, “Oh, itu pasti dan iblis.”
Janganlah padamkan Roh” (1 Tesalonika 5:19), dan janganlah menganggap enteng bila Dia berkata kepada Anda, “Jangan lagi buta mengenai hal ini  - engkau tidak semaju perjalanan rohani yang kau sangka. Sampai sekarang Aku tidak dapat menyingkapkan hal ini kepadamu, tetapi kini Aku menyatakannya kepadamu.”
Bila Tuhan mendisiplin Anda seperti itu, biarkan Dia melakukannya dengan cara-Nya. Biarkan Dia menempatkan Anda dalam hubungan yang baik di hadapan Allah.
...janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya.” Kita mulai bersungut-sungut, menjadi jengkel terhadap Allah dan kemudian berkata, “Ah, baiklah. Aku tidak bisa menanggungnya. Aku telah berdoa, tetapi keadaannya tidak semakin membaik. Jadi, aku putus asa.”
Bayangkan apa yang akan terjadi jika kita bersikap demikian dalam segi lain hidup kita!
Siapkah saya sepenuhnya mempersilakan Allah menguasai saya dengan kuasa-Nya, dan mengerjakan dalam diri saya suatu karya yang benar-benar layak bagi-Nya?
Pengudusan bukanlah gagasan saya mengenai hal yang saya inginkan Allah lakukan bagi saya. Pengudusan adalah gagasan Allah mengenai hal yang ingin dilakukan-Nya bagi saya. Akan tetapi, Dia harus membawa saya pada kedalaman pikiran dan roh dimana saya akan mempersilakan Dia menguduskan saya seluruhnya, apa pun harga yang harus ditanggung (lihat 1 Tesalonika 5:23-24).(My Utmost for His Highest, 14 Agustus)

Jumat, 13 Agustus 2010

13 Agu ’10 – ”Janganlah Padamkan Roh”


KRISIS dalam hidup orang percaya, bisa jadi adalah bagian dari rancangan Tuhan untuk “menyapa” kita bahwa kita sedang menyakiti Allah, memadamkan teguran yang diberikan oleh Rohnya. Lebih lanjut dalam Renungan ”JANGANLAH PADAMKAN ROH” dibawah ini.


”JANGANLAH PADAMKAN ROH”
Janganlah padamkan Roh” (1 Tesalonika 5:19).
SUARA ROH Allah itu selembut angin sepoi di musim panas - sedemikian lembutnya sehingga bila Anda tidak hidup dalam persekutuan sempurna dengan Allah, maka Anda takkan pernah mendengarnya
Kesadaran akan teguran dan pengekangan yang diberi Roh datang dalam diri kita dengan cara-cara yang paling lembut dan mengagumkan. Jika Anda tidak cukup peka untuk mengenali suara-Nya, maka Anda akan memadamkannya, dan hidup rohani Anda akan rusak (impair). Kesadaran akan pengekangan ini selalu datang sebagai “angin sepoi-sepoi basah”, sedemikian lembutnya sampai tidak seorang pun kecuali seorang yang percaya kepada Allah yang dapat mengenalinya.
Waspadalah jika dalam menyampaikan kesaksian pribadi, Anda senantiasa menoleh ke belakang dan berkata, “Bertahun-tahun yang lampau, saya diselamatkan.”
Jika Anda telah “siap membajak” dan sedang berjalan dalam terang, Anda tidak boleh “menoleh ke belakang” - masa lampau telah ditanamkan ke dalam keajaiban masa kini dalam persekutuan dan persatuan dengan Allah (Lukas 9:62 dan 1 Yohanes 1:6-7).
Waspadalah terhadap mencoba menutupi penolakan Anda saat ini untuk “hidup dalam terang” dengan mengenang pengalaman masa lampau Anda ketika Anda memang “hidup dalam terang”. Bila Roh memberi Anda kesadaran akan pengekangan itu, berhentilah dan bereskanlah hal-hal yang diingatkan kepada Anda, atau kalau tidak, Anda akan terus memadamkan dan mendukakan Dia.
Andaikata Allah membawa Anda pada suatu krisis dan Anda menanggungnya, tetapi tidak selengkapnya, Dia akan merancang krisis itu lagi untuk menyetakkan kesadaran Anda akan Dia. Tetapi kali ini, apabila Anda tidak taat, maka dari intensitasnya akan hilang, ketajaman pembedaan Anda akan teguran-Nya semakin kurang, dan sebaliknya rasa malu dan terhina yang diakibatkan ketidaktaatan itu akan semakin banyak.
Jika Anda terus-menerus mendukakan Roh-Nya, akan datang waktunya saat krisis itu tidak dapat diulangi, karena Anda telah sepenuhnya memadamkan Dia. Akan tetapi, jika Anda mau terus maju melalui krisis itu, kehidupan Anda akan menjadi kidung pujian bagi Allah.
Jangan pernah terlibat dengan apa pun yang terus menyakiti Allah. Agar Anda bebas dari hal itu, Allah harus dipersilakan untuk merusaknya, apapun itu. (My Utmost for His Highest, 13 Agustus)

Kamis, 12 Agustus 2010

12 Agu ’10 – Teologi Perhentian Dalam Tuhan

RENUNGAN hari ini, tentang rest atau perhentian dalam Tuhan. Allah mengharapkan anak-anak-Nya menjadi orang-orang yang handal.

