Rabu, 30 Juni 2010

30 Jun ’10 - Lakukanlah Itu Sekarang!


HAK adalah hak, kalaupun setiap orang menentangnya, demikian kata bijak. Tapi renungan hari ini mengatakan bukan soal mempertahankan hak, tapi bagaimana hal itu dilihat dari sudut kehendak Tuhan. Bersikeras menuntut hak, bersiteguh bahwa kitalah yang benar hampir selalu merupakan petunjuk ketidaktaatan pada kehendak Tuhan, dan selama masih ada ketidaktaatan, kita akan berhadapan terus dengan desakan Roh Tuhan untuk tinggal dalam terang.


LAKUKANLAH ITU SEKARANG!
Segeralah berdamai dengan lawanmu” (Matius 5:25).
Dalam ayat ini, Yesus Kristus meletakkan sebuah prinsip yang sangat penting dengan mengatakan, “Lakukanlah hal yang kau tahu harus kau lakukan - sekarang. Lakukanlah segera. Jika tidak, suatu proses yang tidak terelakkan akan mulai berlangsung sebelum engkau membayar utangmu sampai lunas (Matius 5:26) dalam kesakitan, penderitaan dan kesedihan”. Hukum Allah tidak berubah dan tidak seorang pun dapat meluputkan diri darinya. Ajaran-ajaran Yesus selalu menembus sampai ke hati kita.
Keinginan untuk memastikan bahwa lawan saya memberikan hak-hak saya adalah hal yang wajar. Akan tetapi, Yesus berkata bahwa merupakan hal yang tidak terelakkan dan penting sekali bagi saya agar saya melunasi utang saya kepada lawan saya.
Dan sudut pandang Tuhan tidaklah menjadi soal apakah saya ditipu atau tidak, tetapi yang penting ialah saya tidak menipu orang lain. Apakah saya bersikeras untuk menuntut hak-hak saya sendiri ataukah saya melunasi utang saya ditinjau dari sudut pandang Yesus Kristus?
Lakukanlah segera hadapkan dirimu dengan kata nuranimu sekarang. Dalam urusan moral dan rohani, Anda harus bertindak dengan segera. Jika tidak, maka proses yang tidak terelakkan dan tidak kenal ampun akan mulai berlangsung.
Allah bermaksud agar anak-Nya menjadi suci, bersih dan putih seperti salju, dan selama masih ada ketidaktaatan terhadap setiap titik ajaran-Nya, Dia akan membiarkan Roh-Nya menggunakan proses apa pun yang akan menuntun kita pada ketaatan.
Kenyataan bahwa kita bersiteguh untuk membuktikan bahwa kita benar adalah hampir selalu merupakan petunjuk bahwa pada kita ada suatu unsur ketidaktaatan (pada Tuhan). Tidaklah mengherankan bila Roh Allah sedemikian kuatnya mendesak kita agar tetap tinggal di dalam terang’ (lihat Yohanes 3:19-21).

Segeralah berdamai dengan lawanmu ... ” Apabila dalam hubungan Anda dengan seseorang, tiba-tiba mendapati bahwa Anda mempunyai kemarahan di dalam hati Anda, akui dan bereskanlah hal itu secepatnya di hadapan Tuhan, berdamailah dengan orang tersebut — lakukanlah sekarang! (My Utmost for His Highest, 30 Juni)

Selasa, 29 Juni 2010

29 Jun ’10 - Disiplin Yang Paling Keras

APAKAH tujuan perkataan Yesus yang keras itu, ” jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah”? Mengapa harus ”tangan kanan”? Itulah yang menjadi renungan hari ini. Proses pemenggalan itu harus terjadi pada awal hidup orang percaya. Karena ada hal-hal yang harus dibuang dari hidup kita - yang akan menjadi dosa bagi kita, walau bagi orang lain mungkin itu sah-sah saja, dan mengatakan kita naif.

DISIPLIN YANG PALING KERAS
… jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka” (Matius 5:30).
YESUS tidak mengatakan bahwa setiap orang harus memenggal tangan kanannya, tetapi bahwa” jika tanganmu yang kanan menyebabkan engkau berdosa” dalam perjalanan Anda bersama Dia, maka lebih baik “penggallah” itu.
Ada banyak hal dalam hidup yang sebenarnya sah-sah saja, tetapi jika Anda akan memusatkan perhatian kepada Allah maka Anda tidak dapat melakukannya. Tangan kanan Anda ialah salah satu milik Anda yang terbaik, tetapi Yesus berkata jika itu merintangi Anda untuk mengikuti perintah-Nya, maka ” penggallah” itu. Prinsip yang diajarkan disini ialah disiplin atau pelajaran paling keras yang pernah diterapkan pada umat manusia.
Bila Allah mengubahkan Anda melalui kelahiran kembali, yang dengannya Allah memberikan kepada Anda hidup baru secara rohani, maka karakteristik kehidupan dimulai dengan hal-hal tertentu yang harus dibuang dari hidup Anda. Ada seratus satu hal yang tidak berani lagi Anda lakukan - hal-hal yang akan menjadi dosa bagi Anda. Akan tetapi, mungkin bagi orang-orang lain yang kenal Anda atau orang-orang yang tidak rohani di sekitar Anda akan berkata, “Apa salahnya berbuat hal itu? Betapa naifnya Anda!”
Tidak pernah ada seorang kudus yang tidak mengalami “pemenggalan’ pada proses awalnya. Namun lebih baik memasuki hidup dari Allah ini dengan bagian-bagian yang telah dipenggal tetapi indah dalam pandangan Allah, ketimbang tampak indah dalam pandangan manusia tetapi timpang di mata Allah.
Pada mulanya, Yesus Kristus melalui Roh-Nya harus mengekang Anda agar tidak melakukan banyak hal yang mungkin benar bagi orang lain tetapi tidak benar bagi Anda. Namun, perhatikan agar Anda tidak menggunakan larangan Allah bagi Anda untuk mengkritik atau mengecam orang lain.
Memang pada awalnya kehidupan Kristen adalah kehidupan dengan bagian-bagian yang dipenggal, tetapi dalam Matius 5: 48, Yesus memberi kita gambaran suatu kehidupan yang sempurna, yang dilukisan sebagai “kehidupan yang benar-benar mengorbit” (perfectly full-orbed-life) - haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu Yang di Surga sempurna.” (My Utmost for His Highest, 29 Juni)

Senin, 28 Juni 2010

28 Jun ’10 - Ditangkap Oleh Allah

”DITANGKAP oleh Allah”, judul Renungan hari ini, yang mengajak kita merenungkan (kembali), bahwa menjadi pekerja bagi Allah, bukan karena kita memilihnya, tetapi karena ditangkap oleh Allah. Berarti, apa yang harus dikhotbahkan, Allahlah yang terlebih dahulu ditanya, bukan hasyrat kita. Jangan melunak-lunakkan kebenaran Firman Allah agar lebih dapat diterima orang, dan harus ada kesetiaan terhadap Firman Allah.
DITANGKAP OLEH ALLAH
.... aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus” (Filipi 3:12).
JANGAN sekali-kali memilih untuk menjadi seorang pekerja bagi Allah, tetapi begitu Allah menempatkan panggilan-Nya atas diri Anda, celakalah Anda jika Anda “menyimpang ke kanan atau ke kiri” (Ulangan 5:32). Kita tidak berada di sini untuk bekerja bagi Allah karena kita memilih untuk berbuat demikian, tetapi karena Allah “menangkap” kita. Dan begitu Dia telah berbuat demikian, kita jangan pernah berpikir, “Wah, aku sebenarnya tidak cocok untuk (pekerjaan) ini.”
Apa yang harus Anda khotbahkan juga ditentukan oleh Allah, bukan oleh kecenderungan sifat alami atau hasrat Anda sendiri. Jagalah agar jiwa Anda tetap berhubungan dengan Allah, dan ingatlah bahwa Anda dipanggil, bukan semata-mata untuk menyampaikan kesaksian Anda tetapi juga untuk memberitakan Injil.
Setiap orang Kristen harus bersaksi mengenai kebenaran Allah, tetapi bila sampai pada panggilan Allah untuk berkhotbah, haruslah ada genggaman yang kuat dari tangan Allah atas diri Anda - hidup Anda ada dalam genggaman Allah untuk maksud itu. Berapa banyakkah dari antara kita yang digenggam seperti itu?
Jangan sekali-kali melunak-lunakkan kebenaran Firman Allah agar lebih dapat diterima orang, tetapi beritakanlah hal itu dalam ketajamannya tanpa dikurangi. Haruslah ada kesetiaan yang pantang mundur terhadap firman Allah, tetapi bila Anda sampai pada urusan pribadi dengan orang lain, ingatlah siapa diri Anda Anda bukanlah makhluk istimewa yang diciptakan di surga, melainkan seorang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah.
“ Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:13-14). (My Utmost for His Highest, 27 Juni)

Minggu, 27 Juni 2010

27 Jun ’10 – Pelepasan Dari Allah Yang Mengikuti Hidup Kita


RENUNGAN hari ini tentang sejauh mana kita sungguh percaya akan pelepasan dari Allah sendiri yang terus mengiringi jalan hidup kita. Dikatakan, tidak sedikit orang yang menjadi ”atheistik” praktis: mendudukkan penalarannya di singgasana dan kemudian menempelkan nama Allah di situ, tetapi sesungguhnya tidak ada kepercayaan yang sungguh akan Allah dalam hatinya.


PELEPASAN DARI ALLAH YANG MENGIKUTI HIDUP KITA
 ... Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah Firman Tuhan” (Yeremia 1: 8).
ALLAH menjanjikan Yeremia bahwa Dia sendiri akan membebaskan dia - “...nyawamu akan menjadi jarahan bagimu ... ” (Yeremia 39:18). ltulah semua yang dijanjikan Allah kepada anak-anak-Nya. Ke mana pun Allah mengutus kita, Dia akan menjaga hidup kita. Harta dan milik kita pribadi bukan merupakan hal yang paling penting dalam hidup, sehingga kita tidak boleh menggenggamnya erat. Jika sebaliknya, kita akan mengalami kepanikan, kepiluan dan kesedihan. Mempunyai pandangan kedepan yang benar adalah bukti dari kepercayaan yang mendalam akan pelepasan (deliverance) dari Allah sendiri yang mengikuti hidup kita.
Khotbah di Bukit menunjukkan bila kita mendapat tugas untuk Yesus Kristus, tidak ada waktu untuk membela diri sendiri bila dikritik. Yesus sebenarnya berkata, “Jangan cemas mengenai kemungkinan apakah kamu diperlakukan dengan adil atau tidak”.
Mencari keadilan itu sebenarnya sebuah tanda bahwa kita telah dibelokkan dari pengabdian kita kepada-Nya. Jangan mencari keadilan di dunia ini, namun jangan berhenti untuk memberikan keadilan. Jika kita mencari keadilan, maka kita hanya akan mengeluh dan membiarkan diri larut dalam ketidakpuasan rasa iba diri, dan berkata, ”Mengapa aku harus diperlakukan seperti ini?”
Jika kita mengabdi kepada Yesus Kristus, kita tidak ada urusan adil atau tidak adil dengan hal yang kita hadapi. Yesus seolah-olah berkata, “Lanjutkanlah terus melakukan apa yang saya katakan kepadamu untuk dilakukan, dan Aku akan menjaga hidupmu. Jika kamu berusaha menjaga dirimu sendiri, kamu menjauhkan dirimu dari pelepasan-Ku.”
Bahkan orang yang paling saleh di antara kita menjadi ”atheistik” dalam urusan ini - kita tidak mempercayai Dia. Kita mendudukkan penalaran kita di singgasana dan kemudian menempelkan nama Allah di situ. Kita sering lebih bersandar pada pengertian kita sendiri, bukannya mempercayai Allah dengan segenap hati kita (lihat Amsal 3: 5-6). (My Utmost for His Highest, 27 Juni)

Sabtu, 26 Juni 2010

26 Jun ’10 – Mengambil Anugerah Allah - Sekarang

RENUNGAN hari ini, menekankan bahwa dalam situasi hidup apapun yang kita hadapi — seperti pengalaman Paulus luar biasa yang dituturkannya dalam 2 Korintus 6:4-10, kita jangan menjadikan sia-sia anugerah Allah, akan tetapi ”Mengambil Anugerah Allah – Sekarang”.


MENGAMBIL ANUGERAH ALLAH – SEKARANG
.... kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. (2 Korintus 6:1).
Kasih karunia atau anugerah yang Anda miliki kemarin tidaklah untuk hari ini. Anugerah adalah kebaikan/kemurahan Allah yang limpah, dan Anda selalu dapat mengandalkannya, tersedia untuk diambil, ditimba (to draw upon) setiap kali. “Dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesengsaraan dan kesukaran” dalam hal seperti inilah kesabaran kita diuji (2 Korintus 6:4).
Adakah Anda menyianyiakan anugerah dalam hal-hal seperti ini? Apakah Anda berkata kepada diri sendiri, “Ah, tidak perlu untuk kali ini?” Ini bukan soal berdoa dan meminta Allah menolong Anda - soalnya ialah mengambil, menimba anugerah Allah sekarang.
Kita cenderung untuk menjadikan doa sebagai persiapan bagi pekerjaan dan pelayanan kita. Namun Alkitab tidak pernah menyatakan demikian. Doa adalah tindakan menimba anugerah Allah. Jangan berkata, ”Aku akan memikul ini sampai aku lolos melaluinya dan berdoa.
Berdoalah sekarang – ambillah anugerah Allah pada saat membutuhkan. Doa adalah hal yang paling praktis; doa bukan semata-mata suatu tindakan reflektif pengabdian Anda kepada Allah.
... dalam menanggung pukulan, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah ... ” (2 Korintus 6:5) - di dalam semua hal ini, tunjukkanlah dalam hidup Anda setiap kali mengambil, selalu tergantung anugerah Allah, hal mana akan menunjukkan bukti kepada Anda sendiri dan kepada orang lain bahwa Anda adalah mukjizat-Nya.
Ambillah anugerah-Nya sekarang. Jangan nanti. Kata utama dalam kosa kata rohani ialah sekarang. Kendati situasi lingkungan mengantar Anda ke mana saja, tetapi teruslah mengambil anugerah Allah dalam keadaan apa pun yang Anda alami.
Salah satu bukti terbesar bahwa Anda terus mengambil anugerah Allah ialah bahwa Anda dapat direndahkan atau dipermalukan di hadapan orang lain tanpa menunjukkan reaksi negatif sedikitpun kecuali anugerah-Nya.
... sebagai orang tak bermilik ... ” Jangan sekali-kali menahan apa pun sebagai cadangan. Curahkanlah diri Anda, berikanlah milik Anda yang terbaik, dan senantiasalah menjadi miskin. Jangan sekali-kali berdalih dan berhati-hati dengan harta yang diberikan Allah kepada Anda. “... sekalipun kami memiliki segala sesuatu” - inilah kemiskinan dengan penuh kemenangan (2 Korintus 6:10). (My Utmost for His Highest, 26 Juni)

Jumat, 25 Juni 2010

25 Jun ‘10 – Menerima Diri Sendiri Dalam Api Duka dan Sengsara

BERBEDA dengan keinginan kita umumnya – agar dijauhkan dari duka dan sengsara - renungan hari ini justru mengajak kita melihat rahasia hidup dalam “Menerima Diri Sendiri Dalam Api Duka dan Sengsara”. Dikatakan, hanya melalui pengenalan dan penerimaan diri melalui api duka dan sengsara, Allah dapat menjadikan kita berkat bagi orang lain. Selanjutnya dibawah ini:

MENERIMA DIRI SENDIRI DALAM API DUKA DAN SENGSARA
..... apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!...." (Yohanes 12:27-28).
Sebagai seorang yang dikuduskan Allah, tidaklah sepatutnya untuk meminta agar duka dan sengsara serta kesulitan dijauhkan dari kehidupan saya. Seharusnya saya meminta agar Allah melindungi saya sehingga saya tetap menjadi untuk apa Dia menciptakan saya, walaupun di dalam api duka dan sengsara.
Tuhan kita menerima diri-Nya sendiri, menerima tugas pekerjaan-Nya dan menyadari maksud tujuan-Nya, di tengah-tengah api duka dan sengsara. Dia diselamatkan bukan dari saat itu, melainkan keluar dari saat itu.
Kita berkata bahwa seharusnya tidak ada duka dan sengsara, tetapi nyatanya ada, dan kita harus menyambut dan menerima diri kita sendiri di dalam apinya. Jika kita berusaha mengelak dari duka dan sengsara, menolak berurusan dengannya, maka kita bodoh. Duka dan sengsara adalah salah satu fakta terbesar dalam kehidupan, dan tidak ada gunanya untuk mengatakan bahwa tidak seharusnya demikian. Dosa, duka, sengsara dan penderitaan itu ada, dan kita tidak berhak untuk berkata bahwa Allah telah berbuat salah dalam mengizinkan keberadaan dari ketiga hal itu.
Duka dan sengsara menyingkirkan kedangkalan seseorang, tetapi tidak selalu membuat orang tersebut menjadi lebih baik. Penderitaan membuat saya mengenali atau menemukan diri sendiri atau sebaliknya, dapat menghancurkan saya. Anda tidak dapat menemukan atau menerima diri sendiri melalui keberhasilan, karena Anda akan terbius oleh kesombongan. Dan Anda tidak dapat menerima diri sendiri melalui keadaan hidup sehari-hari yang monoton, karena telah terbiasa dengan keadaan Anda. Satu-satunya cara untuk menemukan diri sendiri ialah di dalam api duka dan sengsara. Mengapa harus demikian tidaklah penting. Faktanya ialah bahwa hal benar di dalam Alkitab dan dalam pengalaman manusia.
Anda dapat mengenali orang yang telah mengalami api duka dan sengsara, dan telah menerima diriya sendiri, dan Anda tahu bahwa ia dapat pergi kepadanya pada saat kesukaran dan mendapati bahwa dia terbuka meluangkan waktunya bagi Anda.
Akan tetapi, jika seseorang belum mengalami api duka dan sengsara, dia cenderung bersikap memandang rendah orang lain, tidak menaruh hormat atau tidak punya waktu bagi orang lain. Jika Anda mau menemukan dan menerima diri sendiri di dalam api duka dan sengsara, maka Allah akan menjadikan Anda berkat bagi orang lain. (My Utmost for His Highest, 25 Juni)

Kamis, 24 Juni 2010

24 Jun ‘10 - Menerima Fakta Dosa

RENUNGAN hari ini masih dalam rangkaian tentang fakta dosa. Masih ada orang yang percaya kebajikan luhur manusia, dan tidak menerima fakta bahwa ada kejahatan dan egoisme, kerusakan dan kebencian yang teramat sangat dalam diri manusia. Renungan ini mempertanyakan: Sudahkah Anda memperhitungkan kehadiran “saat dan kuasa kegelapan” ini? Tidak menerima dan mengakui fakta dosa menghasilkan hidup kompromi akan dosa:

MENERIMA FAKTA DOSA
Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu” (Lukas 22:53).