Ketika tidak ada badai dalam hidup kita, semua tampak beres. Akan tetapi ketika masa krisis datang, tersingkaplah siapa sebenarnya yang kita andalkan. Atau sebaliknya, keyakinan kita tetap tidak tergoyahkan, jika kita telah belajar menyembah Allah dan menaruh iman percaya kita kepada-Nya.

TEOLOGI PERHENTIAN DALAM TUHAN
Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang percaya?” (Matius 8:26).
BILA kita takut, yang dapat kita lakukan paling tidak adalah berdoa kepada Allah. Akan tetapi, Tuhan berhak mengharapkan bahwa orang-orang yang menyebut nama-Nya mempunyai keyakinan yang mendasar kepada-Nya. Allah mengharapkan anak-anak-Nya untuk sedemikian yakin kepada-Nya sehingga dalam krisis apapun mereka menjadi orang-orang yang handal.
Namun demikian, trust atau kepercayaan kita kepada Allah hanya sampai ke suatu titik tertentu, kemudian kita balik kembali kepada doa-doa bernada panik dan takut yang biasa dipanjatkan oleh orang yang bahkan tidak mengenal Allah. Kita tiba di jalan buntu, dan menunjukkan bahwa kita tidak menaruh sedikitpun keyakinan kepada-Nya atau kepada kekuasaan-Nya yang berdaulat di bumi. Bagi kita Dia seolah-olah tertidur, dan kita tidak dapat melihat apapun kecuali gelombang raksasa yang menggulung di depan kita.
..... hai kamu yang kurang percaya! ” Betapa perihnya kata-kata itu menusuk di dada  para murid itu, ketika olehnya mereka melihat dan menyadari bahwa mereka kembali gagal dihadapan-Nya! Dan betapa perihnya rasa penyesalan di hati kita ketika tiba-tiba tersentak sadar bahwa sebenarnya kita dapat menyenangkan hati Yesus dengan tetap percaya sepenuhnya kepada-Nya, apa pun yang sedang kita hadapi.
Ada waktunya ketika tidak ada badai atau krisis dalam hidup kita, dan semua yang kita lakukan tampak beres. Akan tetapi ketika masa krisis datang, disanalah segera tersingkap siapa sebenarnya yang kita andalkan. Jika kita telah belajar menyembah Allah dan menaruh iman percaya (trust) kita kepada-Nya, krisis itu akan menyingkapkan bahwa kita boleh saja sampai pada titik yang sulit (point of breaking), namun keyakinan kita kepada-Nya tidak tergoyahkan.
Kita telah berbicara banyak tentang pengudusan, tetapi apakah akibatnya dalam hidup kita? Itu akan terekspresikan dalam hidup kita sebagai perhentian dalam Allah yang penuh kedamaian (peaceful resting in God, yang berarti suatu kesatuan total dengan Dia. Dan kesatuan ini akan membuat kita, bukan hanya tidak bercela di hadirat-Nya, melainkan juga sukacita yang mendalam bagi-Nya.(My Utmost for His Highest, 12 Agustus)

Rabu, 11 Agustus 2010

11 Agu ‘ 10 - Pengalaman Ini Harus Datang

ADA saat dalam ikut Tuhan kita menemukan diri kita dihadapkan dengan situasi yang tidak diharapkan.”Elia” kita - orang yang kepadanya kita berharap, sudah pergi. Dan kita dihadapkan dengan situasi baru: ”Yordan”, ”Yerikho” dan ”Betel”.

Pengalaman seperti ini harus datang. Tapi situasi apapun yang kita hadapi, kata Renungan hari ini, kita diminta bertekad untuk mempercayai Allah dan tidak lagi mencari ”Elia” kita.

PENGALAMAN INI HARUS DATANG
Lalu naiklah Elia ke surga dalam angin badai. Elisa ... tidak melihat Elia lagi” (2 Raja-raja 2: 11-12).
TIDAKLAH salah bagi Anda untuk tergantung pada “Elia” Anda selama Allah memberinya kepada Anda. Akan tetapi, ingatlah bahwa waktunya akan tiba untuk ”Elia” harus pergi dan tidak lagi menjadi pebimbing dan pemimpin Anda, karena Allah tidak bermaksud ia tetap ada dengan Anda.  Bahkan pemikiran itu menyebabkan Anda berkata, “Aku tidak dapat melanjutkan tugasku tanpa ‘Elia’-ku.” Namun Allah mengatakan Anda harus terus melanjutkannya.
Sendiri di “Yordan” Anda (2 Raja-raja 2:14).
Sungai Yordan melambangkan jenis pemisahan dimana Anda tidak mempunyai persekutuan dengan dengan siapa pun lagi, dan dimana tidak seorang pun lagi dapat menuntut tanggungjawab dari Anda.
Anda sekarang harus menguji pelajaran yang Anda terima ketika Anda bersama “Elia” Anda. Anda telah pergi ke Yordan berulang kali bersama Elia. tetapi sekarang Anda menghadapinya sendiri. Tidak ada gunanya untuk berkata bahwa Anda tidak dapat pergi – dari pengalaman disini, Anda harus pergi.
Jika Anda sungguh-sungguh ingin tahu benar-tidaknya Allah itu sebagai Allah yang dipercayai oleh iman Anda, maka jalanilah “Yordan” Anda.
Sendiri di “Yerikho” Anda (2 Raja-raja 2:15).
Yerikho melambangkan tempat dimana Anda telah melihat “Elia” Anda melakukan hal-hal yang besar. Namun bila Anda datang sendiri ke “Yerikho” Anda, Anda sangat enggan berprakarsa dan mempercayai Allah, malahan, (Anda) menginginkan seseorang lain melakukannya untuk Anda. Akan tetapi, jika Anda patuh pada pelajaran yang Anda terima selagi Anda bersama “Elia” Anda, maka Anda akan menerima sebuah tanda, seperti halnya Elisa, bahwa Allah menyertai Anda.
Sendiri di “Betel” Anda (2 Raja-raja 2:23).
Di “Betel’ Anda, Anda akan mendapati diri Anda kehabisan akal, tetapi itulah titik awal hikmat Allah. Ketika Anda tiba pada kehabisan akal dan cenderung panik, jangan!
Tetaplah setia kepada Allah maka Dia akan mengungkapkan kebenaran-Nya sedemikian rupa sehingga hidup Anda akan menjadi ekpresi atau ungkapan penyembahan. Terapkanlah pelajaran yang telah Anda terima selagi bersama dengan “Elia” Anda - gunakanlah jubahnya dan berdoalah (lihat 2 Raja-raja 2:13-14).
Bertekadlah untuk mempercayai Allah dan janganlah lagi mencari Elia. (My Utmost for His Highest, 11 Agustus)