TIDAK menerima fakta dosa, tidak mengenali dan menolak untuk berurusan dengan fakta dosa, menghasilkan segala bencana atau kemalangan dalam kehidupan. Anda boleh berbicara tentang kebajikan luhur dari hakekat manusia (human nature), tetapi ada sesuatu dalam diri manusia yang akan tertawa mengejek setiap asas yang Anda punyai. Jika Anda menolak untuk menerima fakta bahwa ada kejahatan dan egoisme, ada kerusakan dan kebencian yang teramat sangat dalam diri manusia, maka ketika kejahatan itu datang menerpa hidup Anda, maka Anda akan berkompromi dengannya dan berkata bahwa tidak ada gunanya untuk memeranginya.
Sudahkah Anda memperhitungkan kehadiran “saat dan kuasa kegelapan” ini ataukah Anda mempunyai pandangan sendiri yang tidak mengakui keberadaan dosa sama sekali? Bagaimana dalam hubungan dan persahabatan manusiawi Anda, sudahkah Anda menerima fakta (keberadaan) dosa?
Jika tidak, tidak perlu menunggu lama-lama, maka dengan segera Anda akan mendapati diri Anda terjebak dan akan berkompromi dengan dosa. Akan tetapi, jika Anda menerima fakta dosa, Anda akan menyadari bahayanya dengan segera dan berkata, Ya, aku paham akan makna dosa.”
Mengenal dan menerima fakta dosa tidak merusak dasar persahabatan – hal itu hanya akan mengukuhkan kenyataan bahwa landasan kehidupan berdosa adalah membawa malapetaka dalam kehidupan. Selalulah waspadalah terhadap penilaian kehidupan yang tidak mengakui fakta bahwa dosa ada.
Yesus Kristus tidak pernah mempercayai hakekat atau sifat dasar manusia, namun Dia tidak pernah bersikap sinis atau syak, karena Dia percaya sepenuhnya pada apa yang dapat dilakukan-Nya bagi manusia.
Pria atau wanita yang “bersih” bukanlah pribadi yang tidak bersalah (innocent) tetapi pribadi yang dilindungi dari dosa. Lagi pula, dalam persahabatan, Anda tidak pernah ”aman” dengan orang-orang yang disebut tidak bersalah ini. Kita tidak ada urusan dengan menjadi tidak bersalah: Allah menuntut agar kita suci dan berbudi luhur. Ketidakbersalahan mungkin ada pada seorang anak kecil. Yang menjadi soal, setiap pribadi pantas disalahkan jika tidak menerima fakta dosa. (My Utmost for His Highest, 24 Juni)

Rabu, 23 Juni 2010

23 Jun ’10 - Biasa Menderita



RENUNGAN hari ini tentang fakta dosa, kuasanya yang merusak secara mendasar. Dosa bukan sekedar kekurangan kelemahan, tapi pemberontakan melawan Allah. Dosa akan mematikan kehidupan Allah di dalam kita. Pilihannya, dosa harus mati atau Allah mati dalam kehidupan saya. Fakta dosa merupakan penjelasan satu-satunya alasan Yesus Kristus datang ke dunia, dan itulah penjelasan tentang kemalangan dan penderitaan hidup.
BIASA MENDERITA
Ia ... seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan” (Yesaya 53:3).
Kita tidak ”biasa menderita” dengan cara yang serupa seperti Tuhan kita. Kita mungkin bisa bertahan dan meliwatinya, tetapi kita tidak menjadi akrab dengan penderitaan?
Pada awal kehidupan kita, kita tidak terlalu perduli dengan urusan kenyataan dosa. Kita memandang kehidupan melalui mata penalaran dan berkata, jika seseorang mengendalikan nalurinya, mempunyai pendidikan dan melatih dirinya, maka lambat-laun dia akan dapat menghasilkan kehidupan yang berkembang menjadi kehidupan dari Allah.
Akan tetapi, sementara kita terus melintasi kehidupan, kita mendapati kehadiran sesuatu yang belum kita perhitungkan, yaitu dosa - dan hal itu merusak semua pemikiran dan perencanaan kita. Dosa telah membuat pemikiran kita lari tak terduga dan tidak dapat dikuasai.
Kita harus menyadari bahwa dosa adalah fakta kehidupan, bukan hanya suatu kekurangan atau kelemahan. Dosa adalah pemberontakan terang-terangan melawan Allah, dan pilihannya salah satu, dosa harus mati atau Allah mati dalam kehidupan saya.
Perjanjian Baru membawa kita langsung kepada persoalan ini: jika dosa memerintah di dalam saya, maka kehidupan Allah di dalam saya akan mati; jika Allah memerintah di dalam saya, dosa di dalam saya akan mati.
Tidak ada yang lebih mendasar daripada hal itu. Puncak dosa ialah penyaliban Yesus Kristus, dan hal yang berlaku dalam sejarah Allah di bumi juga berlaku dalam sejarah Anda dan sejarah saya - yaitu dosa akan mematikan kehidupan Allah di dalam kita. Secara mental kita harus sedia dihadapkan dengan fakta dosa ini.
Itulah penjelasan satu-satunya tentang alasan Yesus Kristus datang ke dunia, dan itulah penjelasan tentang kemalangan dan penderitaan hidup. (My Utmost for His Highest, 23 Juni)

Selasa, 22 Juni 2010

22 Jun ’10 - Hukum Penghakiman Yang Tidak Berubah



TIDAK sedikit orang yang begitu mudah mengkritik orang lain, tanpa merasa hal itu sebagai sesuatu berlawanan dengan Firman Tuhan. Padahal, Allah tidak hanya memandang pada tindakan mengkritik kita, tetapi Dia melihat setiap kecenderungan yang ada dalam hati kita. Sehingga, siapakah di antara kita yang berani berdiri di hadapan Allah dan berkata, “Allahku, hakimilah aku seperti aku telah menghakimi orang lain”?

HUKUM PENGHAKIMAN YANG TIDAK BERUBAH
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur; akan diukurkan kepadamu” (Matius 7:2).
Pernyataan ini bukanlah sembarangan pernyataan, melainkan hukum Allah yang kekal. Penghakiman apa pun yang Anda berikan akan dengan cara yang sama Anda dihakimi. Ada perbedaan antara pembalasan dan hukuman untuk perbaikan — ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Apabila Anda telah menilai dengan baik kekurangan orang lain, ingatlah bahwa dengan cara yang sama Anda akan dinilai. Cara Anda membayar merupakan cara kehidupan membayar kembali kepada Anda. Hukum abadi ini berlaku dari takhta Allah turun kepada kita (lihat Mazmur 18: 26-27).
Roma 2:1 menerapkannya bahkan dalam cara yang lebih tegas dengan menyatakan bahwa orang yang mengkritik atau mengecam orang lain, dia justru bersalah dalam hal yang dikecamnya. Allah tidak hanya memandang pada tindakan (mengkritik) itu sendiri, tetapi juga melihat setiap kecenderungan atau kemungkinan melakukan dalam hati kita.
Pada awalnya, kita tidak mempercayai pernyataan-pernyataan Alkitab. Misalnya, apakah kita sungguh percaya pernyataan yang mengatakan hal-hal yang kita kritik atau kecam pada orang lain adalah hal-hal yang sesungguhnya kita sendiri juga bersalah di dalamnya. Alasan mengapa kita melihat kemunafikan, kebohongan, dan tidak adanya ketululusan pada orang lain adalah karena hal-hal tersebut ada dalam hati kita.
Sifat karakteristik terbesar seorang kudus ialah kerendahan hati, seperti dibuktikan oleh kesanggupan untuk berkata dengan jujur dan rendah hati, “Ya, itu semua, dan juga hal-hal jahat lainnya, akan juga diperlihatkan di dalam saya jika bukan karena anugerah Allah. Karena itu, saya tidak mempunyai hak untuk menghakimi.”
Yesus bersabda, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1). Dia sebenarnya bersabda, “Jika kamu menghakimi, maka kamu akan dihakimi tepat dengan cara yang sama.”
Siapakah di antara kita yang berani berdiri di hadapan Allah dan berkata, “Allahku, hakimilah aku seperti aku telah menghakimi orang lain”?
Kita telah menghakimi orang lain sebagai orang-orang berdosa. Jika Allah menghakimi kita dengan cara yang sama, kita akan dihukum ke neraka. Namun Allah menghakimi kita atas dasar penebusan yang ajaib oleh Salib kristus. (My Utmost for His Highest, 22 Juni)

Senin, 21 Juni 2010

21 Juni Pelayanan Batiniah Melalui Doa Syafaat



TUGAS menjadi  “imamat yang rajani” adalah panggilan orang percaya yang telah menerima penebusan Yesus Kristus. Tetapi, menarik RENUNGAN hari ini, bahwa kekristentan kita dapat menjadi tidak sehat, karena terlalu instrospektif, mengorek-ngorek terus-menerus kedalam batin untuk melihat apakah kita sudah menjadi seperti yang diwajibkan pada kita. Kita harus bebas dari hal ini. Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa kita hanya sempurna di dalam Kristus Yesus, bukan oleh upaya yang telah kita lakukan untuk Tuhan.
PELAYANAN BATINIAH MELALUI DOA SYAFAAT
Kamulah ... imamat yang rajani (1 Petrus 2:9).
Dengan hak apakah kita telah menjadi “imamat yang rajani”? Dengan hak penebusan Salib Kristus. Apakah kita siap untuk dengan penuh sadar mengesampingkan diri kita dan melakukan tugas doa keimaman?
Soalnya, mengorek-ngorek terus-menerus kedalam batin untuk melihat apakah kita sudah menjadi seperti yang diwajibkan pada kita, menghasilkan jenis kekristenan yang tidak sehat, yang berpusat-diri sendiri, bukannya kehidupan anak Allah yang penuh semangat dan bersahaja.
Sebelum kita masuk dalam hak imamat yang rajani dan hubungan yang benar dengan Allah, sesungguhnya hal itu tidak ada artinya, walaupun kita berkata, “Alangkah ajaib kemenangan yang kuperoleh!” Namun tidak ada sama sekali yang menunjukkan adanya mukjizat penebusan.
Percayalah sepenuhnya bahwa penebusan itu sempurna. Kemudian jangan khawatir lagi tentang diri Anda sendiri, tetapi mulailah berbuat seperti yang telah dikatakan Yesus Kristus, yang pada intinya: “Berdoalah bagi sahabat yang datang kepadamu di tengah malam, berdoalah bagi para orang kudus Allah dan berdoalah untuk semua orang.” Berdoalah dengan kesadaran bahwa Anda hanya sempurna di dalam Kristus Yesus, bukan atas permohan ini - “Oh, Tuhan, aku telah berbuat sebaik-baiknya; tolong dengarkan doaku sekarang.”
Berapa lamakah waktu yang diperlukan Allah untuk membebaskan kita dari kebiasaan yang tidak sehat tentang memikirkan diri kita sendiri?
Kita harus mencapai tahap sangat muak akan diri kita sendiri sampai kita tidak ada lagi ada keterkejutan atas apapun yang Allah mungkin beritahukan pada kita tentang diri kita. Kita tidak dapat menjangkau dan memahami kedalaman kekurangan kelemahan kita sendiri. Hanya ada satu tempat di mana kita benar di hadapan Allah, dan itu adalah di dalam Kristus Yesus. Sekali kita ada disana, kita harus mencurahkan hidup kita dengan sepenuhnya dalam pelayanan hidup batiniah yaitu doa syafaat. (My Utmost for His Highest, 21 Juni)

Minggu, 20 Juni 2010

20 Jun ’10 - Sudahkah Anda Tiba Pada “Setelah”

RENUNGAN hari ini panggilan pelayanan doa syafaat. Panggilan bagi setiap jiwa yang telah menerima penebusan dan keselamatan dari Yesus. Panggilan berdoa agar penebusan Yesus Kristus dapat dikenal sepenuhnya dalam hidup orang lain - sebagaimana telah terjadi dalam hidup kita. Itulah rahasia hidup yang semakin diberkati dan kaya dalam rahasia firman Allah. Tapi itu hanya dapat terjadi setelah kita berhenti dari setiap usaha sendiri, lalu membiarkan diri seutuhnya dalam tangan-Nya.
SUDAHKAH ANDA TIBA PADA “SETELAH”
Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya” (Ayub 42:10).
JENIS doa yang menyedihkan, adalah doa yang terpusat pada diri sendiri, dan usaha serta keinginan mementingkan diri sendiri untuk menjadi benar di hadapan Allah tidak pernah terdapat dalam Perjanjian Baru.
Faktanya, bahwa bila saya berusaha menjadi benar di hadapan Allah adalah sebuah tanda bahwa saya sedang memberontak terhadap penebusan oleh Salib Kristus. Saya berdoa, “Tuhan, aku akan menyucikan hatiku jika Engkau mau mengabulkan doaku - aku akan berjalan dengan benar di hadapan-Mu jika Engkau mau menolong aku.”
Saya tidak dapat membuat diri saya benar di hadapan Allah; saya tidak dapat membuat hidup saya sempurna. Saya hanya dapat benar di hadapan Allah jika saya menerima penebusan Tuhan Yesus Kristus sebagai pemberian mutlak. Cukup rendah hatikah saya untuk menerimanya?
Saya harus menyerahkan semua hak dan tuntutan saya, dan berhenti dari setiap usaha sendiri. Saya harus membiarkan diri saya seutuhnya dalam tangan-Nya, dan kemudian saya dapat mulai mencurahkan hidup saya dalam tugas keimaman untuk berdoa syafaat.
Ada banyak doa yang berasal dari ketidakpercayaan yang sesungguhnya pada penebusan. Yesus bukan hanya mulai menyelamatkan kita - Dia telah menyelamatkan kita sepenuhnya. Ini adalah fakta atau kejadian yang tidak dapat dikesampingkan, dan adalah merupakan suatu penghinaan bagi-Nya bila kita memohon Dia melakukan hal yang telah dilakukan-Nya.
Jika Anda sekarang tidak menerima “seratus kali lipat” yang dijanjikan Yesus (lihat Matius 19:29), dan tidak memperoleh pengertian yang mendalam atas firman Allah, maka mulailah mendoakan sahabat-sahabat Anda - tunaikan pelayanan doa syafaat. Lalu Tuhan memulihkan keadaanAyub, setelah Ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya. ” Sebagai jiwa yang diselamatkan, tugas sesungguhnya hidup Anda ialah doa syafaat.
Ke dalam situasi apa pun Allah mungkin menempatkan Anda, segeralah berdoa agar penebusan-Nya dapat dikenal dan dipahami sepenuhnya dalam hidup orang lain sebagaimana telah terjadi dalam hidup Anda. Berdoalah bagi para sahabat Anda sekarang, dan bagi mereka yang bergaul dengan Anda sekarang. (My Utmost for His Highest, 20 Juni)

Sabtu, 19 Juni 2010

19 Jun ’10 – Pelayanan Dengan Penuh Semangat

RENUNGAN hari ini tentang arti pelayanan yang sesungguhnya: Pelayanan bukan apa yang kita lakukan, tapi bagaimana keberadaan kita terhadap Yesus. Pelayanan bukan karena alasan keyakinan doktrinal, tapi keyakinan pribadi akan siapa Yesus. Pelayanan bukan mengabdi kepada tujuan, tapi mengabdi kepada Yesus Kristus. Pelayanan bukan karena pengabdian pada kemanusiaan, tetapi hanya karena pengabdian dan kasih pada Yesus.