Selasa, 10 Agustus 2010

10 Agu ’10 - Penderitaan Suci Para Orang Percaya

TIDAK ADA orang yang memilih penderitaan, kata Renungan ”PENDERITAAN SUCI PARA ORANG PERCAYA” hari ini. Tetapi memilih kehendak Allah, walaupun itu berarti Anda akan menderita, merupakan hal yang samasekali berbeda: Menderita, tanpa mengharapkan simpati orang lain - yang sering justru melemahkan. Lebih jauh dibawah ini:
PENDERITAAN SUCI PARA ORANG PERCAYA
Karena itu, baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan dirinya..., sambil terus berbuat baik” (1 Petrus 4:19).
MEMILIH untuk menderita berarti ada yang tidak beres dengan Anda. Tetapi memilih kehendak Allah, walaupun itu berarti Anda akan menderita, merupakan sesuatu yang samasekali berbeda.
Tidak ada orang percaya yang normal dan sehat memilih penderitaan; dia hanya memilih kehendak Allah, seperti yang dulu dilakukan Yesus, tanpa peduli apakah itu berarti penderitaan atau tidak. Dan seharusnya tidak seorangpun orang percaya pernah berani mencoba terlibat atau mengendalikan pelajaran penderitaan yang diajarkan pada kehidupan orang percaya lain.
Orang percaya yang memuaskan hati Yesus akan membuat orang percaya lainnya menjadi kuat. Akan tetapi, orang yang biasanya dipakai untuk menguatkan kita sama sekali bukan mereka yang bersimpati kepada kita; faktanya, kita hanya akan terhambat maju oleh mereka yang memberikan simpati atas kita, karena simpati hanya melemahkan kita.
Tidak seorang pun lebih memahami seorang percaya ketimbang orang percaya yang dekat dan akrab dengan Yesus. Jika kita menerima simpati dari orang percaya lain, rasa iba diri membuat reaksi spontan kita, “Allah berlaku keras terhadapku dan menyulitkan hidupku.” Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa iba-diri itu berasal dan iblis (Matius 16:21-23).
Kita harus menghormati Allah sebagaimana seharusnya. Adalah mudah bagi kita mengatakan hal yang tidak benar tentang sifat Allah karena Dia tidak pernah mempertahankan atau membela diri. Waspadalah terhadap pemikiran bahwa Yesus membutuhkan simpati semasa hidup-Nya di bumi. Dia menolak simpati manusia karena dalam hikmat-Nya yang besar Dia tahu bahwa tidak seorang pun di bumi ini yang memahami maksud-Nya (lihat Mateus 16:23). Dia hanya menerima simpati Bapa-Nya dan para malaikat (lihat Lukas 15:10).
Perhatikanlah betapa tidak bergunanya orang-orang percaya Allah, demikian menurut penilaian dunia ini. Memang Allah sepertinya menempatkan para orang percaya-Nya di tempat yang paling tidak berguna. Kita mungkin berkata, “Allah memaksudkan aku di sini karena aku sangat berguna bagi-Nya.” Namun Yesus tidak pernah mengukur hidup-Nya dengan ukuran dimana Dia paling dipakai.
Allah menempatkan orang-orang percaya kepada-Nya dimana mereka akan mendatangkan kemuliaan terbesar bagi-Nya, dan kita tidak mampu sepenuhnya mengetahui dimanakah tempat tersebut. (My Utmost for His Highest, 10 Agustus)

Notes
Dear all. Renungan hari ini tergolong ”berat” dan ”sulit”: ”Berat” dilihat dari kedalaman materi. Dan ”sulit” dilihat dari penyajian materi dalam teks asli (oleh isteri Oswald Chambers yang mencatatnya dalam steno), yang harus dituangkan dalam ruang terbatas sebagai renungan harian. Mungkin karena itu pulalah Judul dalam My Utmost  edisi 1935 The Sacrament of The Saint dalam edisi revisi menjadi The Holy Suffering of the Saint. Untuk membandingkan dengan teks asli dipersilahkan link ke alamat berikut ini: http://myutmost.org/08/0810.html (Admin).