PELAYANAN DENGAN PENUH SEMANGAT
... apakah engkau mengasihi Aku? ... Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yohanes 21:16).
YESUS tidak mengatakan agar membuat orang yang dilayani dan bertobat mengikuti jalan pikiran Anda, tetapi Dia berkata agar Anda menggembalakan domba-domba-Nya, untuk menjaga agar mereka dipelihara dalam pengetahuan dan pengenalan akan Dia. Kita menganggap apa yang kita lakukan dalam pekerjaan Kristen sebagai pelayanan, namun Yesus Kristus menyebut pelayanan sebagai bagaimana keberadaan kita terhadap Dia, bukannya apa yang kita kerjakan bagi-Nya - what we are to Him, not what we do for Him.
Pemuridan didasarkan semata-mata pada pengabdian kepada Yesus Kristus, bukan ketaatan pada suatu keyakinan atau ikrar tertentu. “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan dia tidak membenci..., ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:26).
Dalam ayat ini, tidak ada penjelasan panjang lebar, dan tidak ada paksaan dari Yesus untuk mengikut Dia; Dia sebenarnya hanya berkata, “Jika kamu ingin menjadi murid-Ku, kamu harus mengabdi kepada-Ku.” Seorang yang disentuh Roh Allah akan sampai pada pengakuan, “Sekarang aku melihat siapa Yesus itu sebenarnya!”: Melihat siapa Yesus sebenarnya, itulah sumber pengabdian.
Dewasa ini kita telah menggantikan keyakinan/kepercayaan pribadi (personal belief) dengan kepercayaan doktrinal (doctrinal belief). Dan itulah sebabnya banyak orang mengabdi kepada tujuan dan hanya sedikit yang mengabdi kepada Yesus Kristus. Banyak orang sebenarnya tidak mau mengabdi kepada Yesus Kristus, tetapi hanya kepada tujuan yang dimulai-Nya (dalam hati orang tersebut).
Yesus Kristus sangat menentang pemikiran terpelajar masa kini, yaitu mereka yang hanya menginginkan-Nya sebagai Sahabat mereka dan tidak bersedia menyambut dengan cara lain. Ketaatan utama Tuhan kita adalah pada kehendak Bapa-Nya, tidak kepada kebutuhan orang-orang — penyelamatan jiwa-jiwa adalah hasil akhir dari ketaatan-Nya kepada Bapa.
Jika saya mengabdi semata-mata pada alasan kemanusiaan, saya akan segera kepayahan, kehabisan tenaga dan sampai ke tahap di mana kasih saya tidak jelas arahnya. Akan tetapi, jika saya mengasihi Yesus Kristus secara pribadi dan dengan penuh semangat, saya dapat melayani semua orang, walaupun orang-orang mungkin memperlakukan saya sebagai “keset”.
Rahasia kehidupan seorang murid ialah pengabdian kepada Yesus Kristus, dan karakteristik dari hidup seperti itu adalah tampak lemah lembut dan tidak menonjol. Namun ia itu bagaikan biji gandum yang “jatuh ke dalam tanah dan mati” – ia itu akan tumbuh dan berobah menjadi hamparan pemandangan yang indah. (lihat Yohanes 12: 24). (My Utmost for His Highest, 19 Juni)

Jumat, 18 Juni 2010

18 Jun ’10 - Jagalah Pengenalan dan Pengakuan Akan AndaYesus

RENUNGAN hari ini tentang arti sesungguhnya mengenal Yesus: menerima Dia sesuai dengan apa yang dinyatakan-Nya dan mengakui kuasa dan wewenang-Nya, mengenal suara-Nya. Jika kita sungguh-sungguh mengenal Yesus, kita tidak akan khawatir dengan situasi nyata yang datang kepada kita, karena tahu, Dia ada didalam situasi kita, bahkan ambil bagian dalam merancang situasi kita. Bagian kita? Penyerahan diri secara total.
JAGALAH PENGENALAN DAN PENGAKUAN ANDA AKAN YESUS
Petrus ..... berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia ..... (Matius 14: 29 - 30).
ANGIN sesungguhnya bertiup kencang dan gelombang membubung tinggi, tetapi Petrus tidak melihatnya pada mulanya. Dia tidak menghiraukannya sama sekali; dia hanya mengenal dan mengakui Tuhannya, melangkah keluar perahu karena mengenal dan mengakui Dia yang berbicara, dan lalu “berjalan di atas air”. Kemudian dia mulai melirik hal-hal disekitarnya dan memperhitungkannya, dan mendadak tenggelamlah dia.
Mengapa Tuhan tidak menyanggupkan dia berjalan di atas air mengikuti gerak ombak? Petrus seharusnya dapat melakukannya, namun tidak dapat tanpa terus-menerus dalam ”pengakuan” akan Tuhan Yesus.
Dalam berbagai hal dalam kehidupan ini, kita mengambil langkah keluar dengan kepastian atas pengenalan dan pengakuan kita akan, tetapi kemudian berbagai pertimbangan kita mulai menyelinap masuk, dan kita lalu tenggelam.
Jika Anda sungguh-sungguh mengenal Tuhan, Anda tidak punya urusan dengan dengan cara dan tempat Dia merancang situasi Anda. Masalah yang menerpa Anda memang nyata, tetapi bila Anda menatap masalah tersebut maka Anda akan segera dilingkupinya, dan bahkan membuat Anda tak sanggup untuk melihat kehadiran dan kuasa Yesus. Kemudian datanglah teguran-Nya, “     mengapa engkau bimbang?” (Matius 14:31). Biarkan situasi nyata Anda berkembang apa adanya, namun jagalah pengenalan dan pengakuan Anda akan Yesus, jagalah agar tetap bersandar sepenuhnya kepada-Nya.
Jika Anda memperdebatkan ”kapan Allah telah berbicara” bahkan sekejap saja, maka Anda telah kalah. Jangan pernah mencoba berkata, “Aku ingin tahu apakah Dia sesungguhnya sudah berbicara kepadaku?” Jangan perdulikan apapun, segeralah serahkan semuanya kepada-Nya. Anda tidak tahu kapan suara-Nya datang kepada Anda, tetapi kapan pun suara-Nya tiba, bahkan dalam cara paling lembut yang dapat dibayangkan, bertekadlah untuk menyerahkan diri Anda dengan memasrahkan segala sesuatu kepada-Nya.
Hanya melalui penyerahan diri Anda dan situasi Anda, maka Anda akan mengenal Dia. Anda hanya akan mengenal suara-Nya lebih jelas melalui penyerahan tanpa banyak pertimbangan akan akibatnya - bersedia mempertaruhkan semua milik Anda. (My Utmost for His Highest, 18 Juni)

Kamis, 17 Juni 2010

17 Jun '10 - Tabiat Tidak Suka Mengkritik


RENUNGAN hari ini tentang menghakimi, mengkritik: Apa alasan mengapa kita tidak boleh mengkritik - apalagi mempunyai tabiat suka mengkritik (critical temper). Apa akibatnya bagi orang lain yang terkena kritikan, tapi juga bagi kita yang mengkritik. Dan bagaimana Tuhan menolong kita keluar dari roh kritik ini. Selanjutnya dibawah ini.


TABIAT TIDAK SUKA MENGKRITIK
Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).
Perintah Yesus sehubungan dengan menghakimi orang lain sederhana sekali; Dia berkata, ” Jangan.” Rata-rata orang Kristen adalah pribadi yang suka mengkritik dengan tajam. Mengkritik adalah boleh jadi suatu kegiatan biasa bagi orang-orang, tetapi dalam alam rohani tidak ada hasil yang dicapai dengan kritik atau kecaman. Akibat dari kritikan ialah terbaginya kekuatan dari orang yang dikecam.
Roh Kuduslah satu-satunya Pribadi yang tepat untuk mengkritik, dan Dia sajalah yang sanggup menunjukkan kesalahan tanpa menyakiti dan melukai. Adalah mustahil untuk menjalin persekutuan dengan Allah bila Anda ada dalam suatu tabiat atau suasana hati yang suka mengkritik (critical temper). Kritikan cenderung membuat Anda kasar, kejam dan ingin menyakiti atau membuat orang yang bersangkutan bingung, serta meninggalkan kesan bahwa Anda lebih unggul dari orang lain.
Yesus berkata bahwa sebagai murid-Nya Anda harus mengembangkan tabiat yang tidak suka mengkritik – the uncritical temper. Tabiat seperti ini takkan terjadi dengan segera tetapi harus dikembangkan seiring dengan waktu. Anda harus terus waspada terhadap apa pun yang menyebabkan Anda menyangka bahwa diri Anda lebih hebat dari orang lain.
Tidak ada yang dapat luput dari penyelidikan yang menembus hati yang dilakukan oleh Yesus. Jika saya melihat selumbar kecil di mata Anda, itu berarti saya mempunyai balok di mata saya sendiri (lihat Matius 7:3-5). Setiap kesalahan yang saya lihat pada Anda, Allah menemukannya dalam diri saya. Setiap kali saya menghakimi, saya menyalahkan diri saya sendiri (lihat Roma 2:17-24).
Berhentilah mempunyai tongkat pengukur bagi orang lain. Ada selalu paling sedikit ada satu fakta lagi, yang tidak kita ketahui, dalam situasi setiap orang.
Tindakan pertama yang dilakukan Allah ialah membawa kita pada suatu pembersihan spiritual yang menyeluruh. Setelah itu, tidak ada kemungkinan kesombongan yang tersisa dalam diri kita. Setelah memahami apa yang ada dalam diri saya bila terpisah dari anugerah Allah, saya tidak menemui seseorang dimana saya akan kehilangan harapan tentang dia. (My Utmost for His Highest, 17 Juni)