Senin, 09 Agustus 2010

9 Agu ’10 - Doa Yang Didengar Bapa

RENUNGAN hari ini masih tentang doa, rangkaian hari sebelumnya. Dengan penekanan pada”DOA YANG DIDENGAR BAPA”. Ditekankan, Allah Bapa akan selalu mendengar doa-doa saya, jika Anak Allah menjelma didalam saya, dinyatakan dalam kemanusiaan saya. Jika saya memberikan kesempatan pada Dia bekerja di dalam saya, dan tidak bersandar pada kemampuan, dan penalaran saya tapi pada pengertian adikodrati dari pada-Nya.

DOA YANG DIDENGAR BAPA
Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata, ”Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku” (Yohanes 11.41).
Bila Anak Allah berdoa, Dia hanya sadar sepenuhnya hanya akan Bapa-Nya. Allah selalu mendengar doa-doa Anak-Nya, dan jika Anak Allah menjadi menjelma di dalam saya (Galatia 4:19), Bapa akan selalu mendengar doa-doa saya. Akan tetapi, saya harus mengusahakan agar Anak Allah dinyatakan dalam daging kemanusiaan saya. “...tubuhmu adalah bait Roh Kudus... ” (1 Korintus 6:19) artinya tubuh Anda adalah Betlehemnya Anak Allah.
Apakah Anak Allah telah diberi kesempatan untuk bekerja di dalam saya? Apakah kesederhanaan hidup-Nya bekerja di dalam saya sebagaimana hal itu telah bekerja di dalam hidup-Nya ketika berada di bumi? Bila saya dihadapkan dengan kejadian-kejadian hidup setiap harinya sebagai seorang manusia biasa, adakah doa Anak Allah yang kekal kepada Bapa-Nya dinaikkan di dalam diri saya?
Yesus bersabda, “Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku... ” (Yohanes 16:26). Hari yang mana yang dimaksudkan-Nya? Dia sedang mengacu pada hari ketika Roh Kudus telah datang kepada saya dan mempersatukan saya dengan Tuhan.
Apakah Tuhan Yesus Kristus sangat dipuaskan oleh hidup Anda, atau apakah Anda sedang menunjukkan perilaku kesombongan rohani di hadapan-Nya?
Jangan biarkan akal sehat atau penalaran Anda menjadi sedemikian kuat dan menonjol sehingga hal itu menyisihkan Anak Allah. Penalaran adalah karunia yang diberikan Allah kepada sifat manusiawi kita - tetapi penalaran bukanlah karunia dari Anak-Nya. Pengertian adikodratilah yang merupakan karunia dari Anak-Nya, dan jangan pernah menempatkan penalaran kita naik tahta.
Sang Anak mengenal dan mengetahui Bapa, tetapi penalaran tidak pernah mengenal dan mengetahui Bapa dan tidak akan pernah. Kemampuan kecerdasan kita tidak akan pernah menyembah Allah kecuali ia itu diubahkan oleh Anak Allah yang tinggal di dalam kita.
Kita harus memastikan bahwa kemanusiaan daging kita tunduk sepenuhnya kepada-Nya, dengan mempersilakan Dia bekerja melaluinya saat demi saat.
Apakah kita hidup pada tingkat ketergantungan kepada Yesus Kristus sehingga hidup-Nya sedang dinyatakan dari saat ke saat di dalam diri kita? (My Utmost for His Highest, 9 Agustus)

Minggu, 08 Agustus 2010

8 Agu ‘ 10 - Doa Untuk Memuliakan Bapa


RENUNGAN hari ini, ”DOA UNTUK MEMULIAKAN BAPA”, yaitu doa lahir bila kita membiarkan Anak Allah (yang telah dilahirkan ke dalam daging kemanusiaan saya), dalam Roh-Nya, berdoa di dalam diri kita – sungguh suatu kebenaran Alkitab yang luar biasa!