Rabu, 16 Juni 2010

16 Jun ’10 - Maukah Anda Menyerahkan Nyawa Anda?


RENUNGAN hari ini mengatakan, menyerahkan nyawa kita bagi-Nya, sebagai respon kita atas tawaran-Nya menjadi sahabat kita, suatu yang sulit. Karena hal itu berarti, menyerahkan hidup kita sepanjang hari pada panggilan Allah, dan menunjukkan keselamatan dalam hidup kita sehari-hari. Tetapi Allah menyelamatkan seseorang, memenuhinya dengan Roh Kudus, barulah kemudian berkata, “Kini kerjakan keselamatan itu dalam hidupmu, dan setialah kepada-Ku”
MAUKAH ANDA MENYERAHKAN NYAWA ANDA?
Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya ..... Aku menyebut kamu sahahat (Yohanes 15:13,15).
YESUS tidak meminta saya untuk mati bagi-Nya, melainkan agar saya menyerahkan nyawa saya bagi-Nya. Petrus berkata kepada Tuhan, “Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu, dan dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya (Yohanes 13:37). Dia mempunyai rasa heroik atau kepahlawanan yang baik sekali.
Adalah sesuatu hal yang buruk ketidaksanggupan mengeluarkan pernyataan seperti yang dibuat oleh Petrus ini; beban tugas kewajiban hanya disadari dengan rasa heroik. Sudah pernahkah Tuhan menanyai Anda, “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? ” (Yohanes 13: 38).
Adalah lebih mudah untuk mati daripada menyerahkan hidup Anda sepanjang hari pada panggilan mulia Allah. Kita tidak diciptakan untuk saat-saat kehidupan yang cemerlang, tetapi kita harus berjalan di dalam terangnya dalam jalan kita sehari-hari.
Hanya ada satu saat cemerlang dalam hidup Yesus, yaitu di Gunung Pemuliaan. Di sanalah Dia mengosongkan diri-Nya dan kemuliaan-Nya untuk kedua kalinya, dan kemudian turun ke lembah dimana ada kerasukan setan (lihat Markus 9:1-29). Selama tiga puluh tiga tahun Yesus menyerahkan hidup-Nya untuk melakukan kehendak Bapa-Nya. ”Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara ... ” (1 Yohanes 3:16). Namun hal ini bertentangan dengan sifat kita untuk berbuat demikian.
Jika saya seorang sahabat Yesus, saya harus dengan bebas dan seksama menyerahkan nyawa saya bagi-Nya. Hal itu sulit untuk dilakukan. Keselamatan itu mudah bagi kita, karena harga yang dibayar Allah sangat besar. Akan tetapi, menunjukkan atau menyatakan keselamatan dalam hidup kita adalah sulit. Allah menyelamatkan seseorang, memenuhinya dengan Roh Kudus, dan kemudian baru berkata, “Kini kerjakan keselamatan itu dalam hidupmu, dan setialah kepada-Ku, walaupun keadaan dan segala sesuatu di sekitarmu menyebabkan engkau menjadi tidak setia.”
Dan Yesus berkata kepada kita, ” ... Aku menyebut kamu sahabat ... ” Tetaplah setia kepada Sahabat Anda, dan ingatlah bahwa kehormatan-Nya dipertaruhkan dalam hidup ragawi Anda. (My Utmost for His Highest, 15 Juni)

Catatan: Pernyataan dalam aline-3 ”beban tugas kewajiban hanya disadari dengan rasa heroik”, (teks aslinya “the sense of our duty is only realized by sense of the heroic”), agak sulit dipahami. Teks dalam edisi yang diperbaharui (revisi), “our sense of duty is only fully realized through our sense of heroism”, tampaknya juga tidak memberikan pengertian yang lebih jelas. Mungkin ada tanggapan/pendapat. (Admin)

Selasa, 15 Juni 2010

15 Jun ’10 - Majulah Terus! (2)



RENUNGAN hari ini masih dalam rangkaian yang kemarin. Kalau kemarin menekankan ”Majulah terus dalam hal keputusan dan tekad tinggal dalam Yesus”, maka hari ini menekankan ”Majulah terus dalam pekerjaan yang terasa rutin dan membosankan”. Dikatakan, yang penting adalah ketaatan. Dalam ketaatanlah, dalam percaya bahwa Allah sendiri yang merancang situasi kita, maka seluruh keagungan anugerah Allah menjadi milik kita.



MAJULAH TERUS! (2)
kamu harus ... menambahkan kepada imanmu (2 Petrus 1:5).
Majulah terus dalam pekerjaan yang terasa rutin dan membosankan. Petrus menyatakan dalam nas ini bahwa kita telah ”mengambil bagian dalam kodrat ilahi” dan sekarang kita “harus dengan sungguh-sungguh berusaha’’ memusatkan perhatian untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan saleh (2 Petrus 1:4-5).
Tidak seorang pun yang terlahir, baik secara lahiriah atau adikodrati dengan sifat tersebut; ia itu harus dikembangkan. Kita juga tidak dilahirkan dengan kebiasaan-kebiasaan saleh - kita harus membentuknya berlandaskan hidup baru yang telah ditempatkan Allah di dalam kita. Kita tidak dimaksudkan untuk dilihat sebagai contoh yang sempurna dan bersinar-terang dari Allah, tetapi untuk dilihat sebagai esensi kehidupan sehari-hari yang menunjukkan mukjizat anugerah-Nya.
Pekerjaan yang terasa rutin atau membosankan adalah ujian bagi sifat atau watak yang asli kita. Rintangan terbesar dalam kehidupan rohani kita ialah bahwa kita hanya mau mencari hal-hal yang besar untuk dikerjakan. Berbeda dengan Yesus yang “... mengambil sehelai kain lenan... dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya... ”(Yohanes 13:3-5).
Ada waktu-waktu dalam kehidupan kita dimana sepertinya tidak merima terang dari atas, tidak ada sesuatu yang menggetarkan secara rohani, tetapi hanya kerutinan harian dengan tugas-tugas biasa atau umum. setiap hari. Rutinitas kehidupan tersebut sebenarnya cara Allah untuk menyelamatkan kita di antara saat-saat inspirasi yang datang dari Dia. Artinya, jangan selalu mengharapkan Allah memberi Anda saat-saat-Nya yang menggetarkan, tetapi belajarlah untuk menghayati saat-saat rutin kehidupan dan terasa membosankan dengan kuasa Allah.
Sulit bagi kita untuk melakukan “penambahan” yang disebutkan Petrus dalam nas diatas. Kita berkata bahwa kita tidak berharap Allah membawa kita ke surga melalui hamparan bunga yang indah menyenangkan, namun kita bertindak seolah-olah memang berharap demikian!
Saya harus menyadari bahwa ketaatan saya bahkan dalam hal-hal terkecil kehidupan mengandung semua kemahakuasaan anugerah Allah dibaliknya. Jika saya mau melakukan tugas kewajiban saya, bukan demi kewajiban itu sendiri, melainkan karena saya percaya bahwa Allah-lah yang merancang situasi saya, oleh karenanya pada titik ketaatan sayalah seluruh keagungan anugerah Allah menjadi milik saya melalui Penebusan yang mulia Salib Kristus. (My Utmost for His Highest, 15 Juni)

Senin, 14 Juni 2010

14 Jun ’10 – Majulah Terus! (1)

MAJULAH terus dalam hal keputusan dan tekad tinggal dalam Yesus. Itulah pokok renungan hari ini. Tinggallah di dalam Yesus, berarti tinggal tetap didalam Dia dalam dalam setiap aspek kehidupan kita. Pada tahap-tahap awal, hal ini akan merupakan usaha yang berlanjut, tetapi dengan terus maju dalam tekad tersebut, hal itu akan menjadi bagian dari hidup kita yang reflektif, tanpa suatu usaha yang disadari.



MAJULAH TERUS! (1)
tinggallah di dalam Aku”. (Yohanes 15:4).
Majulah Terus Dalam Hal Keputusan dan Tekad Tinggal dalam Yesus. Roh Yesus diberikan kepada saya melalui penebusan oleh Salib Kristus. Kemudian saya harus membangun pemikiran saya dengan tekun untuk mengantarnya kepada keserasian sempurna dengan Tuhan.
Allah takkan membuat saya berpikir seperti Yesus - sayalah yang harus melakukannya sendiri. Saya harus “menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Korintus 10:5). “Tinggallah di dalam Aku”, kata Yesus, berarti tinggal tetap didalam Dia dalam hal intelektual, keuangan, dan dalam setiap aspek yang membentuk hidup manusia. Hidup kita tidak terdiri hanya atas satu aspek yang tersekat dengan rapi.
Apakah saya merintangi Allah untuk melakukan sesuatu dalam situasi saya dengan berpikir situasi tersebut hanya akan mengganggu persekutuan yang saya nikmati dengan Dia? Hal itu sungguh tidak relevan dan keliru! Tidaklah menjadi soal situasi apa pun yang saya alami, saya dapat tetap yakin tinggal di dalam Yesus dalam situasi apa pun.
Adalah tidak perlu saya mengarahkan dan mengatur situasi diri saya. Tinggal tetapnya Tuhan kita dalam batin orang percaya adalah bebas murni dan tidak bercela. Yesus senang (at home) dengan Allah di mana pun tubuh-Nya berada. Yesus tidak pernah memilih situasi-Nya bagi dirinya sendiri, tetapi dengan rendah hati tunduk kepada rencana dan petunjuk Bapa-Nya bagi diri-Nya. Bayangkan betapa penuh ketenangannya hidup Tuhan kita! Akan tetapi, kita cenderung membuat Allah sangat ”sibuk” dalam hidup kita. Kita tidak memiliki ketenangan hidup yang “tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (Kolose 3:3).
Pikirkanlah hal-hal yang membuat Anda tidak tinggal di dalam Kristus, dari dalam diri Anda. Anda mungkin berkata, “Ya, Tuhan, tunggu dulu – masih ada ini yang harus kulakukan. Ya, aku akan tinggal begitu hal ini diselesaikan. Semuanya akan beres, Tuhan. Aku akan tinggal sesudah itu.” Majulah terus - mulailah untuk tinggal sekarang!
Pada tahap-tahap awal, untuk tinggal dalam Dia akan merupakan usaha yang berlanjut, tetapi sementara Anda meneruskannya, hal itu akan menjadi bagian dari hidup Anda sehingga Anda akan tinggal di dalam Dia tanpa suatu usaha yang disadari lagi.
Ambillah keputusan dan tekad untuk tinggal tetap di dalam Yesus, di mana pun Anda sekarang atau ke mana pun Anda akan ditempatkan di masa depan. (My Utmost for His Highest. 14 Juni)