DOA UNTUK MEMULIAKAN BAPA
....Anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).
JIKA Anak Allah telah dilahirkan ke dalam daging kemanusiaan saya, apakah saya mengizinkan ketidakbersalahan-Nya, kesederhanaan dan kesatuan-Nya dengan Bapa mendapat kesempatan untuk dinyatakan di dalam saya?
Apa yang berlaku pada Perawan Maria dalam sejarah kelahiran Anak  Allah berlaku juga pada setiap orang percaya. Anak Allah dilahirkan dalam saya melalui tindakan langsung dari Allah; maka saya sebagai anak-Nya harus menjalankan hak seorang anak: hak untuk selalu muka-dengan-muka dengan Bapa melalui doa.
Apakah saya menemukan diri saya selalu rindu dekat dengan Bapa dan mengatakan pada jiwa saya,”Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku? (Lukas 2:49). Apa pun situasi kita, sang Anak yang kudus dan kekal itu harus berhubungan dengan Bapa-Nya.
Adakah saya sederhana seperti anak untuk menyatukan diri dengan Tuhan dengan cara ini? Apakah Dia mendapatkan jalan-Nya yang ajaib didalam saya? Adakah kehendak Allah sedang digenapi dalam hal Anak-Nya telah dibentuk dalam diri saya (Galatia 4:19), ataukah saya dengan sadar telah mengesampingkan Dia?
Dewasa ini banyak orang berseru agar Anak Allah disingkirkan. Tiada tempat bagi Anak Allah - tidak ada tempat untuk persekutuan yang tenang dan suci serta penyatuan dengan Bapa.
Apakah Anak Allah berdoa di dalam diri saya, membawa hormat bagi Bapa, ataukah saya mendiktekan tuntutan saya kepada-Nya? Apakah Dia sedang melayani di dalam diri saya seperti dilakukan-Nya di masa kemanusiaan-Nya di bumi? Apakah Anak Allah di dalam saya sedang mengalami penderitaan kasih-Nya agar maksud-Nya dapat digenapi?
Semakin banyak seseorang mengetahui tentang kehidupan batin para orang percaya yang sungguh, semakin jelas dia melihat makna sebenarnya dari maksud Allah sesungguhnya, yaitu “menggenapkan dalam tubuhku apa yang kurang pada penderitaan Kristus” (Kolose 1:24). Dan bila kita memikirkan tentang apa yang diperlukan untuk “menggenapkan” hal itu, maka selalu ada sesuatu yang masih harus dilakukan.(My Utmost for His Highest, 8 Agustus)

Sabtu, 07 Agustus 2010

7 Agu ’10 - Doa Dalam Rumah Bapa

MUNGKIN banyak hal yang dapat kita lihat dari kisah Yesus ketika berumur 12 tahun ”ketinggalan” di Bait Allah di Jerusalem. Tapi renungan hari ini, ”Doa Dalam Rumah Bapa”, mengajak kita melihat kebenaran abadi kata-kata Sang Anak (Yesus) ”Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku”, dan penerapannya dalam hidup kita sebagai pengikut Tuhan.


DOA DALAM RUMAH BAPA
......mereka menemukan Dia dalam Bait Allah ...... Jawab-Nya kepada mereka, ”... Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku? ” (Lukas 2:46,49).
MASA kanak-kanak Tuhan kita bukanlah merupakan ketidakdewasaan yang menantikan pertumbuhan menuju tahap kedewasaan - masa kanak-kanak-Nya merupakan fakta/kebenaran abadi bagi kita.
Apakah saya seorang anak Allah yang suci dan tulus sebagai akibat dari penyatuan saya dengan Tuhan dan Juruselamat? Apakah saya memandang hidup saya sebagai berada dalam rumah Bapa? Apakah (Yesus) Anak Allah hidup di rumah Bapa-Nya di dalam diri saya?
Realitas atau kenyataan kekal satu-satunya ialah Allah sendiri, dan perintah-Nya datang kepada saya dari saat ke saat.
Apakah saya senantiasa berhubungan dengan realitas Allah, atau apakah saya berdoa hanya bila keadaan telah memburuk – bila ada gangguan dalam hidup saya?
Saya harus belajar menyatukan/mengidentifikasi diri erat-erat dengan Tuhan dalam cara persekutuan dan kesatuan kudus, yang beberapa diantara kita bahkan belum mulai mempelajarinya. Seperti Yesus yang “...Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku”, saya juga harus belajar menghayati setiap saat dari hidup saya di dalam rumah Bapa.
Pikirkanlah tentang situasi Anda sendiri. Apakah Anda sedemikian dekat menyatu dengan kehidupan Tuhan Yesus sehingga Anda jelas hanya menjadi seorang anak Allah, yang terus-menerus berbicara kepada-Nya dan menyadari bahwa segala sesuatu berasal dan tangan-Nya? Apakah Sang Anak yang kekal didalam Anda itu hidup di rumah Bapa-Nya? Apakah anugerah dari hidup pelayanan-Nya sedang bekerja melalui Anda di rumah, bisnis dan lingkungan sahabat Anda?
Pernahkah Anda tertanya-tanya mengapa Anda mengalami situasi tertentu? Sebenarnya bukan Anda yang harus mengalami situasi tersebut. Tetapi hal itu karena hubungan Anda dengan Anak Allah datang, melalui kehendak illahi Bapa-Nya, kedalam kehidupan Anda. Anda harus mempersilahkan Dia mengerjakan kehendak-Nya dalam Anda, untuk tinggal dalam kesatuan yang sempurna dengan Dia.
Kehidupan Tuhan harus menjadi kehidupan Anda yang sederhana dan vital, dan cara Dia bekerja dan hidup di antara manusia ketika ada di bumi ini haruslah menjadi cara Dia bekerja dan hidup di dalam diri Anda. (My Utmost for His Highest, 7 Agustus)

Jumat, 06 Agustus 2010

6 Agu ’10 - Salib Dalam Doa

MENGAPA Tuhan tidak menjawab doa? Pertanyaan yang sering diperdengarkan tentang doa. Pertanyaan yang memang tidak salah. Renungan hari ini, ”Salib Dalam Doa” menegaskan bahwa sesungguhnya kita menerima jawaban setiap kali berdoa, tetapi tidak selalu dengan cara yang sesuai dengan yang kita harapkan. Tetapi yang menarik, dikatakan, bahwa maksud doa lebih dari sekedar mendapatkan jawaban doa, melainkan untuk mengalami penyatuan yang menyeluruh dengan Dia.