Minggu, 13 Juni 2010

13 Jun ’10 - Maju Menuju ke Sana (3)



RENUNGAN hari ini “Maju Menuju ke Sana” merupakan rangkaian hari sebelumnya, yang mengajak kita membiarkan Allah mengerjakan karya kreatif-Nya didalam hidup kita, kehidupan dimana ada Sumur ajaib yang tiada habis-habisnya yang bersumber dari Roh Allah, sehingga kita dapat menjadi berkat bagi orang lain. Akan tetapi karya Allah tersebut hanya dapat dimulai dari penyerahan hak kita atas diri kita sendiri kepada Tuhan.

MAJU MENUJU KE SANA (3)
...datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Lukas 18:22).
Ketika keinginan atau hasrat kita pribadi mati maka penyerahan yang dikuduskan menjadi hidup. Salah satu rintangan terbesar untuk datang kepada Yesus ialah dalih tentang temperamen atau tabiat kita sendiri. Kita menjadikan tabiat kita dan hasrat lahiriah kita sebagai penghalang untuk datang kepada Yesus.
Namun hal pertama yang kita sadari bila kita sungguh datang kepada Yesus ialah bahwa Dia tidak menghiraukan sama sekali hasrat lahiriah. Kita berpendapat bahwa kita dapat mendedikasikan atau menyerahkan bakat kita kepada Allah. Namun Anda tidak dapat mendedikasikan sesuatu yang bukan milik Anda. Hanya ada satu hal yang dapat Anda dedikasikan kepada Allah, dan itu adalah hak Anda atas diri Anda sendiri (lihat Roma 12:1).
Jika Anda mau memberi kepada Allah hak Anda atas diri Anda sendiri, maka Dia akan membuat diri Anda menjadi sebuah karya kudus ditangan-Nya, dan karya-Nya selalu berhasil.
Tanda sejati dari orang kudus Allah ialah kreatifitas batiniah yang mengalir dari penyerahan sepenuhnya kepada Yesus Kristus. Dalam kehidupan seorang kudus ada Sumur ajaib, yang merupakan Sumber yang tiada habis-habisnya dari kehidupan sejati. Roh Allah adalah Sumur air segar yang mengalir abadi.
Seorang kudus menyadari bahwa adalah Allah yang merancang situasinya; akibatnya tiada keluhan, yang ada hanyalah penyerahan yang bebas, tidak terkekang, kepada Yesus. Jangan sekali-kali menjadikan pengalaman Anda sebagai prinsip bagi orang lain; tetapi biarkan Allah mengerjakan karya kreatif-Nya sendiri atas orang lain seperti yang dilakukan-Nya dalam diri Anda.
Jika Anda menyerahkan segala sesuatu kepada Yesus, dan datang ketika Dia berkata, “Datanglah” maka selanjutnya melalui Anda Dia akan berkata, “Datanglah”. Anda akan pergi ke dunia menyerukan kembali gema panggilan Kristus ” Datanglah”. Itulah hasil karya Allah dalam setiap jiwa yang telah menyerahkan semua dan datang kepada Yesus.
Sudahkah saya datang kepada-Nya? Maukah saya datang sekarang? (My Utmost for His Highest, 13 Juni)

Sabtu, 12 Juni 2010

12 Jun’10 - Maju Menuju ke Sana (2)

MASIH lanjutan renungan kemarin,“Maju Menuju ke Sana”. Kalau kemarin yang dituju adalah kehidupan kristiani dimana dosa dan dukacita diakhiri, dan nyanyian Tuhan dimulai dalam hidup, maka hari ini ditujukan pada kehidupan dimana kepentingan diri sendiri (self interest) dan sebangsanya berhenti dan lalu kepentingan yang sesungguhnya dibangunkan – yaitu kepentingan hidup kudus. (Pokok yang cenderung dihindari sekarang ini - Admin)


MAJU MENUJU KE SANA (2)
Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya". (Yohanes 1:38-39).
Dimanakah tempat kepentingan diri sendiri kita berhenti dan kepentingan yang riil/sesungguhnya dibangunkan?. “Ada nats mengatakan,...hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia ..... ” (Yohanes 1:39). Itulah yang sering kita lakukan. Kita tinggal bersama Dia untuk tapi hanya untuk waktu yang singkat, hanya untuk mulai mengerti kenyataan hidup kita sendiri. Kemudian ketika kepentingan kita sendiri datang lagi, kita tidak lagi tinggal bersama Dia. Namun perlu disadari, sesungguhnya tidak ada situasi kehidupan yang kita tidak dapat tinggal di dalam Dia.
Engkau Simon, ... engkau akan dinamakan Kefas” (Yohanes 1:42). Yesus memberi nama baru untuk Petrus. Allah juga mau menulis nama baru kita, tapi hanya di tempat tempat dalam hidup kita di mana Dia telah menghapus kesombongan kita, pengadalan-diri (self sufficiency), dan kepentingan diri (self interest).
Beberapa dari kita hanya memiliki nama baru yang tertulis hanya pada tempat tertentu, disana sini dalam segi kehidupan rohani kita. Dan dalam segi-segi kehidupan tersebut, kita tampak baik-baik saja. Dan ketika berada dalam suasana (mood) rohani paling baik, Anda pikir kita seperti layaknya orang kudus paling kudus. Tetapi jangan coba melihat ketika kita tidak dalam suasana hati seperti itu - menyedihkan. Murid yang benar adalah seseorang yang mempunyai namanya yang baru ditulis di seluruh segi kehidupannya — dimana kepentingan diri, kesombongan dan pengandalan diri telah terhapus seluruhnya.
Hati-hati dengan kesombongan. Kesombongan adalah dosa pengilahian diri sendiri membuat diri kita menjadi ilah kita. Dan sebagian kita sekarang ini melakukannya, bukan seperti orang Farisi, melainkan seperti pemungut cukai (lihat Lukas 18:9-14). Apabila Anda berkata, “Ah, aku bukan orang kudus”, dapat diterima berdasarkan tolok ukur kesombongan manusiawi, tetapi tanpa disadari itu merupakan hujatan terhadap Allah. Anda menolak Allah untuk menjadikan Anda seorang kudus, seolah-olah berkata, “Aku terlalu lemah hopeless serta di luar jangkauan penebusan Salib Kristus”.
Mengapa Anda bukan seorang kudus? Hanya dua kemungkinan sebabnya: Karena Anda tidak ingin menjadi seorang kudus, atau karena Anda tidak percaya bahwa Allah dapat menjadikan Anda seorang kudus. Atau, karena terus pergumulan ini, Anda boleh jadi berkata bahwa sesungguhnya lebih jika Allah menyelamatkan Anda dan menjemput Anda langsung ke surga.
Memang itulah yang akan dilakukan-Nya! Yesus berkata tentang Bapa-Nya dan diri-Nya sendiri, “... Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersama-sama dengan dia” (Yohanes 14:23). Jangan membuat persyaratan-persyaratan atas hidup Anda – biarkanlah Yesus menjadi segala-galanya bagi Anda, maka Dia akan membawa Anda pulang bersama Dia bukan hanya untuk sehari, tetapi untuk selama-lamanya. (My Utmost for His Highest, 12 Juni)

Jumat, 11 Juni 2010

11 Jun ’10 – Maju Menuju ke Sana (1)

“MAJU Menuju ke Sana”, judul renungan hari ini. Maksudnya? Ke tempat dimana dosa dan dukacita diakhiri, dan nyanyian Tuhan dimulai dalam hidup. Yaitu dengan datang kepada Yesus.
Hubungan pribadi dengan Yesus mengubahkan segala-galanya. Ia akan memberikan kelegaan, dengan menurunkan kita dari tempat tidur kelesuan dan kepayahan kita, dan memenuhi kita dengan roh kehidupan penuh semangat.