SALIB DALAM DOA
Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku” (Yohanes 16:26).
KITA terlampau sering berpendapat tentang salib Kristus sebagai sesuatu yang harus kita hadapi, namun kita hadapi untuk terlibat didalamnya. Salib hanya melambangkan satu hal bagi kita – identifikasi/penyatuan menyeluruh, mutlak dengan Tuhan Yesus Kristus, dan tidak ada yang didalam penyatuan ini yang lebih nyata bagi kita daripada dalam doa.
Dikatakan, “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepada-Nya” (Matius 6:8). Jika demikian mengapa kita harus meminta?
Maksud doa bukanlah untuk mendapatkan jawaban dari Allah, melainkan untuk mengalami penyatuan yang menyeluruh dengan Dia. Jika kita berdoa hanya karena kita menginginkan jawaban, kita akan menjadi jengkel dan marah kepada Allah.
Kita menerima jawaban setiap kali berdoa, tetapi tidak selalu dengan cara yang sesuai dengan yang kita harapkan, dan kekesalan rohani kita menunjukkan penolakan kita untuk mengidentifikasikan diri kita dengan Tuhan dalam doa. Kita tidak berada di sini untuk membuktikan bahwa Allah menjawab doa, tetapi untuk menyatakan kemuliaan dari anugerah Allah.
 Tidak aku katakan kepadamu bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu... ” (Yohanes 16:26-27). Sudahkah Anda mencapai tingkat keakraban dengan Allah sehingga satu-satunya hal yang dapat terlihat dari kehidupan doa Anda adalah bahwa ia itu telah menjadi satu dengan kehidupan doa Yesus Kristus? Sudahkah Tuhan kita mengisi hidup Anda dengan hidup-Nya? Jika demikian, maka “pada hari itu” Anda akan sedemikian dekat dipersatukan dengan Yesus sehingga tidak terdapat perbedaan.
Bila doa tampaknya tidak terjawab, jangan mencoba menyalahkan orang lain. Hal itu merupakan perangkap iblis. Bila Anda agaknya tidak menerima jawaban doa, selalu ada alasannya - Allah menggunakan kesempatan ini untuk memberi Anda petunjuk pribadi yang dalam, dan itu bukan untuk siapapun tetapi hanya untuk Anda.(My Utmost for His Highest, 6 Agustus)

Kamis, 05 Agustus 2010

5 Agu ’10 - Panggilan Allah Yang Membingungkan

RENUNGAN hari ini, tentang Panggilan Allah - seperti apa Dia maksudkan dan inginkan kita ikutserta didalamnya - tidak pernah dapat dipahami kecuali secara batiniah. Bahkan Oswald Chambers menyebutnya sebagai panggilan yang membingungkan: Tapi tidak bagi orang-orang yang benar-benar percaya bahwa Allah tahu akan hal yang diinginkan-Nya dari kita, Dia yang menjadikan kita sahabat-Nya untuk menggenapi maksud-Nya.
PANGGILAN ALLAH YANG MEMBINGUNGKAN
...dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia akan digenapi.... Akan tetapi, mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu (Lukas 18:31,34).
Allah memanggil Yesus Kristus untuk mengalami hal yang tampaknya merupakan bencana dahsyat. Dan Yesus Kristus memanggil para murid-Nya untuk melihat Dia dibunuh, membawa mereka pada pengalaman yang menghancurkan hati. Hidup-Nya merupakan kegagalan mutlak dilihat dari setiap sudut pandang, kecuali sudut pandang Allah. Akan tetapi, hal yang tampaknya berupa kegagalan dan sudut pandang manusia justru merupakan kemenangan dan sudut pandang Allah, karena maksud Allah tidak pernah sama dengan maksud manusia.
Panggilan Allah yang membingungkan ini juga datang dalam kehidupan kita. Panggilan Allah tidak pernah dapat dipahami sepenuhnya atau dijelaskan secara lahiriah, tetapi hanya dapat dirasakan dan dipahami secara batiniah kita yang terdalam.
Tujuan panggilan Allah kepada kita tidak dapat dinyatakan secara definit atau pasti, karena panggilan-Nya itu hanya untuk menjadi sahabat-Nya untuk menggenapi maksud-Nya sendiri.
Cara kita mengujinya ialah dengan benar-benar percaya bahwa Allah tahu akan hal yang diinginkan-Nya. Segala sesuatu yang terjadi tidaklah terjadi secara kebetulan – hal itu terjadi sepenuhnya oleh keputusan Allah. Allah berdaulat untuk melaksanakan maksud-Nya.
Jika ada dalam persekutuan dan kesatuan dengan Allah dan menyadari bahwa Dia mengikutsertakan kita ke dalam maksud-Nya, maka kita tidak akan berjuang lagi untuk mengetahui maksud-Nya. Sementara kita bertumbuh dalam kehidupan Kristen, hal itu menjadi lebih “sederhana” bagi kita, dan  kita tidak lagi dengan mudahnya berkata, “Mengapa Allah mengizinkan hal ini atau hal itu terjadi?” Dan kita mulai melihat bahwa maksud Allah yang sesungguhnya ada di balik segala sesuatu dalam kehidupan, dan Allah secara ilahi membentuk kita kedalam kesatuan dengan maksud tersebut.
Seorang Kristen ialah seseorang yang mempercayai pengetahuan dan hikmat Allah, bukan mempercayai kemampuannya/kecakapannya sendiri. Jika kita mempunyai maksud sendiri, hal itu merusak langkah sederhana dan tenang yang seharusnya menjadi ciri khas anak-anak Allah. (My Utmost for His Highest, 5 Agustus)

Rabu, 04 Agustus 2010

4 Agu ’10 - Persahabatan Luar Biasa Allah

KITA cenderung berpendapat, bahwa seseorang mempunyai kemampuan lahiriah, akan menjadi orang Kristen yang baik. Tapi renungan hari menegaskan, masalahnya bukanlah kemampuan atau kelengkapan kita, melainkan kemiskinan kita. Bukan apa yang kita bawa, melainkan apa yang ditaruhkan Allah ke dalam kita. Dan hal paling berharga adalah kita diikutsertakan dalam maksud Allah yang sesungguhnya dan dijadikan sahabat-Nya.

PERSAHABATAN LUAR BIASA ALLAH
Yesus memanggil kedua belas murid-Nya... ” (Lukas 18:31).
Alangkah luar biasanya Allah mempercayai kita! Apakah Anda berkata, “Tetapi Dia telah bersikap tidak bijaksana dalam memilihku, karena tidak ada yang baik dalam diriku dan aku tidak berharga”.
Justru itulah sebabnya Dia memilih Anda. Selama Anda menyangka bahwa Anda berharga bagi-Nya, Dia tidak dapat memilih Anda karena Anda mempunyai maksud-maksud Anda sendiri untuk melayani. Akan tetapi, jika Anda mau mempersilakan Dia membawa Anda sampai ke batas akhir kekuatan (self-sufficiency) Anda sendiri, baru Dia dapat memilih Anda untuk pergi bersama Dia “ke Yerusalem” (Lukas 18:3 1). Dan itu berarti penggenapan maksud-maksud yang tidak dibahas-Nya dengan Anda.
Kita cenderung berkata bahwa karena seseorang mempunyai kemampuan bawaan/lahiriah, dia akan menjadi orang Kristen yang baik. Masalahnya bukanlah kelengkapan kita, melainkan kemiskinan kita; bukan apa yang kita bawa, melainkan apa yang ditaruhkan Allah ke dalam kita; bukan soal kebaikan lahiriah, atau kekuatan watak, pengetahuan, atau pengalaman  - semua itu tidak berguna dalam hal ini. Satu-satunya hal yang berharga ialah diikutsertakan dalam maksud Allah yang sesungguhnya dan dijadikan sahabat-Nya (lihat 1 Korintus 1:26- 31). Persahabatan Allah adalah dengan orang-orang yang menyadari kemiskinannya. Allah tidak dapat melaksanakan apa pun dengan orang yang menyangka dirinya bermanfaat bagi Allah.
Sebagai orang Kristen kita berada disini, didunia ini, sama sekali bukan untuk maksud kita sendri, melainkan untuk maksud Allah. Kita tidak mengetahui apa maksud Allah yang sesungguhnya yang harus menjadi sasaran kita, tetapi apa pun yang terjadi, kita harus memelihara hubungan kita dengan Dia. Kita tidak boleh membiarkan apa pun merusak hubungan kita dengan Allah. Akan tetapi jika sesuatu merusaknya, kita harus meluangkan waktu untuk langsung membereskannya.
Aspek terpenting dari Kekristenan bukanlah pekerjaan yang kita lakukan, melainkan hubungan yang kita pelihara dan pengaruh kesekitarnya serta kualitas yang dihasilkan oleh hubungan itu. Itulah  yang Allah minta untuk kita untuk perhatikan, dan justru hal itu pula yang terus-menerus dibawah serangan.  (My Utmost for His Highest, 4 Agustus)

Selasa, 03 Agustus 2010

3 Agu ’10 -Maksud Allah Yang Sesungguhnya

OSWALD Chambers dalam Renungan hari ini mengingatkan bahwa yang terpenting dalam hidup (pelayanan) adalah menggenapi maksud Allah, bukan maksud kita sendiri. Bukan ambisi kita. Bukan sasaran kita.
Dikatakan, pada awal kehidupan Kristen, sering kita menyangka sedang melakukan pekerjaan Tuhan, namun sesungguhnya tidak, karena maksud Allah yang sesungguhnya, yang harus, tetap tak tersentuh.