MAJU MENUJU KE SANA (1)
 Marilah kepada-Ku.. ” (Matius 11:28).
Dimana tempat dosa dan dukacita diakhiri, disanalah nyanyian orang kudus dimulai. Sungguhkah saya ingin tiba di sana?
Saya dapat tiba di sana sekarang juga. Pertanyaan pertanyaan penting dalam kehidupan sesunguhnya hanya sedikit dan semuanya terjawab oleh kata-kata ini: “Marilah kepada-Ku.” Kata-kata Tuhan tidaklah berbunyi, ”Lakukanlah ini, atau jangan lakukan itu”, tetapi, “Marilah kepada-Ku. ” Kalau saja saya mau datang kepada Yesus, maka hidup saya sesungguhnya akan menjadi serasi dengan hasrat saya yang sesungguhnya. Saya akan benar-benar berhenti dari dosa, dan akan mendapati nyanyian Tuhan dimulai dalam hidup saya.
Sudahkah Anda datang kepada Yesus? Pandanglah hati Anda yang degil. Anda lebih baik melakukan tindakan sederhana seperti anak ini yaitu menanggapi panggilan-Nya “Marilah kepada-Ku. ” Jika Anda sungguh ingin berhenti dari dosa, Anda harus datang kepada Yesus.
Hidup dan perkataan Yesus Kristus merupakan ujian untuk menentukan kesungguhan dan ketulusan Anda. Perhatikan cara Dia menggunakan kata ”marilah”. Pada saat yang paling tidak diduga atau diharapkan dalam hidup Anda terdengar bisikan Tuhan - “Marilah kepada-Ku, ” dan Anda segera ditarik kepada-Nya.
Hubungan pribadi dengan Yesus mengubahkan segala-galanya. Datanglah sebagaimana adanya kepada Yesus dan menyerahkan diri Anda kepada-Nya. Sikap yang Anda perlukan untuk datang kepada-Nya ialah tekad hati menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.
Namun kita terkadang menjadi sedemikian lemah dan merasa iba diri dan berbicara tentang kehendak Tuhan yang “membuat kita menderita”! Di manakah keagungan hidup dan kuasa Anak Allah dalam hal itu? (My Utmost for His Highest, 11 Juni)

Kamis, 10 Juni 2010

10 Jun ’10 - Dan Setelah Itu, Apakah Tindakan Selanjutnya?


RENUNGAN hari ini masih dalam rangkaian hari sebelumnya, dengan penekanan ”mencari Allah dengan segenap hati”. Akan tetapi, kita tidak akan pernah sampai pada penyerahan total pada Allah sebelum kita sampai pada kesadaran akan keadaan batiniah kita yang sesungguhnya dihadapan Allah, Itulah yang membawa lutut dan hati kita merendah datang mengetuk pintu Allah.

DAN SETELAH ITU, APAKAH TINDAKAN SELANJUTNYA?
...carilah, maka kamu akan mendapat”(Lukas 11:9).
CARILAH jika Anda belum mendapat. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa... ” (Yakobus 4:3). Jika Anda meminta banyak hal dari kehidupan, bukannya dari Allah, maka Anda “salah berdoa”; yaitu Anda meminta dari keinginan Anda untuk kepuasan Anda sendiri. Semakin Anda memuaskan diri semakin kurang Anda mencari Allah. “..... carilah, maka kamu akan mendapat ... ”. Pusatkan perhatian dan kepedulian Anda pada satu hal ini.
Sudah pernahkah Anda mencari Allah dengan segenap hati Anda, atau Anda hanya sekadar memberikan seruan lemah kepada-Nya setelah merasakan suatu pengalaman yang menyakitkan? “... carilah, maka kamu akan mendapat...
 Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air ... ” (Yesaya 55:1). Apakah Anda merasa haus, atau sedemikian puas dengan pengalaman Anda sendiri sehingga Anda tidak membutuhkan Allah lagi?
Pengalaman adalah pintu masuk, bukan tujuan akhir. Waspadalah agar jangan membangun iman Anda di atas pengalaman, atau hidup Anda takkan bernada merdu dan hanya akan membunyikan nada roh kecaman atau kritik. Ingatlah bahwa Anda tidak pernah dapat memberi kepada orang lain hal yang Anda temukan, tetapi Anda dapat menyebabkan dia mempunyai kerinduan untuk hal itu.
... ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Lukas 11:9). “Mendekatlah kepada Allah ... ” (Yakobus 4:8). Ketuklah - pintunya tertutup, dan jantung Anda berdegub lebih keras pada saat Anda mengetuk. “Tahirkanlah .... hatimu ... ” (Yakobus 4:8). Ketuklah lebih keras - Anda mulai menyadari bahwa Anda kotor. “...... sucikanlah hatimu ... ” (Yakobus 4:8). Masalahnya menjadi semakin pribadi - Anda putus asa dan serius sekarang - Anda akan berbuat apa saja. ... merataplah ... ” (Yakobus 4:9).
Sudah pernahkah Anda meratap, menyatakan dukacita Anda di hadapan Allah mengenai keadaan hidup batiniah Anda? Tidak ada sesuatupun yang Anda rasakan dapat Anda lakukan, yang ada hanya hati yang hancur dan dan rasa masygul karena melihat diri Anda yang sesungguhnya dihadapan Allah.
Rendahkanlah dirimu ... ” (Yakobus 4:10). Yang ada hanyalah pengalaman yang membawa lutut dan hati kita merendah datang mengetuk pintu Allah - Anda harus mengetuk bersama penjahat yang tersalib. ... setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan” (Lukas 11:10). (My Utmost for His Highest, 10 Juni)

Rabu, 09 Juni 2010

9 Jun ’10 – Hal Paling Baik Dilakukan Berikutnya


RENUNGAN hari ini masih dalam rangkaian yang kemarin. Tekanan hari ini, tidak ada tindakan yang lebih sulit dari pada meminta (kepada Tuhan). Karena kita baru sungguh meminta setelah kita berada di batas keputusasaan – meminta dari kedalaman keberkekurangan dan kemiskinan kita. Itulah yang dikatakan Yesus berbahagialah orang yang miskin (dalam roh) di hadapan Allah.

HAL PALING BAIK DILAKUKAN BERIKUTNYA
Karena setiap orang yang meminta, menerima” (Lukas 11:10)
Mintalah jika Anda belum menerima. Tidak ada tindakan yang lebih sulit dari pada meminta. Kita merindukan dan berhasrat untuk memperoleh sesuatu bahkan menderita karena tidak memperolehnya, tetapi kita baru meminta setelah kita berada di batas keputusasaan. Perasaan tidak menentu secara secara rohanilah yang membuat Anda meminta.
Sudah pernahkah Anda meminta dari kedalaman keberkekurangan (insufficiency) dan kemiskinan Anda? “Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah ...” (Yakobus 1:5), tetapi pastikanlah bahwa Anda memang kurang hikmat sebelum Anda meminta. Anda tidak dapat membuat diri Anda mencapai realitas rohani setiap kali Anda menginginkannya. Hal terbaik untuk dilakukan, begitu Anda menyadari bahwa Anda sesungguhnya merasa tidak beres secara rohani ialah meminta kepada Allah untuk mendapat Roh Kudus, dengan mendasarkan permohonan Anda atas janji Yesus Kristus (lihat Lukas 11:13). Roh Kuduslah yang membuat segala perbuatan Yesus menjadi riel atau nyata dalam hidup Anda.
Karena setiap orang yang meminta, menerima... ”. Hal ini tidak berarti bahwa Anda tidak akan mendapatkan sesuatu jika Anda tidak meminta, tetapi itu berarti bahwa sebelum Anda sampai pada arti sesungguhnya meminta, Anda tidak akan menerima dari Allah (lihat Matius 5:45). Menerima berarti bahwa Anda telah memasuki hubungan seorang anak Allah, dan kemudian Anda memahami dan menghargai secara mental dan moral, dan dengan pengertian rohani, bahwa hal-hal ini (sungguh) berasal dari Allah.
Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat... ” Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak mempunyai apa-apa, itu karena Anda telah mulai melihat kenyataan rohani jangan gunakan lagi kacamata kuda penalaran Anda.
Kata meminta sebenarnya berarti “memohon dengan sangat” atau ”mengemis”. Sebagian orang cukup miskin untuk tertarik atau prihatin dengan kemiskinan mereka, dan sebagian kita seperti itu secara rohani, cukup miskin rohani tapi tidak prihatin dengan keadaan itu.
Kita takkan pernah menerima jika kita meminta dengan suatu alasan tertentu dalam pikiran kita, meminta dari hawa nafsu kita, bukan dari kemiskinan kita. Seorang fakir miskin tidak meminta kecuali dengan alasan sungguh-sungguh tak berdaya dan kepedihan kemiskinannya. Dia tidak merasa malu untuk mengemis - Berbahagialah orang yang miskin (dalam roh) di hadapan Allah (lihat Matius 5:3). (My Utmost for His Highest, 9 Juni)