MAKSUD ALLAH YANG SESUNGGUHNYA
Yesus... berkata kepada mereka: ”Sekarang kita pergi ke Yerusalem  ..?” (Lukas 18:3).
YERUSALEM, dalam kehidupan Tuhan kita, melambangkan tempat Dia mencapai puncak kehendak Bapa-Nya. Yesus berkata, “Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yohanes 5:30).
”Melakukan kehendak Bapa” adalah perhatian utama di sepanjang hidup Tuhan kita. Apa pun yang dihadapi-Nya sepanjang jalan, suka atau duka, keberhasilan atau kegagalan, tidak pernah menghalangi Dia dari maksud tersebut. ... Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem” (Lukas 9:51).
Hal terpenting untuk kita ingat ialah kita pergi ke “Yerusalem” untuk menggenapi maksud Allah, bukan maksud kita sendiri. Biasanya, kita berhak atas ambisi kita sendiri, tetapi dalam kehidupan Kristen kita tidak mempunyai sasaran kita sendiri.
Dewasa ini kita banyak berbicara tentang keputusan kita bagi Kristus, tekad kita menjadi orang Kristen, dan keputusan kita untuk ini dan untuk itu. Akan tetapi, dalam Perjanjian Baru, satu-satunya aspek yang dikedepankan ialah maksud Allah yang benar dan sesungguhnya. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yohanes 15:16).
Kita dibawa kedalam maksud Allah dengan tidak menyadarinya sama sekali. Kita tidak mempunyai gagasan/konsepsi akan apa yang menjadi sasaran Allah; (dan) sementara kita melanjutkan langkah maksud-Nya bahkan menjadi semakin samar. Tujuan Allah tampaknya seperti telah gagal dicapai sesuai dimaksudkan, karena kita terlalu rabun – tidak mampu melihat hal  yang jauh dengan jelas, sasaran yang ditetapkan-Nya.
Pada awal kehidupan Kristen, kita mempunyai gagasan sendiri mengenai apakah maksud Allah tersebut. Kita berkata, “Allah bermaksud agar aku pergi ke sana,” dan “Allah telah memanggilku melakukan tugas khusus ini.” Kita melakukan hal yang kita sangka benar, namun maksud Allah yang sesungguhnya tetap tak tersentuh.
Pekerjaan yang kita lakukan tidaklah berarti bila dibandingkan dengan maksud Allah yang sesungguhnya tersebut. Pekerjaan kita hanya berupa tiang penyokong dibanding bangunan karya-Nya dan rencana-Nya yang sesungguhnya dan besar itu.
Seperti “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya...” (Lukas 18:31), Allah selalu memanggil kita. Kita belum mengerti semua hal yang perlu diketahui tentang maksud Allah yang sesungguhnya dan harus tersebut. (My Utmost for His Highest, 3 Agustus).

Senin, 02 Agustus 2010

2 Agu ’10 - Pengajaran Tentang Kesukaran

PANDANGAN khas dalam kehidupan banyak orang ialah bahwa menjadi Kristen berarti dibebaskan dari semua kesukaran atau kemalangan. Tetapi, demikian Renungan ”Pengajaran Tentang Kesukaran” hari ini, tidak ada seorangpun yang bebas dari kesukaran - dan tidak perlu merasa heran bila terkena kesukaran. Dikatakan, Allah tidak memberi kita hidup yang berkemenangan, tetapi Dia memberi kita hidup untuk dapat mengatasi hidup dengan berkemenangan.

PENGAJARAN TENTANG KESUKARAN
 Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yohanes 16:33).
Pandangan khas dalam kehidupan Kristen ialah bahwa menjadi Kristen berarti dibebaskan dari semua kesukaran atau kemalangan (adversity).
Tetapi yang sebenarnya, kehidupan Kristen berarti dibebaskan dalamkemalangan, suatu hal yang sangat berbeda. “Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa... malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu” (Mazrnur 91:1,10). – tempat dimana Anda satu dengan Allah.
Jika Anda seorang anak Allah, Anda pasti akan menghadapi kemalangan, tetapi Yesus mengatakan Anda tidak perlu merasa heran bila hal itu menimpa Anda. Seperti dikatakannya, “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”  Apa yang Dia katakan, ”Tidak ada ada hal yang harus Anda takuti”.
Orang yang belum diselamatkan yang menolak untuk membicarakan kemalangan yang mereka alami, juga sering mengeluh dan khawatir dalam menghadapi kemalangan walaupun telah diselamatkan, karena mereka mempunyai gagasan yang keliru tentang maknanya menghayati kehidupan seorang percaya.
Allah tidak memberi kita hidup yang berkemenangan, tetapi Dia memberi kita hidup untuk dapat mengatasi hidup dengan berkemenangan. Ketegangan hidup itulah yang membangun kekuatan kita. Jika tidak ada ketegangan, takkan ada kekuatan.
Apakah Anda meminta Allah memberi hidup, kemerdekaan dan sukacita kepada Anda? Dia tidak dapat memberikannya jika Anda tidak bersedia menerima ketegangan. Dan begitu Anda menghadapi ketegangan, Anda akan segera mendapat kekuatan. Kalahkan rasa kecut Anda dan ayunkanlah langkah pertama. Kemudian Allah akan memberi Anda makanan - “Siapa yang menang, dia akan Kuberi makan dan pohon kehidupan... (Wahyu 2.7)
Jika Anda sepenuhnya memberikan diri, waktu, dan uang Anda, maka Anda menjadi kelelahan. Akan tetapi, jika Anda memberikan diri secara rohani, maka Anda memperoleh lebih banyak kekuatan.
Allah tidak pernah memberi kita kekuatan untuk besok, atau untuk jam berikutnya, tetapi (kekuatan) untuk ketegangan saat ini. Kita tergoda untuk mengadapi kesukaran dari sudut pandang penalaran kita sendiri. Akan tetapi, seorang percaya dapat “tenang” (Mateus 14: 27) bahkan ketika tampaknya dikalahkan oleh kesukaran, karena kemenangan itu mustahil bagi setiap orang, kecuali Allah. (My Utmost for His Highest, 2 Agustus)